Sejarah Gusdur - Akses Informasi

Sejarah Gusdur - Akses Informasi

Banyak sudah buku nan menulis tentang sejarah Gusdur . Sosok nan satu ini, memang memiliki perjalanan hdup, pemikiran, sepak terjang, dan sisi lain nan unik. Mengapa Gusdur bisa menjadi sosok nan pemikirannya dianggap unik, "nyleneh", kontroversial sekaligus menjadi sumber inspirasi dari berbagai generasi? Maka tidaklah mengherankan jika cerita mengenai sejarah Gusdur pun menjadi cerita nan menarik, terlebih bagi mereka nan memang mengidolakannya.

Seorang nan diberi kekurangan dalam hal fisik oleh Tuhan nyatanya menyimpan sebuah keistimewaan tersendiri. Gusdur istimewa, sangat istimewa. Terlebih di mata para pengagumnya. Sejarah Gusdur nan sangat istimewa itu kemudian menjadi bacaan menarik nan memberikan kita hiburan sekaligus pelajaran.

Buku sejarah nan menceritakan perjalanan hayati Gusdur atau sejarah Gusdur juga cukup mudah ditemui di toko-toko buku. Ketika membaca buku tersebut, kemungkinan buat ikut terhanyut di dalam kisah perjalanan hayati Gusdur cukup besar. Gusdur menyimpan banyak cerita menarik nan dapat membuat Anda tersenyum bahkan dapat jadi sedikit berkaca-kaca.

Dari sosoknya nan tak paripurna secara fisik, Gusdur memiliki segudang pemahaman tentang hidup. Bahwa menganggap hayati tak sebagai sesuatu hal nan "merepotkan". Kata-kata Gusdur nan cukup terkenal akan hal ini ialah "gitu aja kok repot". Kata-kata dari Gusdur ini juga niscaya terangkum dalam sejarah Gusdur.



Cerita Sejarah Gusdur - Latar Belakang Keluarga

Sejarah Gusdur dimulai semenjak kelahiran tokoh ini. Gusdur terlahir pada 4 Agustus 1940 di Jombang-Jawa Timur, dengan nama Abdurrahman "Addakhil" nan artinya "Sang Penakluk". Nama nan ternyata menjadi fenomena di kemudian harinya. Gusdur memiliki "trah biru" di kalangan nahdiyin. Ayahnya K.H. Wahid Hasyim ialah mantan Menteri Agama pertama.

Kakek dari ayahnyanya ialah K.H. Hasyim Asy'ari, pendiri jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU sekaligus pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Sedangkan kakek dari ibunya ialah K.H. Bisri Syamsuri ulama terpandang di kalangan NU nan juga pernah menjadi Rais 'Aam PBNU. Sejarah Gusdur memiliki cerita nan cukup panjang semenjak dari pendahulunya.

Tak mengherankan bila Gusdur kecil sudah seringkali mendengarkan pembicaraan bertopik politik-keagamaan di rumahnya nan selalu ramai didatangi para tokoh dari berbagai bidang profesi. Sejarah Gusdur sejak kecil memang sudah dipenuhi dengan "ilmu-ilmu pengetahuan".

Dari pembicaraan tersebut, Gus Dur kecil bisa menyerap berbagai permasalahan nan menyangkut urusan umat, bangsa, dan negara. Hal ini terekam dan terinternalisasi dalam dirinya hingga dewasa. Takheran jika sejarah Gusdur sekaligus berisi tentang berbagai cerita menarik dari para tokoh besar.



Sejarah Gusdur - Multi Talent

Sejarah Gusdur sejak kecil sudah menunjukkan tanda-tanda kecerdasan berganda (multi talent). Ia menunjukkan talenta di bidang bahasa dan sastra, terlihat dari kegemarannya membaca di saat anak sebayanya banyak menghabiskan waktunya buat bermain. Berbagai buku, jurnal, majalah, koran, bahkan buku berat seperti filsafat pun telah ia lahap.

Sejarah Gusdur tak hanya berisi itu. Gusdur merasa perlu belajar Bahasa Belanda dengan memanggil guru les privat ke rumahnya. Saat di SD ia kampiun pertama lomba karya tulis se-Jakarta. Bakatnya tersebut terus terasah hingga di kemudian hari Gusdur terkenal sebagai penulis produktif nan buah pikirannya banyak tertuang di berbagai media massa. Sejarah Gusdur diisi dengan berbagai cerita menarik nan penuh prestasi.

Ia juga memiliki talenta di bidang seni, bahkan sewaktu SD ia belajar seni musik klasik dari seorang guru berkebangsaan Jerman nan bernama Willem Buhl. Kecintaan dan minatnya di bidang seni menjadikan dirinya sempat menjadi ketua juri Festival Film Indonesia (1986-1987) dan Ketua Dewan Kesenian Jakarta. Sejarah Gusdur memang menarik.

Sejarah Gusdur juga menceritakan prestasinya di bidang olahraga. Di bidang olahraga pun Gusdur kecil sudah terlihat tanda-tanda bakatnya. Ia piawai bermain bola, bahkan pandai mengulasnya. Tak mengherankan bila ia menjadi komentator dan kolumnis sepak bola saat dewasa.

Dari cerita sejarah Gusdur di atas terlihat bahwa sosok Gusdur ternyata sudah menunjukkan pribadi nan cerdas dan multi talent sejak kecil.



Sejarah Gusdur - Akses Informasi

Sejarah Gusdur pun berlanjut. Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gusdur melanjutkan pendidikannya ke SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama), sebuah sekolah nan dikelola oleh Gereja Katolik Roma nan sepenuhnya menggunakan kurikulum sekuler.

Di sini, dalam waktu satu-dua tahun Gusdur sudah mampu menguasai bahasa Inggris dan menghabiskan beberapa buku dalam bahasa Inggris, seperti buku karya Ernest Hemingway, John Steinbach, William Faulkner, dan banyak lagi nan lainnya.

Sejarah Gusdur taklepas dari pengaruh orang-orang disekitarnya. Salah seorang gurunya nan bernama Sumatri ialah anggota Partai Komunis, ia pernah memberikan buku Lenin nan berjudul What is To Be Done. Sejak itu dimulailah pengembaraan intelektualnya di global Marxis-komunis, sejumlah buku "kiri" telah ia baca, seperti Das Kapital-nya Karl Marx, di usia SMP.

Jelas tergambar bahwa sejak remaja Gus Dur memiliki akses informasi nan luas dari berbagai kalangan dan dari berbagai pemikiran, sehingga membentuk cakrawala berpikir dan wawasan nan luas pula.



Sejarah Gusdur - Persinggungan Kultural

Sejarah Gusdur dewasa dimulai. Gusdur pernah mondok di Pesantren Tegarejo Magelang Jawa Tengah di bawah asuhan K.H. Chudhari. Kyai Chudhari inilah nan memperkenalkan Gusdur dengan global sufi lengkap dengan ritual mistiknya, seperti ziarah ke kuburan-kuburan keramat para wali.

K.H. Chudhari juga memperkenalkan hiburan-hiburan nan tidak generik diajarkan di global pesantren seperti gamelan, tarian tradisional, kuda lumping, jathilan, dan sebagainya.

Selesai mondok di pesantren, Gusdur melanjutkan kuliah di Universitas al-Azhar, Mesir kemudian di Universitas Bagdad di Irak. Mesir dan Irak pada saat itu ialah Negara Arab nan keras, otoriter, dan ultranasonalis. Paham pemikiran Pan Arabisme dan Nasionalis Arabnya Partai Baath di Irak juga tidak luput dari kajian pemikiran Gusdur. Rangkaian sejarah Gusdur dalam menuntut ilmu menjadi cerita nan cukup menarik.

Selepas belajar di Baghdad Gus Dur melanjutkan studinya ke McGill University di Kanada dengan mengambil jurusan kajian Islam. Gus Dur nan berlatar belakang pesantren saat itu justru belajar Islam dari para orientalis Barat nan sekuler. Sejak saat itu, rona pemikiran Barat nan sekuler, rasional, dan humanis ikut pula membentuk pemikiran Gus Dur. Sejarah Gusdur tentang pendidikannya nan hingga ke luar negeri mewarnai perjalanan Gusdur sebagai seorang nan berpengaruh di Indonesia.

Keempat alasan tersebut membentuk pandangan, cara berpikir dan masuk dalam pribadi Gusdur tanpa ada nan dominan. Inilah sebabnya mengapa Gusdur seperti "nyleneh", sulit dipahami, dan dinamis. Kebebasannya dalam berpikir dan luasnya cakrawala pemikiran nan dimilikinya telah menembus batas pemikiran banyak orang nan tak memahaminya.

Sejarah Gusdur memberikan inspirasi tersendiri bagi para pencintanya. Mengetahui cerita sejarah Gusdur baik secara langsung ataupun melalui berbagai media niscaya akan semakin menambah kecintaan mereka terhadap sosok lucu ini.

Sejarah Gusdur dan nilai-nilai kehidupan nan implisit diajarkannya memberikan motivasi serta perenungan, bahwa hasil nan baik memerlukan perjuangan nan tak sedikit. Bahwa menuntut ilmu dan menjadikan otak kita seperti spons nan menyerap ilmu layaknya air ialah bukan suatu kerugian. Dari sejarah Gusdur kita pun belajar banyak hal.