Membuat Esai Sastra Melalui Contoh Esai Sastra

Membuat Esai Sastra Melalui Contoh Esai Sastra

Esai sastra ialah karangan prosa nan mengupas secara sepintas tetapi akurat, padat, dan berisi mengenai masalah kesusastraan, seni, dan budaya dari sudut pandang penulisnya secara subjektif. Contoh esai sastra dapat membantu Anda dalam membuat sebuah esai sastra.



Contoh Esai Sastra

Di bawah ini ialah sepenggal esai nan diambil dari esaisastra.blogspot.com. esai berjudul “Puisi Digital (Kajian Reproduksi Antologi Puisi Digital Cyberpuitika - 2002) ini cukup panjang, sehingga hanya dicantumkan penggalan awalnya saja di sini. Untuk melihat versi lengkapnya, silakan kunjungi esaisastra.blogspot.com

PUISI DIGITAL (KAJIAN REPRODUKSI ANTOLOGI PUISI DIGITAL CYBERPUITIKA-2002)

Oleh: CUNONG N. SURAJA “PENDAHULUAN Membicarakan puisi digital berkaitan erat dengan kelompok penggiat sastra internet atau sastra cyber yaitu Yayasan Multimedia Sastra (YMS). YMS didirikan pada 2 Maret 2001 oleh pecinta dan pencipta karya sastra, nan selama ini berhubungan secara tertulis melalui mailing list penyair@yahoogroups.com, puisiAnda@yahoogroups.com, dan gedongpuisi@yahoogroups.com memanfaatkan media internet nan saat ini ada dan tersedia di hampir semua tempat, di rumah, di kantor, di sekolah, di perjalanan, di pusat perbelanjaan, di warung-warung internet (warnet atau cyber cafe) buat pengembangan sastra dengan disahkan akta notaris Evawani Alissa Chairil Anwar. YMS bertujuan mendukung aktivitas insan pencipta karya sastra dan pecinta (penikmat) sastra dalam mengembangkan sastra dalam berbagai media dan mempunyai situs (homepage) www.cybersastra.net sebagai pusat informasi sastra…...”

“PUISI KONKRET = PUISI DIGITAL? Penerapan teknologi bisa mewujudkan puisi bentuk baru dengan kekayaan media tulis, media gambar, media musik, media bunyi- bunyian, dan media gambar bergerak (animasi). Semua media ini bisa digunakan sekaligus dalam puisi dengan donasi program komputer.Dalam seni rupa dikenal dengan nama Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) nan mengenalkan jenis lukisan nan disebut seni lukis instalasi, jenis seni rupa ini menghadirkan lukisan dengan media lain selain cat maupun pensil berwarna dan tak hanya dipamerkan di studio lukis atau ruang pamer nan dibatasi dinding, tetapi dipamerkan (dipertunjukkan) di alam terbuka seperti tepi pantai, persawahan bahkan di jalan raya di tengah kota. Multimedia digunakan oleh perupa-perupa GSRB dalam membuat karya instalasinya demikian pula puisi digital nan terkumpul dalam APDC menggunakan unsur musik….” “BATASAN DAN PEMBUATAN PUISI DIGITAL Stensaas (2002) [on line] dengan menggunakan pendekatan nan dilakukan Benyamin (1936) dalam melihat proses produksi pembuatan foto nan dibandingkan dengan lukisan, menuntut penerimaan proses pembuatan foto digital nan menggunakan program komputer sehingga pencetak foto tak lagi bersentuhan dengan cairan kimia. Juga pada pencetakan foto nan menggunakan kamar gelap nan tak mengotori tangan dibandingkan dengan penggunaan cat atau alat gambar dalam membuat lukisan . Sejalan dengan cara pembuatan foto digital, puisi digital juga merupakan karya seni nan juga menggunakan program-program komputer dalam pembuatannya. Menurut Zervos (2002) komputer menjadi alat nan menarik dan menunjang kegiatan pendidikan,hiburan, loka kerja serta alat menyampaikan berita. Bagi pengguna komputer pemula pun tak akan menemui kesulitan buat mengoperasikannya komputer, nan kemudian dilengkapi dengan serat optik nan memungkinkan penggunaan saluran telepon buat menyampaikan informasi dengan sangat pesat ……”

“KONSEP PUISI DIGITAL Penggunaan berbagai media seni dalam penciptaan puisi digital merupakan disparitas nan mencolok selain penggunaan program komputer. Hal ini terlihat dari pengertian puisi secara generik nan dirangkum oleh Arisel Ba (nama sebenarnya Subari bin Ahmad) dalam artikel "Definisi Puisi" nan bisa dibaca pada situs ariselba.blogdrive.com/comments?id=26, Wednesday, April 06, 2005 menulis Ciri-ciri puisi. itu antara lainnya termasuklah imaginasi, pemikiran, idea, nada, irama, kesan pancaindera, susunkata, kata- kata kiasan, kepadatan, perasaan, perasaan nan bercampur-baur dan sebagainya. Dan bila pula diperhalusi lagi ciri-ciri ini, maka puisi boleh Anda bahagikan kepada tiga eleman pokok iaitu; (1) Isi (pemikiran, idea dan emosi) (2) Bentuk (3) Kesan. Dan kesemua elemen ini tercakup menerusi satu media iaitu bahasa Arisel membatasi puisi nan menggunakan satu media yakni bahasa, sedang puisi digital selain bahasa, juga menggunakan gambar bunyi dan mobilitas ……”

“PROSES REPRODUKSI Reproduksi dalam sastra berhubungan dengan penerbitan buku (Escarpit 1958, terjemahan Ida Sundari Husen, 2005: 67) nan dengan adanya inovasi percetakan mempengaruhi kehidupan kultural dan intelektual juga pada hubungan-hubungan sosial (Faruk 1994: 52). Dalam reproduksi itu ada interaksi kegiatan penerbit nan saling mempengaruhi yaitu kegiatan memilih, membuat (fabriquer), dan membagikan. (Escarpit 1958, terjemahan Ida Sundari Husen, 2005: 74). Untuk itu Tommy Prakoso dalam penerbitan APDC nan bertindak sebagai Project Manager (penyunting) menjelaskan tentang penyusunan antologi puisi digital ini nan secara holistik dikoordinasikan tak melalui hubungan tatap muka melainkan dengan memanfaatkan wahana komunikasi internet nan dilakukan sejak pengumuman planning pembuatan puisi digital, tanya jawab, konsultasi teknis, hingga pembuatan CD…..”



Contoh Esai Sastra: Kemat Jaran Guyang

Selain contoh esai sastra di atas, Anda juga dapat mendapatkan contoh esai sastra dari buku kumpulan esai sastra. Contoh kumpulan buku esai sastra nan dapat dijadikan surat keterangan adalah, “Menjadi Manusia” karya Yakob Sumarjo, “Si Parasit Lajang” karya Ayu Utami, “Obsesi Perempuan Berkumis” karya Budi Darma.

Anda juga dapat melihat contoh esai sastra di media massa seperti “Kompas”, “Pikiran Rakyat”, dan lain-lain nan biasa muncul hari Minggu di lembar budaya. Di lembar Khazanah koran “Pikiran Rakyat” sering muncul esai sastra atau kritik sastra.

Esai sastra nan akan dijadikan surat keterangan dalam artikel ini ialah esai nan dimuat di Harian Generik “Pikiran Rakyat”, Minggu 17 Oktober 2010, dengan Judul Kemat Jaran Guyang ditulis oleh Supali Kasim. Wakil Ketua Forum Bahasa dan Sastra Cirebon.

Dalam contoh esai sastra tersebut beliau mengatakan bahwa nyaris tak ada sastra Cirebon ditemukan dalam bentuk penerbitan media massa maupun buku. Kalau pun ada, hanya dalam satu kolom kecil di suatu koran nan dimuat terbatas dan dicetak sederhana. Karya sastra Cirebon ibaratnya hanya ditulis dan didokumentasikan di rumah penulisnya, tanpa mengetahui bagaimana harus diterbitkan.

Karya sastra nan dilahirkan pengarang sulit buat dipublikasikan di media massa. Penerbit pun terbentur dengan kecilnya pangsa pasar. Hal ini berbeda dengan karya sastra sunda dan karya sastra jawa nan banyak dibahas dimana-mana, bahkan banyak media massa nan berbahasa tersebut, seperti Mangle, Galura, Sipatahuan, Kujang Giwangkara.

Dukungan secara akademis pun cukup signifikan. Beberapa perguruan tinggi pun membuka jurusan Bahasa dan Sastra Sunda yakni Unpad dan UPI, sementara jurusan Bahasa dan Sastra Jawa antara lain di UGM, UNY, dan UNS. Namun siapa nan peduli pada perkembangan sastra Cirebon, nan jelas berbeda dengan sastra sunda maupun jawa, ujarnya di dalam esainya.

Menyikapi kalimat nan sedikit sinis terhadap sastra sunda dan sastra jawa, hal ini berarti Supali ingin sedikit menggelitik pemerintah agar sedikit peduli terhadap sastra Cirebon nan terpinggirkan. Mungkin lama-lama sastra Cirebon akan punah dan hilang ditelan zaman dan bangsa Indonesia akan kehilangan sebuah budaya.

Supali memberikan sebuah analogi nan tepat dalam sebuah Drama Tarling Abdul Ajib khas Cirebon nan berjudul Nasib Baridin, nan cintanya ditolak mentah-mentah oleh gadis pujaannya sebab kemiskinan. Padahal sebagai pribadi, Baridin tergolong orang nan ulet dan tulus cintanya.

Diam-diam, gadis nan ditaksirnya, Suratminah seperti memberikan harapan. Sampai-sampai ajian Kemat Jaran Guyang pun dilakukan buat menaklukan gadis itu. Lalu, Supali memberikan citra wilayah Cirebon dan perkembangan sastra dan budayanya nan kembang-kempis dalam contoh esai sastra ini.

Nah, dalam esai sastra, Anda sebagai penulis boleh berpendapat sesubjektif mungkin asal disertai data dan fakta nan masuk akal sehingga pembaca merasa konfiden dengan apa nan Anda ungkapkan.

Dalam sebuah esai pun Anda boleh memberikan solusi terbaik mengenai masalah nan dibahas, sehingga esai tak hanya berupa kritik atau keluhan saja tentang kenyataan nan terjadi dalam lingkungan sosial budaya masyarakat.



Membuat Esai Sastra Melalui Contoh Esai Sastra

Setelah melihat berbagai contoh esai sastra, kini saatnya Anda membuat sendiri esai sastra Anda. Caranya:

  1. Pelajari contoh esai sastra

  2. Bedah lalu tandai bagian-bagian nan dianggap penting

  3. Tentukan tema nan paling Anda kuasai

  4. Carilah bahan

  5. Buatlah outline atau poin-poin nan akan anda bicarakan

  6. Tentukan judul

  7. Mulailah mengembangkan kerangka karangan

Cara mengembangkan kerangka karangan esai:

  1. Untuk memudahkan karangan, mulailah dengan sebuah definisi

  2. Kembangkan karangan dengan pelukisan situasi, untuk beberapa subjudul agar esai tampak menarik dan tak membosankan

  3. Masukan pandangan seorang ahli

  4. Buatlah kalimat-kalimat tunggal dan kalimat beragam setara atau bertingkat dengan struktur nan sederhana

  5. Untuk memudahkan menguraikan paragraf gunakan paragaraf-paragraf deduktif

  6. Esai biasanya berupa karangan argumentasi

Itulah informasi seputar contoh esai sastra dan cara menulis esai sastra. Selamat menulis!