Save Food Chain for Better Life (Selamatkan Rantai Makanan)
Anda tahu perihal pentingnya jaring-jaring rantai makanan bagi kehidupan? Jika memahami dengan sahih pelajaran Biologi, Anda akan bisa menyimpulkan sesuatu mengenai hal ini.
Dunia warming saat ini bukan lagi sekadar isu lingkungan hidup. Melainkan sudah benar-benar konkret terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Satu di antara akibat dari dunia warming ialah berkurangnya huma hijau. Di kampung-kampung, dusun dan pedesaan sebagian besar lahan-lahan pertanian beralih fungsi menjadi huma pemukiman, pabrik atau pusat perbelanjaan. Bukan hanya huma pertanian secara keseluruhan. Lahan-lahan tanah kosong, tanah garapan pelan-pelan terkena konversi.
Hal ini sangat mengerikan bagi kehidupan kehidupan makhluk hayati secara keseluruhan. Selain huma pertanian, hutan ialah nan paling parah mengalami deforestasi. Akselerasi penebangan hutan dan penggunaan pestisida hiperbola pada huma pertanian, tak pelak lagi telah menyebabkan jaring-jaring rantai makanan terputus.
Sebagaimana dikutip dari media online Seruan Sanubari. Warta ini sempat “memanas” dan menimbulkan kontroversi. Tajuknya:
“SUMUT Impor Beras, Pukulan Keras buat Siapa?” (edisi No. 4 | Feb 2013).
Dalam tulisan tersebut dipaparkan, “Sumatera Utara nan dahulunya memiliki huma terluas buat lumbung pangan dan basis pertanian di Provinsi Sumatera, kini pelan-pelan habis terkikis konversi huma dampak pembangunan industri, perumahan, dan mall. Sumut impor beras dari Thailand, selain dari Thailand, Sumut mendapatkan pasokan beras dari Sulawesi, Jawa Timur, Aceh, dan Jawa Barat. Ironis sekali, Provinsi Jawa Barat geografis wilayahnya lebih kecil dari Sumatera Utara bisa menjadi penyangga lumbung pangan nasional.”
Dalam tulisan tersebut diulas juga proses hilangnya sejumlah hewan-hewan nan hayati di air terutama nan berada di pematang sawah seperti ikan gabus, katak, ikan sepat, ikan laga (ikan cupang), kecebong, belut, belalang, keong, dan ular.
Sebenarnya apa dan bagaimana nan disebut dengan jaring-jaring rantai makanan? Secara sederhana rantai makanan (food chain) ialah perolehan makanan pada organisme nan terjadi secara berantai dan rangkaian pemerolehan makanan organisme berikutnya.
Disebut rantai makanan sebab di dalamnya ada aktivitas makan-memakan, memangsa-dimangsa. Alurnya tak akan terputus sebab itu disebut rantai makanan. Organisme rantai makanan ini terdiri atas jenjang makan herbivora-karnivora-omnivora. Jaring-jaring makanan dalam istilah lain disebut piramida ekologi, rantai makanan atau a food chain is the sequence of food transfer from tropic level to tropic level.
Awal mula terjadinya rantai makanan, semuanya niscaya bermula dari tumbuhan. Tumbuhan dimakan belalang, belalang dimakan katak, katak dimakan ular, ular dimakan burung, burung wafat dimakan cacing, cacing berguna buat menyuburkan tumbuhan. Urutan dari kesemuanya ini disebut sebagai perpindahan dari trofi ke trofi atau pendapat lain mengatakan perpindahan materi berubah bentuk menjadi energi.
Teoritisnya demikian, praktiknya rantai makanan bukan lagi terputus melainkan sudah hilang sama sekali. Apa buktinya? Sekarang lihat sekitar kita! Di perkotaan saja misalnya, cicak sudah sporadis ada. Cicak ditangkapi dan dijual. Jika cicak sporadis berarti nyamuk semakin banyak. Nyamuk semakin banyak, maka penggunaan pestisida buat membunuh serangga (nyamuk) semakin tinggi.
Limbah pestisida menyebabkan organisme cacing tanah menjadi mati. Jika cacing mati, tanah tak subur. Jika tanah tak subur, tumbuhan tak akan bisa hidup. Contoh di Jawa Tengah pernah kejadian mewabahnya hama belalang dampak burung-burung nan biasa memangsa banyak nan wafat atau ditangkapi. Satu saja terputus rantai makanan, menyusutlah semuanya. Selain hama belalang, hama ulat termasuk nan sering terjadi.
Istilah dalam pokok-pokok mata rantai makanan sebagai berikut:
- Produsen ialah tumbuhan hijau nan hayati melalui fotosintesis.
- Konsumen ialah hewan nan memakan tumbuhan (herbivora) dan juga saling memangsa satu sama lain. Saling memangsa ini diistilahkan dengan primer, sekunder, tersier, kuartener.
- Dekomposer ialah makhluk pengurai nan dalam mata rantai makanan termasuk nan sangat penting. Hewan-hewan wafat akan diurai oleh bakteri dan jamur.
Tumbuhan hijau berperan sebagai produsen primer dalam mata rantai makanan nan bisa memberikan energi bagi penyantapnya. Dalam hal ini organisme herbivora disebut konsumen taraf I (pemakan tumbuhan). Kemudian konsumen taraf II, makhluk hayati herbivora dimangsa/dimakan oleh makhluk karnivora.
Maka makhluk hewan pemakan daging disantap/dimakan oleh makhluk hewan pemakan daging konsumen taraf III.
Meski sebagian besar manusia ialah makhluk hewan pemakan daging (pemakan tumbuhan dan daging). Manusia tak termasuk ke dalam mata rantai makanan. Padahal ada manusia nan menjadi pemangsa alias pemakan segalanya.
Dalam mata rantai makanan terdapat istilah “rantai parasit.” Makhluk hayati rantai parasit seperti cacing pita, bakteri, dan benalu. Sedangkan “rantai saprofit” ialah jamur dan bakteri. Termasuk di dalamnya makhluk pendaur tanah yakni jasad renik.
Pada gambar-gambar siklus mata rantai makanan digambarkan tikus dimakan ular, ular dimakan elang. Mungkin perlu klarifikasi lebih lanjut dari guru Biologi dan para ahli Ekologi, apakah di masa sekarang kita masih bisa melihat elang memangsa ular?
Sebenarnya ada dua tipe fundamental dari jaring-jaring rantai makanan yakni rantai makanan rerumputan (grazing food chain) dan rantai makanan residu (detritus food chain). Organisme pemakan makanan residu disebut detritivora (predator bangkai).
Hewan-hewan Mengalami Anomali Pola Makan
Bukan tak mungkin suatu saat terjadi kelainan pada hewan-hewan sebab persediaan makanan tak ada. Sebagian hewan-hewan menjadi atau mengalami kelainan dalam hal pola makan dan di dalam berburu mangsa. Misalnya, monyet nan telah dipelihara di rumah warga nan terletak di kampung-kampung dan dirantai.
Monyet diberi makan nasi. Akhirnya ia mau makan. Kucing nan tadinya tak pernah makan telur, ketika diberi makanan telur. Ia pun mau makan. Burung nan telah lama dipelihara di dalam sangkar, tak lagi bisa terbang jauh sebab kakinya sudah lemah. Ia pun tak lagi bisa memakan makanan orisinil sebagaimana burung di hutan. Sebab, biasanya sudah diberi makan pelet, ketan hitam, dan pakan ternak nan mengandung zat kimiawi. Sebenarnya banyak lagi keanehan-keanehan atau Norma hewan nan telah berubah seiring terputusnya rantai makanan.
Simpulannya bukan lagi terputus, melainkan rantai makanannya sudah hilang. Di hutan misalnya, harimau terkadang datang ke pemukiman penduduk sebab di hutan rimba nan notabene sebagai “rumahnya harimau,” tak ada lagi rusa, kijang, pelanduk, babi hutan atau hewan-hewan hutan nan liar. Semua hutan habis ditebang oleh manusia. Harimau kehilangan mangsanya.
Save Food Chain for Better Life (Selamatkan Rantai Makanan)
Upaya apa nan bisa manusia lakukan buat menyelematkan jaring-jaring rantai makanan? Yaitu dengan kembali kepada kehidupan nan normal dan mulai mengurangi memakan daging. Manusia harus peduli juga kepada pertanian. PBB sudah memeringatkan agar semua negara penghasil pangan (gandum, beras, kentang, umbi-umbian) menggunakan pestisida sinkron dengan anggaran takar dan jangan berlebihan. Sebab, hal itu bisa memacu akselerasi musnahnya organisme-organisme makhluk hidup.
Saat ini kelompok Vegetarian ialah nan paling gencar menyuarakan perubahan konduite manusia terutama dalam pola makan. Tujuannya buat menyelamatkan Bumi dan menyelematkan makhluk hidup. Kelompok Vegetarian menganjurkan agar manusia tak mengonsumsi daging.
Lalu apa hubungannya dengan jaring-jaring rantai makanan? Sebagian besar hutan-hutan ditebang buat dibuat peternakan, mulai dari peternakan babi, sapi, kambing, ayam, lembu, kuda dan sebagainya. Bukan hanya peternakan, hutan-hutan dibuka buat perkebunan sawit, tebu, karet, buah jarak, nenas, teh, kayu jabon. Dampak dari ini semua, hewan-hewan nan hayati di hutan tak lagi memiliki loka tinggal. Mereka akhirnya menyerbu ke rumah-rumah penduduk.
Kalau saja manusia bisa hayati bervegetarian. Ia secara langsung sudah menyelamatkan seluruh organisme makhluk hayati nan ada di bumi.