Media buat Berpolitik
Politik soal siapa mendapat apa dan bagaimana. Harold Laswel berujar demikian. Bermain politik bermain kotor. Persepsi demikian inheren mencermati laku langgam politik. Namun, politik ialah seni. Art of possible . Seni berbagai kemungkinan. Hal itu pun berlaku ketika menyusun makalah politik. Membuat karya tulis politik ialah seni. Mengolah, mencerna, menulis, dan sebagainya. Seni tersebut nan mewarnai proses membuat makalah politik .
Tips
Makalah politik jamak ditemui di global akademik. Politik ialah disiplin ilmu nan (mulai) populer. Orang tidak enggan buat masuk ke global politik. Maka dari itu, pamor makalah politik kian menanjak. Makalah politik kian dicari buat surat keterangan atau sekadar bacaan. Jika Anda termasuk tipe pembaca, berikut ini tipsnya.<ul >
- Reliable . Membaca makalah politik buat mendapat informasi nan seksama (valid). Ketepatan pemilihan media harus dilakukan. Makalah politik nan Anda baca mesti reliable . Sumber makalah politik sebaiknya memiliki reputasi bagus. Track record nan jelas, berimbang, dan objektif.
- Library . Perpustakaan tak melulu konvensional, tetapi digital. Makalah politik kini banyak tersebar dalam bentuk e-book . Bahkan, jurnal politik kini dibukukan dalam format digital. Namun, tak lantas konvensional library tak berguna. Tidak semua makalah politik di internet reliable . Cara konvensional mengurangi akibat demikian.
- Berbayar atau gratis? Tidak semua makalah politik gratis. Namun, kualitas makalah politik tak ditentukan sekadar bayar atau gratis. Kini, sejumlah forum atau institusi menyediakan makalah politik buat dapat diakses. Makalah politik berbayar sah-sah saja sepanjang relevan dengan kebutuhan.
Menyusun Makalah
Nah, bagi Anda nan ingin menyusun makalah politik, berikut ini tipsnya.
- Unik. Makalah politik harus unik. Topik politik nan banyak membuat konten makalah rawan bertabrakan. Topik boleh sama tetapi bahasan harus berbeda. Kedalaman mengolah kata dan ketepatan membahas topik dapat jadi nilai tambah.
- Objektif. Politik akan berkaitan dengan kepentingan. Makalah politik tak bebas nilai. Namun, menyusun makalah politik harus independen. Dalam artian, pendanaan, pemikiran, dan afiliasi. Menjadi objektif krusial buat mencegah feed back negatif dari makalah politik.
- Data. Practise makes perfect. Data makes more perfect . Pepatah demikian berlaku bagi makalah politik. Data berguna buat mendapatkan pengakuan validitas. Mencari (sumber) data tak dapat sembarang. Data dari buku, internet, dan sumber lain, mesti disaring kembali.
- Publikasi. Makalah politik dapat disebarkan dalam ragam bentuk. Prinsipnya, semakin banyak dibaca, semakin bagus. Banyak media nan dapat digunakan. Sebut saja, buku, e-book , jurnal ilmiah, konfrensi, dan sebagainya.
Media buat Berpolitik
Kita hayati di zaman nan menarik di mana Internet, khususnya media sosial platform seperti Facebook, Twitter dan YouTube telah menjadi permainan-penukaran dalam arena politik dan sosial.
Mutasi disparitas politik dan protes massal terhadap pemerintah di seluruh dunia, lazim selama bertahun-tahun, akhirnya sukses dalam beberapa kali (bahkan menggulingkan rezim tiran nan menindas) berkat kekuatan alat media sosial.
Tampaknya bodoh sekali buat mengabaikan jumlah perubahan nan dibawa media sosial dalam urusan publik pada skala baik dunia maupun nan lokal. Dalam pemerintahan paling demokratis di seluruh dunia, menggunakan media sosial buat kampanye politik seperti pemilihan presiden ialah lumrah. Oleh sebab itu, menjadi bagian integral dari taktik kampanye.
Di Kompasiana misalnya. Bertebaran makalah makalah politik dari para simpatisan nan partisan. Mereka berupaya merubah kesamaan pemilih dengan membaguskan calon pilihannya, dan menjelek jelekan calon lawannya dalam kasus pilgub Jakarta nan di menangkan Joko Widodo. Tentu saja ada feedback.
Kita juga dapat lihat Kampanye presiden AS, kembali pada tahun 2008, saat Barack Obama sebagai calon nan tech-savvy (melek internet) dan inovatif dengan kehadiran nan kuat di situs jejaring sosial.
Beberapa analis politik menyebut berhasil kandidat Partai Demokrat itu buat taktik interaksi masyarakat nan mengesankan, nan digunakan alat media sosial buat secara efektif mempengaruhi dan terlibat pemilih potensial.
Tak perlu dikatakan, Presiden Obama menjadi contoh pas dari kampanye pemilu nan sukses, nan mempekerjakan platform media sosial sebagai pusat.
Kampanye politik dan kampanye pemilu memiliki banyak kecenderungan dengan pemasaran. Pada dasarnya, kampanye politik nan baik tentang berpose calon buat pos publik, menggalang dukungan buat agenda politik atau mendapatkan opini publik tentang hal-hal krusial mengenai kebijakan pemerintah. Ini hanyalah bentuk publikasi atau pemasaran.
Menggunakan Media Sosial buat Kampanye Pemilu
pemasaran Sosial media buat kampanye politik harus menjadi bagian dari taktik kampanye kohesif nan konsisten di semua saluran media termasuk media tradisional.
Sebuah taktik media sosial tak harus menjadi alat renungan, nan bertujuan melibatkan hanya pemilih melek internet. Lebih spesifik lagi, berkaitan dengan berkampanye digital pada platform media sosial, ialah krusial buat fokus pada hal-hal berikut buat memastikan keterlibatan berhasil dengan masyarakat (termasuk pemilih).
1. Menggaungkan Calon: Ini akan bermanfaat buat memperkenalkan calon masing-masing melalui blog mereka sendiri. Peserta bisa menggunakan blog buat berbagi potongan pribadi seperti latar belakang keluarga, ide-ide, keyakinan dan alasan buat berlangganan pandangan partai dan agenda.
Ingat bahwa, visi partai politik mungkin tersedia di loka lain di situs, alasan sendiri kandidat buat mendukung keyakinan partai bisa menjadi cara nan efektif buat meminjamkan sentuhan pribadi dan mungkin, langsung menjangkau pemilih potensial.
2. Melihat Kontribusi: Pastikan buat menyorot tak hanya prestasi resmi kandidat sebagai anggota partai tetapi juga / nya partisipasinya dalam kegiatan nan lebih bersifat sosial (relawan buat amal, video hubungan dengan orang-orang, podcast dari pidato nan diberikan, dll ).
Memakai media online ialah menjaga biaya dengan efektif, daripada beriklan mahal mahal sekedar menampilkan prestasi.
3. Terlibat dalam Obrolan dua arah: Seperti kampanye apapun, kegagalan malah tampak, jika tak ada hubungan nan "hidup" antara politisi dengan konstituennya. Komentar dan tanggapan lain dari orang-orang nan harus kasih feedback dalam waktu minimum, dan komentar negatif, pandangan bertentangan dengan nada protes, dll, harus ditanggapi secara efektif dan sensitif.
Tidak ada gunanya memiliki kehadiran tidak aktif di situs jejaring sosial padahal fan ikut berkembang pada real-time update (mikroblog) dan tanggapan nan cepat. Jika ada pertanyaan atau komentar nan belum kena tanggapan dalam beberapa pekan, maka lebih dari mungkin bahwa orang akan kehilangan minat buat berpartisipasi.
Bahkan, kurangnya respon pada sebuah situs sosial bisa disalahartikan sebagai kurangnya keseriusan pada bagian calon dalam menangani isu-isu tentang rakyat. Itu akan lebih berbahaya, daripada tak memiliki kehadiran media sosial sama sekali.
4. Memanfaatkan Connection Online di Global Nyata: Hosting perdebatan dan memenangkan opini publik pada setiap materi kampanye lebih mudah dilakukan, setelah Anda membangun kehadiran Anda di media sosial, melainkan memberi Anda sebuah kelompok orang siap buat menjangkau langsung. Maka ini menjadi lebih mudah buat mengatur acara lokal, acara penggalangan dana, demonstrasi, dll, dan tanggapan gauge.
6. Memahami Popularitas Online: Setelah bermain dengan makalah politik demi meraup minat, maka popularitas kandidat secara online dilihat dari jumlah pengikut di situs jejaring sosial sporadis diterjemahkan ke bentuk dukungan sebenarnya.
Ini tentu tak menjamin kemenangan dalam pemilu. Seperti semua acara kampanye lainnya, itu hanyalah cara nan bagus buat menjangkau orang-orang dan menyebarkan dan memperkuat pesan.