Cerita Kancil dan Raja Buaya
Tahu tentang dongeng kancil dan buaya ? Hampir setiap orang niscaya pernah mengetahui tentang dongeng kedua binatang tersebut. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Anda niscaya pernah diajarkan tentang dongeng tersebut. Banyak nilai moral nan bisa diambil dari dongeng tersebut. Tentang kecerdikan seekor kancil, tentang kegigihan, serta tentang nilai-nilai kehidupan lainnya.
Dongeng merupakan salah satu warisan berharga nan didapat dari orangtua dulu. Sungguh sangat mengagumkan, saat tangan seorang ibu mengusap kepala sang buah hati saat mengantarkan tidur dengan menceritakan tentang aneka dongeng nan mendidik dan menghibur. Dongeng kancil dan buaya memang sarat nilai nan bagus bagi anak. Anda dapat membuat cerita sendiri tentang kedua binatang tersebut.
Kecerdikan Kancil
Seekor kancil mondar-mandir di tepi sungai. Ia sangat kelaparan. Kancil pun berniat mencari buah buat dimakan. Buah itu ada di seberang sungai besar. Sayang, kancil tidak dapat berenang.
Tiba-tiba muncul seekor buaya dari dalam air. Kancil tidak merasa takut. Justru kancil tersenyum dan memanggil buaya itu. Buaya segera mendekat ke tepi sungai.
“Mengapa kau memanggilku?” tanya Buaya.
“Aku disuruh menghitung berapa jumlah kalian.”
“Menghitung? Untuk apa?” tanya Buaya heran.
Kancil tersenyum. “ Setiap buaya akan mendapat daging. Cepat panggil semua temanmu dan segera kembali.”
“Benarkah?” Buaya terlonjak gembira.
Kancil mengangguk cepat.
Buaya girang. Ia lalu memanggil seluruh temannya. Tak lama kemudian, sudah banyak buaya berjejer sampai ke ujung sungai. Semua buaya berharap akan mendapat daging segar nan lezat.
“Aku akan mendapat nan paling besar!” seru buaya kecil.
“Hush! Daging nan paling besar buatku!” ujar buaya lainnya.
Semua buaya sudah ribut membayangkan makan besar.
“Baiklah. Aku akan mulai menghitung jumlah kalian.” Kancil berseru dari pinggir sungai.
Lalu, Kancil mulai menghitung. Ia naik ke punggung buaya pertama lalu cepat melompat ke punggung buaya lainnya sambil menghitung. Kancil terus menghitung sampai buaya paling ujung. Akhirnya, Kancil pun sukses ke tepi sungai.
“Terima kasih, para buaya! Kalian tak akan bisa hadiah apa pun!”
Para buaya kecewa. Mereka sadar Kancil telah menipunya.
Cerita Kancil dan Raja Buaya
Dongeng Kancil dan Buaya ini berasal dari cerita rakyat Lebak, Banten. Kisahnya tentang kecerdikan seekor kancil bersama Raja Buaya.
Suatu hari, Kancil sedang meloncat gembira di pinggir tebing. Raja Buaya nan melihat Kancil merasa heran
“Mengapa kau terlihat girang? Apakah kau tak takut padaku?” tanya buaya heran.
“Mengapa saya harus takut?” tanya Kancil tenang. “Jumlah kalian para buaya hanya sedikit.
Dibanding dengan bangsa kancil, jumlah kalian bagaikan langit dan bumi.”
Raya Buaya marah. “Apa kau bilang! Jumlah kami justru lebih banyak dibandingkan kalian!
”Kancil tertawa meledek. “Menurutku, jumlah kami jauh lebih banyak. Jumlah para kancil bagaikan bintang di langit.”
“Enak saja kau bicara! Jumlah kami nan paling banyak!” seru Raja Buaya.
“Kalau begitu, buktikan saja!” jawab Kancil.
“Baik!” Raja Buaya mengangguk setuju.
“Esok hari, kau harus membawa seluruh buaya. Aku pun akan membawa seluruh kancil. Kancil atau buaya nan paling banyak jumlahnya. Bagaimana?” lanjut Kancil.
Raja Buaya setuju. Ia lalu mengumpulkan seluruh buaya. Sementara itu, Kancil berlari ke sana kemari tiada henti di tebing sungai hingga matahari tenggelam. Dini hari, Kancil pun telah berlari ke sana kemari tidak ada henti.
Pagi hari, saat matahari sudah berada di atas kepala, Raja Buaya datang bersama seluruh buaya. Sungai dipenuhi oleh buaya.
“Kau terlambat datang, Raja Buaya! Kami para kancil telah lama menunggu kalian. Karena tidak sabar, para kancil merasa kesar dan akhirnya pun pulang.” Kata Kancil.
Raja Buaya melotot. “Huh! Bilang saja kalian memang tidak datang. Jumlah kalian memang sedikit!”
“Naiklah ke tebing ini. Kau akan menemukan banyak sekali jejak kancil.” Suruh Kancil.
Akhirnya, Raja Buaya pun menaiki tebing. Ia melihat banyak sekali tapak kaki kancil. Begitu banyak! Raja Buaya pun mengaku kalah.
“Kalian memang sangat banyak sekali. Kami para buaya mengaku kalah. Mulai saat ini, kami tak akan menganggu kalian lagi.”
Kancil tersenyum. Namun, ia belum merasa puas mengelabui Raja Buaya.
“Tapi saya belum merasa puas, Raja Buaya. Bagaimana kalau kita tanding tarik tambang satu versus satu. Siapa nan paling kuat di antara kita berdua.”
“Baik. Kalau itu maumu.” Raja Buaya konfiden dirinya nan paling kuat. Melawan seekor kancil sangatlah mudah. Badan buaya nan besar niscaya cukup mengadu kekuatan dengan si kancil.
“Tunggu di sini. Aku akan mencari tali rotan nan kuat agar tidak mudah lepas saat ditarik,” ujar Kancil sambil meninggalkan Raja Buaya.
Kancil lalu mendatangi Raja Kera . Ia menceritakan maksud kedatangannya. Kancil tahu di antara bangsa kera dan buaya memang sudah bermusuhan lama.
“Baik kalau begitu. Aku akan membantumu,” jawab Raja Kera saat Kancil selesai bercerita.
Kancil lalu pergi menemui Raja Buaya dengan membawa seutas tali rotan nan panjang.
“Raja Buaya, saya sudah membawa tali rotan. Kau pegang di ujung sungai dan saya di atas tebing. Jika kau dapat menarik tali rotan dan membuatku terjebur ke sungai, berarti kau pemenangnya,” jelas Kancil.
Raja Buaya tertawa kencang. “Hahahaha... sudah jelas siapa pemenangnya. Aku nan paling kuat.”
“Baiklah buktikan saja.”
“Aku akan sekali menarikmu dan kau akan jatuh,” kata Raja Buaya sombong.
Kancil hanya tersenyum.
Lalu, kancil berdiri di atas tebing. Ia lalu berteriak kencang ke arah Raja Buaya nan ada di pinggir sungai.
“Tarik!” kancil berteriak.
Raja Buaya dengan kekuatan penuh menarik tali rotan. Alangkah kagetnya Raja Buaya. Tadinya ia berpikir bisa menarik tali rotan sekali saja dan membuat Kancil terjerumus ke sungai. Namun, justru tali rotan menegang. Sangat kuat sekali!
“Ayo tarik! Mana tenagamu!” teriak Kancil.
Raja Buaya kehabisan tenaga. “Kancil sangat kuat sekali!”
Berkali-kali tali rotan ditarik, tetapi Kancil tetap saja tidak dapat terkalahkan. Kini, Raja Buaya kehabisan tenaga.
Kancil lalu mendatangi Raja Buaya.
“Apa kau akan meneruskan pertandingan?” tanya Kancil.
Raja Buaya terdiam. Ia sangat merasa malu.
“Apa kau ingin meneruskan pertandingan?” ulang Kancil.
Raja Buaya masih tidak menjawab. Ia malah menundukkan kepalanya.
“Kini, kau tahu siapa nan paling kuat. Janganlah bersikap arogan dan seenaknya saja kepada sesama binatang,” kata Kancil. “Berbuat baiklah kepada semua binatang. Kau mengerti?” lanjut Kancil.
Raja Buaya mengaku kalah, ia sangat malu dan langsung menenggelamkan diri ke sungai.
Kancil pun bergegas menuju kediaman Raja Kera. Melihat kedatangan Kancil, Raja Kera meloncat gembira. Ia bahagia musuhnya kalah. Lalu, Raja Kera pun melepaskan tali rotan nan ia ikatkan ke pohon kelapa .
Demikian dua dongeng Kancil dan Buaya. Anda dapat menceritakan dongeng ini sebagai pengantar tidur anak. Menceritakan keseruan dongeng Kancil dan Buaya.