Kisah Ramayana di Hutan
Ramayana ialah kata nan tak asing bagi Anda nan getol dengan global pewayangan. Pasalnya, Ramayana sebagai sebuah cerita telah melegenda dan melintasi zaman. Terlebih romansa antara Rama dan Shinta nan kemudian menjadikan kisah Ramayana ini banyak diadopsi dan direka ulang menjadi kisah percintaan masa kini.
Ada nan mengambil kesetian Shinta sebagai sudut pandang, ada juga perjuangan Rama sebagai suami nan mencintai istri, namun ada pula nan mengambil cerita dari sudut pandang manusiawi pada diri Rahwana nan mencintai perempuan cantik meski itu ialah istri orang lain. Bagaimana pun bentuk dan jenis dalam mengekspresikan kisah ini, tetap saja faktanya adalah, betapa kemudian, Ramayana telah ambil bagian dalam seni dan budaya sastra serta pertunjukan di dunia, tidak juga ketinggalan ialah di Indonesia.
Namun, membicarakan Ramayana, apa makna dan apa pula sebenarnya nan terjadi pada kisah Ramayana nan sangat hiruk-pikuk itu? Mari kita bahas barang sejenak di sini. Pertama nan mungkin menjadi bahasan menarik ialah asal kata dari Ramayana itu sendiri.
Kata Ramayana pada dasarnya ialah berasal dari bahasa Sanskerta yakni dibaca Rāmâyaṇa . Kata ini taklain dan tidak bukan ialah gabungan dari dua kata nan memilik maknanya masing-masing, yakni kata 'Rāma' dan juga kata 'Ayaṇa' yang jika dimaknai maka menjadi 'Perjalanan Rama'.
Sejatinya kisah Ramayana ialah sebuah cerita epic atau epos nan berlatar sejarah dan diubah oleh seorang bernama Walmiki atau versi lain menyebut dengan nama Valmiki dan atau juga dengan nama Balmiki. Meski kisah Ramayana sangatlah masyhur, namun ada kisah epos lainnya nan takkalah tenar, yakni kisah perseteruan antara Pandawa dan Kurawa nan terbungkus apik dalam kisah Mahabbrata.
Lantas apakah kisah Ramayana ini hanya ada dalam sastra tanah India? Asumsi itu keliru, pasalnya ternyata kisah Ramayana juga ada pada khazanah sastra Jawa, hanya saja bentuknya nan berbeda dan disebut dengan sebutan Kakawin Ramayana.
Bahkan sudah banya pula gubahan-gubahan kisah Ramayana ini dalam bahasa Jawa Baru meski tak semua berdasarkan pada Kakawin Ramayana tersebut. Ini menunjukan bahwa kisah Ramayana ialah kisah nan mendunia. Dan takhanya di India dan Jawa, bahkan di tanah Melayu pun ada kisah serupa berjudul Hikayat Seri Rama nan juga takkalah masyhur dan isinya sendiri tidaklah sama dengan Kakawin Ramayan nan ada pada bahasa Jawa Kuna tersebut.
Kisah dalam Ramayana
Sekali lagi, selain menjadi seni pahat dan juga seni lukis, kisah Ramayana ini juga menjadi wiracarita atau kisah dongeng nan melegenda dan selalu menarik buat dijadikan pertunjukan seni. Bagaimana sebenarnya kisah Ramayana ini terjadi? Berikut ialah pemaparannya.
Kisah Ramayana ini sejatinya menceritakan tentang sosok bernama Sang Rama nan memerintah di Kerajaan Kosala, nan berada tepat di bagian utara Sungai Gangga ibukota Ayodhya. Kisah Ramayana ini selalu saja diawali oleh kisah kehidupan Prabu Dasarata dan ketiga permaisurinya nan bernama Kosalya, Kekayi, dan juga Sumitra.
Dalam kisah Ramayana, Permaisuri Dewi Kosalya pada akhirnya melahirkan anak nan kemudian diberi nama Sang Rama. Permaisuri Dewi Kekayi melahirkan anak lelaki nan kemudian diberi nama Sang Bharata. Sementara Permaisuri Dewi Sumitra melahirkan dua anak lelaki bunga nan diberi nama Lakshmana dan Satrugna.
Nah , empat pangeran nan terkenal gagah dan mahir kanuragan inilah nan kelak menjadi kisah primer pada perjalana Ramayana. Hingga pada suatu hari datanglah seorang Resi bernama Wiswamitra pada Sang Rama dan meminta donasi melindungi pertapaan mereka di tengah hutan dari gangguan raksasa.
Akhirnya Prabu Dasarata dalam kisah Ramayana merestui maksud tersebut dan berangkatkan Resi Wiswamitra, Sang Rama Lakshmana menuju hutan nan dimaksud. Sepanjang perjalan itulah Rama dan Lakshmana mendapatkan ilmu dalam hal kerohanian dari Resi Wiswamitra tersebut. Bahkan sepanjang perjalanan itu, Rama dan Lhaksmana mampu membinasakan raksasa-raksasa nan terus saja mengganggu mereka, terutama saat para resi melakukan upacara khusus.
Maka amanlah lokasi pertapaan itu atas kehadiran Rama dan Lhaksmana. Hingga kemudian, tepat di daerah barnama Mithila, atas persetujuan suadaranya, dalam kisah Ramayana, Sang Rama mengikuti sayembara nan memang sengaja digelar oleh Prabu Janaka nan memerintah di sana.
Walhasil, dalam kisah Ramayana Sang Rama mampu memenangkan sayembara tersebut. Sebagai hadiah, maka Sang Rama diperbolehkan meminang putri raja berana Dewi Sita -sebagian disebutkan Dewi Sinta- nan syahdan sangat terkenal cantik jelita. Dewi Sita sebagai istri nan baik, harus ikut suaminya. Maka pulanglah Rama bersama istrinya dan Lakshmana menuju istana kelahirannya di Ayodhya.
Pada saat tiba di kerajaan, Prabu Dasarata merasa dirinya sudah tua dan ingin segera mengalihakn tampuk kekuasaan kerajaan kepada salah satu anaknya. Ia ingin Ramalah nan menggantikan pemerintahannya, akan tetapi dalam kisah Ramayana, diceritakan bahwa Dewi Kekayi nan taklain ialah ibunda dari Bharata memohon dan menginginkan anaknya nan menjadi prabu di kerajaan sementara Rama harus tinggal di hutan selama 14 tahun.
Bharata sendiri menginginkan Sang Rama nan menjadi raja sebab dia merasa Rama ialah anak tertua. Namun Rama menolak dan memilih hayati di hutan bersama Dewi Sita dan juga adiknya Lhaksmana. Maka diambillah jalan tengah, yakni Bharata memerintah atas nama atau menggantikan Rama nan sedang berkelana di hutan buat sementara. Dalam kisah Ramayana, tak terjadi cerita perebutan kekuasaan.
Kisah Ramayana di Hutan
Di sinilah sebenarnya inti cerita asal muasal konflik tersohor ini. Memang kisah Ramayana diibaratkan dalam sebuah teknik menulis cerita. Di kisah Ramayana ini disebutkan, dalam masa pengasingannya di hutan bersama istri dan adiknya, Sang Rama berkali-kali berjumpa dan berkelahi dengan para raksasa nan hendak berbuat jahat, termasuk Rama sukses melukai hidung raksasa bernama Surpanaka nan memang bernafsu pada Rama dan orang-orang di dekatnya.
Mendapati kekalahan, Surpanaka pun mengadu pada Rawana, atau biasa juga disebut dengan prabu Rahwana di Alengka. Pada bagian kisah Ramayana inilah, Rahwana mulai muncul di kehidupan Rama dan Dewi SIta. Rawana pun marah dan melakukan aksi balas dendam.
Ia memakai aksi licik dengan cara menculik Dewi Sita, meski dalam kisah Ramayana versi lain, Rawana memang tiba-tiba saja tertarik dengan kecantikan istri Sang Rama tersebut. Usahanya dihalang-halangi oleh sosok Jatayu, namun ia gagal hingga akhirnya gugur akan tetapi sempat memberi petunjuk keberadan kerajaan Alengka pada Rama.
Maka dari sini, kisah Ramayana kemudian menjadi kisah peperangan nan tiada henti. Dalam perjalanannya membebaskan istri, Sang Rama nan terus saja dikawal sang Adik, berjumpa dengan sosok bernama Sugriwa dari kerajaan kera bernama Kiskindha.
Singkat cerita, dalam kisah Ramayana, Sugriwa sedang menghadapi masalah lantaran kerajaanya dikuasai sang kakak bernama Subali. Rama menolong dan sukses merebut kembali. Sebagai imbal jasa, dan dibantu dengan salah satu ksatria bernama Hanuman, maka Sugriwa bersedia membantu Rama dalam aksi melancarkan serbuan para wanara atau kera ke kerajaan Alengka. Maka terjadilah peperangan sengit.
Menyadari kerajaan diserbu, Rawana tak segera tinggal diam. Berkali-kali ia mengutus jagoannya, namun tetap saja mereka tewas. Hingga kemudian diceritakan dalam kisah Ramayana, ia mengutus puteranya sendiri nan bernama Indrajit buat menghadapi sosok nan bernama Rama.
Wibisana, sang Adik Rawana, melarang tindakan itu sebab Indrajit bukanlah tandingan Rama. Akan tetapi ia dalam kisah Ramayana diceirtakan bahwa ia malah diusir dari kerjaan Alengka. Maka berpihaklah Wibisana pada Rama. Sementara waktu Alengka mendapatkan kemenenangan saat Indrajit melepaskan panah Nagapasa.
Akan tetapi taklama kemudian Lhaksmana mampu membunuhnya dengan panah saktinya. Maka akhirnya, Rawana turun tangan sendiri sebab ia merasa takada lagi nan dapat diandalkan. Peperangan semakin sengit antara Rama dan Rawana. Namun, masih menurut kisah Ramayana, panah sakti Brahmastra, menjadikan Rawana tewas sebagai ksatria sebab berperang habis-habisan di medan tempur.
Alengka pun dikembalikan kepada Wibisana, dan Dewi Sita pada akhirnya kembali juga di pelukan Rama setelah menghadapi kesucian cintanya. Sementara Hanuman bersikeras ingin mengabdikan diri pada Sang Rama. Maka dikisahkan dalam cerita Ramayana, pulanglah mereka; Rama, Sita, Lhaksmana, dan Hanuman. Di Ayodhya, Bharata segera menyerahkan kekuasaan tahta kerajaan kepada Sang Rama.
Demikianlah kisah Ramayana nan sangat populer tersebut. Semoga ada hikmah terpetik dari sini, sebab meski global pewayangan, tetap saja kisah Ramayana ialah cerminan kehidupan, kebaikan dan kebatilan selalu saja akan bersiteru, dan kita sama tahu siapa pemenangnya, bukan?