Cerita Wayang - Tokoh Punakawan

Cerita Wayang - Tokoh Punakawan

Cerita wayang di Indonesia menghadirkan tokoh-tokoh nan tak berbeda dengan tokoh cerita dari kebudayaan India sebagai kebudayaan nan memengaruhinya. Tokoh-tokoh dalam epik Mahabharata dan Ramayana ialah tokoh-tokoh "standar" nan selalu hadir. Mereka ialah tokoh "petinggi" nan selalu memegang kendali jalannya sebuah cerita wayang.

Keutamaan tokoh tersebut memang tak tergantikan. Mereka berdiri kokoh sebagai "punggawa" cerita pewayangan. Dibalik kekokohan para tokoh tersebut, cerita wayang menyajikan sekelompok tokoh wayang nan juga berperan dan memiliki porsinya sendiri. Meskipun porsi nan dimiliki tak terlalu besar, kehadiran tokoh-tokoh ini mampu membuat jalannya cerita wayang menjadi lebih segar. Tokoh tersebut dikenal dengan sebutan punakawan.

Cerita wayang nan menghadirkan para tokoh Punakawan niscaya akan selalu mengahdirkan cerita-cerita lucu. Mereka ibarat oase di tengah gurun pasir. Penyejuk di tengah konflik nan selalu ditawarkan oleh tokoh-tokoh Pandawa.

Pada akhirnya, kekonyolan ialah pilihan. Takjarang justru jauh lebih menarik dibandingkan dengan inti cerita pada sebuah cerita wayang. Punakawan benar-benar menyelamatkan jalan cerita dari kebosanan. Mereka justru mampu membawa para penonton nan sudah mulai bosan ke dalam "jalurnya" kembali.

Cerita wayang pada dasarnya merupakan sebuah hiburan. Idelanya sebuah hiburan, menampilkan sesuatu nan baik dan menghibur ialah keharusan. Tetapi, cerita wayang harus diakui takjarang justru sangat membosankan bagi sebagian orang. Cerita nan serius tentang pertarungan Pandawa dan Kurawa selalu dijadikan topik utama. Bosan merupakan hal nan tak dapat dihindarkan. Kehadiran para Punakawan lah nan bisa menyairkan itu semua.



Cerita Wayang - Punakawan nan Berkawan

Dalam cerita wayang dikenal istilah Punakawan. Punakawan ialah sekelompok tokoh nan khas dalam cerita wayang Indonesia. Mereka ialah tokoh dalam pewayangan nan melambangkan keadaan masyarakat. Mereka ialah perlambang sifat humanis nan dimiliki manusia. Punakawan ini hanya ada dalam cerita wayang versi Indonesia, khususnya Jawa.

Tokoh-tokoh Punakawan dalam cerita wayangan tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijogo ketika menyebarkan ajaran agama Islam. Pada saat penyebaran ajaran agama Islam, para Sunan tersebut mendekati rakyat dengan menggunakan berbagai kebudayaan sebagai wahana dakwah. Mereka dihadirkan dalam cerita wayang sebab dirasa lebih dekat dengan kehidupan masyarakat.

Mereka dihadirkan sebagai sosok nan bersahabat, lebih manusiawi, sederhana, pintar, dan memiliki kemampuan nan luar biasa. Mereka tak menggunakan atribut-atribut kerajaan nan mewah buat menunjukkan keagungan nan mereka miliki. Bahkan, di dalam cerita wayang mereka digambarkan sebagai pelayan, penghibur sekaligus penasihat. Nasihat mereka nan sederhana berisi kebenaran dan kebijakan nan tak terpikir oleh tokoh-tokoh besar.

Dalam cerita wayang , Punakawan sendiri artinya ialah pelayan. Sinkron dengan sifat manusia, Punakawan juga dibedakan menjadi dua, Punakawan dursila dan Punakawan dengan sifat baik. Ketika pementasan sebuah cerita wayang berjalan, tokoh Punakawan itu selalu hadir buat memberikan penyegaran. Waktu nan disediakan pun benar-benar digunakan buat dagelan atau lawakan.



Cerita Wayang - Tokoh Punakawan

Punakawan dengan Sifat Baik

Seperti nan telah disebutkan diatas, bahwa cerita wayang tak melulu berisi tentang cerita-cerita para tokoh hebat dengan peran dominan. Cerita wayang juga menampilkan para Punakawan nan memiliki peran tak kalah krusial dalam setiap pemenentasannya. Berikut ini ialah tokoh-tokoh Punakawan dengan peringai baik.

1. Semar

Anda akrab dengan bentuk wayang nan memiliki badan gemuk dengan bentuk bokong nan besar? Ya, dia ialah Semar. Dalam cerita wayang, tokoh Punakawan ini ialah simbol kebaikan. Semar ialah pengasuh para Pandawa. Nama lain nan dimiliki Semar ialah Hyang Ismaya.

Meskipun berwujud jelek, dalam cerita wayang Semar memiliki kesaktian nan luar biasa, bahkan melebihi para dewa. Semar ialah perlambang manusia nan memiliki kedalaman ilmu serta kearifan jiwa nan tinggi. Batara Manikaya sebagai rajanya para dewa pun mengakui keagungannya dan sering memohon petunjuk.

2. Gareng

Dalam cerita wayang Gareng ialah anak hasil pemujaan nan dimiliki Semar. Gareng ialah simbol manusia nan pandai tetapi sulit ketika diminta buat mengungkapkan pendapatnya. Gareng selalu merasa serba salah ketika dipaksa berbicara. Pada setiap cerita wayang, tingkahnya nan seperti itu membuat Gareng menjadi lucu. Meskipun tak terlalu pakar berbicara, Gareng pernah menjadi raja di Paranggumiwang. Ia sangat sakti dan hanya dapat dikalahkan oleh Petruk.

3. Petruk

Petruk ialah saudara kembar dari Gareng. Mereka berdua memiliki kepribadian nan bertolak belakang. Jika Gareng melambangkan sifat manusia pintar tetapi tak banyak bicara, maka Petruk ialah perlambang orang nan banyak bicara tetapi cenderung bodoh. Petruk bahagia mengeluarkan insinuasi jika ada sesuatu nan salah. Insinuasi nan dikeluarkan Petruk membuat cerita wayang menjadi sedikit berbeda.

Petruk diberi kepercayaan buat berkuasa atas Kerajaan Ngrancang. Namun, sebab kebodohannya, kerajaan itu tak berkembang dengan baik. Kesaktian nan dimiliki Petruk sama dengan Gareng. Petruk hanya dapat dikalahkan oleh Gareng. Dua tokoh ini dalam cerita wayang menggambarkan dua manusia dengan kepribadian nan berbeda satu sama lain, tapi saling ketergantungan.

3. Bagong

Ketika diturunkan ke bumi, Dewa berbicara kepada Semar. Dewa mengatakan bahwa, selama hidupnya, Semar akan ditemani bayangannya sendiri. Saat itulah, bayangan Semar tiba-tiba berubah menjadi sesosok makhluk. Bayangan Semar inilah nan dalam cerita wayang dikenal dengan nama Bagong. Bentuk tubuhnya pun tak jauh berbeda dengan Semar.

Kesaktian nan dimiliki Bagong tak berbeda jauh dengan Semar. Bagong ialah pribadi nan lancang dan sering mengeluarkan kritik-kritik pedas nan lucu dan penuh kebijakan. Dalam cerita wayang disetap kesempatan buat mengeluarkan kritik pedas, para dewa bahkan tak berani buat memarahi Bagong.



Punakawan dengan Sifat Jahat

Ada baik niscaya ada buruk, begitupun dengan tokoh Punakawan dalam cerita wayang. Para tokoh Punakawan dengan watak jelek ini sekaligus melambangkan sifat jelek nan dimiliki manusia. Mereka ialah Togog, Bilung, Cangik, dan Limbung.

1. Togog

Cerita wayang menghadirkan Togog sebagai tokoh Punakawan dengan watak jahat. Kesaktian nan dimiliki Togog tak berbeda jauh. Jika Semar dipercaya buat menjadi guru Pandawa, maka Togog dipercaya buat membimbing Kurawa. Kurawa nan identik dengan ketamakan dan kejahatan akhirnya inheren pada Togog. Padahal, Togog memiliki dan banyak sekali memberi petuah tentang pentingnya ekuilibrium berpikir dalam diri manusia. Togog juga seolah menggambarkan bahwa area abu-abu itu memang ada.

2. Bilung

Jika Semar bersanding dengan Togog, maka Petruk selalu bersanding dengan Bilung. Ia ialah musuh bubuyutan dari Petruk. Setiap kali berjumpa Petruk, Bilung selalu ingin menjajal kemampuannya. Bilung sendiri ialah penasihat dari Togog, tetapi ketika nasihatnya tak didengar, maka Bilung tak segan-segan menjerumuskan Togog dalam kesesatan. Bilung juga cukup "eksis" dalam cerita wayang.

3. Cangik dan Limbuk

Cangik dan Limbuk ialah ibu dan anak. Mereka ialah dayang dari para dewi atau istri-istri Pandawa. Cangik dan Limbuk memiliki kepercayaan diri nan sangat tinggi. Mereka ialah wanita dengan paras jelek rupa tapi selalu merasa cantik. Dari dua sosok Pandawa dalam cerita wayang ini manusia harusnya belajar mengenai kebesaran hati dalam menerima kekurangan diri.