Tempat Wisata di Kota Majalengka
Majalengka, sebuah kota kecil di kawasan Jawa Barat. Dari ibukota Jawa Barat, dapat ditempuh dalam waktu 3 jam. Kota Majalengka dikenal pula dengan hasil alamnya yaitu buah mangga, cengkeh, dan gula merah. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Kota Majalengka yakni bertani.
Kota Majalengka, seperti kota-kota lain di Indonesia juga mempunyai sejarah tersendiri. Masyarakat kita merupakan masyarakat nan sangat lekat dan mempercayai sejarah terjadinya atau asal-usul suatu wilayah. Kota Majalengka pun memiliki kisahnya sendiri nan dituturkan secara turun temurun dalam bentuk sastra lisan oleh masyarakatnya.
Tuturan mengenai asal usul suatu wilayah ini dimaksudkan bukan hanya ditujukan agar keturunannya mengetahui ihwal mula terjadinya Kota Majalengka saja, namun juga meneruskan bentuk-bentuk tradisi lainnya, terlebih hal-hal nan berkenaan dengan kepercayaan akan roh leluhur nan masih menjaga wilayah tersebut.
Asal Mula Kota Majalengka
Dalam cerita nan berkembang di masyarakat Kota Majalengka, dikisahkan bahwa penamaan Majalengka berasal dari nama sebuah pohon yakni pohon maja. Saat itu, Kota Majalengka belum bernama Majalengka. Kota Majalengka berupa sebuah kerajaan Hindu nan dipimpin oleh seorang ratu nan sangat fanatik bernama Nyi Rambutkasih, ada pula nan menyebutnya Nyi Ambet Kasih.
Dahulu, wilayah Majalengka bernama Sindangkasih. Saat ini kata Sindangkasih digunakan sebagai nama sebuah desa di Kota Majalengka. Nyi Rambutkasih ialah sosok seorang ratu nan cantik, sakti, dan bijaksana. Nyi Rambutkasih mampu membuat Sindangkasih menjadi daerah nan aman, tenteram, makmur, dan sentosa.
Sindangkasih merupakan daerah nan subur. Berbagai tanaman melimpah ruah di daerah ini. Daerah ini dipenuhi hutan nan membentang ke arah utara dan selatan. Dalam hutan itu, pohon berbatang lurus dan tinggi, dengan bentuk daun kecil-kecil, mendominasi di hutan itu. Pohon itu dinamakan pohon Maja. Pohon nan memiliki khasiat buat menyembuhkan sakit demam.
Suatu hari, Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah nan telah memerintah Cirebon, menitahkan kepada anaknya nan bernama Pangeran Muhammad buat mendapatkan pohon maja. Ia memberi tugas kepada anaknya sebab saat itu warganya sedang terserang penyakit demam.
Disebabkan pohon maja memiliki khasiat menyembuhkan demam, maka Pangeran Muhammad pergi bersama istrinya nan bernama Nyi Siti Armilah buat ke daerah Sindangkasih. Mereka tak hanya diberi titah mencari pohon maja, melainkan memiliki tugas buat menyebarkan agama Islam di Sindagkasih, sebuah kerajaan Hindu nan dipimpin seorang ratu nan fanatik.
Nyi Rambutkasih sebagai seorang artu nan sakti, mengetahui maksud kedatangan Pangeran Muhammad. Ia kemudian mengubah rupa hutan di Sindangkasih menjadi hutan pohon jati, bukan hutan pohon maja.
Melihat pohon maja nan dicarinya sudah tak ada, Pangeran Muhammad pun berkata: Maja Langka nan berarti pohon maja tak ada. Dari situlah ihwal penamaan Kota Majalengka sekarang ini.
Pangeran Muhammad nan kecewa kemudian memutuskan tak akan kembali Cirebon. Ia bertapa di kaki gunung hingga meninggal. Gunung itu kini bernama Margatapa. Sementara istrinya, mendapat amanat dari Pangeran Muhammad sebelum meninggal buat tetap mencari pohon maja dan menaklukan Nyi Rambutkasih nan fanatik agar bersedia memeluk agama Islam.
Nyi Rambutkasih menolak dengan keras ajakan Nyi Siti Armilah, hingga ia berucap: "Aku seorang Ratu pelindung rakyat nan berkelakuan jujur dan baik, sebaliknya saya ialah Ratu nan tidak pernah ragu-ragu buat menghukum rakyatnya nan bertindak curang dan buruk. Dan sebab itu saya tidak akan wafat dan tak mau mati".
Kemudian, Nyi Siti Armilah menimpali dengan perkataan: "Jika demikian halnya, makhluk apakah gerangan namanya, nan tak akan wafat dan tak mau mati?".
Seiring dengan perkataan Nyi Siti Armilah itu, Nyi Rambutkasih pun lenyap (dalam bahasa Sunda ngahiang ) tanpa meninggalkan bekas kuburannya. Meskipun demikian, beberapa petilasan Nyi Rambutkasih masih dianggap angker, di antaranya sumur "Sindangkasih", sumur "Sunjaya", sumur "Ciasih" dan batu-batu bekas bertapa Nyi Rambutkasih.
Setelah peristiwa itu, Nyi Siti Armilah menetap di Kerajaan Sindangkasih dan menyebarkan agama Islam. Ia dimakamkan di samping kali Citangkurak. Di kali Citangkurak tumbuh pohon Badori. Sebelum meninggal, Nyi Siti Armilah beramanat bahwa di dekat kuburannya kelak akan menjadi loka tinggal penguasa nan mengatur pemerintahan di daerah maja nan langka.
Letak makam Nyi Siti Armilah terletak di belakang gedung Kabupaten Majalengka. Masyarakat Kota Majalengka menamakannya Embah Gendeng Badori dan kerap dikunjungi buat ziarah.
Masyarakat Kota Majalengka sebagian besar masih mempercayai adanya roh Nyi Rambutkasih nan menjaga atau menguasai Kota Majalengka. Selama rakyat Kota Majalengka masih berkelakuan jujur dan baik, maka kehidupan di Kota Majalengka akan tetap tenteram, aman, subur, makmur, dan sentosa.
Transportasi di Kota Majalengka
Pada 2010, Bandara Internasional direncanakan akan mulai dibangun di Kota Majalengka. Kota Majalengka merupakan jalur transportasi provinsi sebab dilintasi jalan provinsi jalur Cirebon-Sumedang-Bandung. Di Kota Majalengka juga pernah dilintasi jalur kereta barah Cirebon-Palimanan-Kadipaten, tetapi sekarang sudah tak difungsikan lagi.
Jalan Kyai Haji Abdul Halim merupakan jalur primer Kota Majalengka nan membelah Kota Majalengka dan berakhir di perempatan Cigasong. Jalan ini ialah jalan nan paling diperhatikan oleh pemerintah Kota Majalengka dan selalu diperbaiki menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Tempat Wisata di Kota Majalengka
1. Curug Muara Jaya
Salah satu loka wisata unggulan di Kota Majalengka ialah Curug Muara Jaya. Loka wisata ini berjarak kurang lebih 20km dari pusat Kota Majalengka dan terletak di Desa Argamukti, Kecamatan Argapura. Objek wisata di Kota Majalengka ini menyuguhkan estetika alam berupa panorama air terjun setinggi 73m. Daya tarik lainnya ialah udaranya nan sejuk serta hamparan sayur mayur dan pohon kesemek.
Kawasan Curug Muara Jaya ialah jalur alternatif pendakian ke puncak Gunung Ciremai. Selain itu, di sini juga setiap tahunnya diadakan upacara pareresan setelah panen raya. Inilah daya tarik objek wisata andalan di Kota Majalengka. Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Majalengka, jumlah rata-rata pengunjung pada hari libur ialah 200 orang.
2. Curug Sawer
Selain Curug Muara jaya, Kota Majalengka juga memiliki loka wisata lainnya nan tak kalah menarik, yaitu Curug Sawer. Objek wisata ini berjarak kurang lebih 21,5km dari pusat Kota Majalengka dan berada di Desa Argalingga, Kecamatan Argapura. Curug Sawer sangat berpotensi dijadikan objek dan daya tarik wisata alam Kota Majalengka sebab memiliki estetika alam nan mempesona. Namun, objek wisata ini belum dikelola dengan baik oleh pemerintah Kota Majalengka sehingga pengunjung kesulitan mancapai loka ini.
3. Situ Sangiang
Situ Sangiang merupakan sebuah danau nan berjarak 85km sebelah timur Kota Bandung, tepatnya di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Danau ini berada di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kecamatan Talaga, Majalengka.
Kawasan Situ Sangiang ialah berupa hutan. Tidak jauh dari situ, ada satu makam nan dianggap kramat oleh masyarakat setempat. Makam ini diyakini oleh penduduk sekitar sebagai makam Sunan Parung, penyebar agama Islam di Kota Majalengka dan sekitarnya.