Penggunaan Tepat dan Pembersihan Supplies
Kesehatan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan loka ia bekerja sehari-hari. Sayangnya tidak semua pekerja menyadari bahwa kesehatan dan keselamatannya dapat terancam, sebab ancaman tersebut memang sering tak tampak konkret atau bisa dirasakan dalam waktu singkat. Ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja itu sering bersifat akumulatif, baru dirasakan setelah jangka waktu nan nisbi panjang.
Beberapa jenis pekerjaan memiliki risiko nan lebih tinggi dibandingkan pekerjaan lainnya. Pekerjaan di laboratorium penelitian dan laboratorium kesehatan, misalnya. Risiko tinggi ini menuntut agar kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan benar-benar diperhatikan.
Memahami Adanya Hospital Acquired Infections?
Hospital Acquired Infections (hais), juga disebut sebagai infeksi nosokomial, merupakan infeksi sekunder nan terjadi setelah pasien telah dirawat sebab masalah kesehatan. Infeksi ini bisa disebabkan oleh mikroorganisme ditransfer dari rumah sakit sekitarnya buat pasien dengan cara apapun.
Penyebab paling generik dari hais nan tak bersih praktek medis, batuk dan bersin, menggunakan peralatan tak sehat, dan makanan nan terkontaminasi atau air mengkonsumsi. Infeksi ini dapat berakibat fatal bagi pasien nan sudah sakit atau bisa memperburuk kondisi mereka saat ini.
Karena ini, ada beberapa panduan mengenai pencegahan infeksi di rumah sakit nan harus diikuti dalam pengaturan medis. Berikut ialah beberapa panduan nan harus diikuti sehingga visa mencegah infeksi nosokomial.
Penggunaan Tepat dan Pembersihan Supplies
Sebelum setiap jenis mekanisme invasif seperti menggunakan suntikan dilakukan, staf rumah sakit harus memastikan bahwa jarum injeksi nan baru. Sinkron peraturan medis, jarum injeksi nan akan digunakan hanya sekali.
Selain itu, semua peralatan nan akan digunakan dalam operasi atau pengobatan harus disterilkan. Perawat dan staf lainnya harus menggunakan obat-obatan nan baru atau dibersihkan. Rumah sakit harus memperoleh pasokan dari produsen nan diakui mematuhi baku kebersihan nan ditetapkan buat mereka.
Hospital Acquired Infections dari jalur kemih terjadi sebagian besar sebab penyalahgunaan kateter. Tanyakan dokter jika kateter niscaya diperlukan. Jika ya, tanyakan padanya apakah ia bisa menggunakan kateter garis pusat, bukan dari satu saluran kemih-. Selain itu, dokter harus memastikan bahwa tabung atau benda asing dalam hal ini, tak tinggal di dalam tubuh pasien.
Kebersihan Rumah Sakit
Sanitasi teater operasi sebelum dan setelah operasi setiap sangat krusial dalam mencegah penyebaran infeksi di rumah sakit. Anestesi mesin, lampu bedah, setup electrosurgical, meja bedah, pompa hisap, buat beberapa nama, ialah beberapa peralatan nan digunakan oleh tenaga medis.
Dan jenis alat terssebut perlu harus dibersihkan dengan menggunakan Vapor Non-flamasi Alkohol di Karbon Dioksida (CO2-NAV) sistem dan metode stem dengan hidrogen peroksida. Demikian pula, kebersihan rumah sakit pada umumnya dan sanitasi dari daerah-daerah eksklusif di mana pasien nan diambil, sama krusial buat meminimalkan kemungkinan infeksi didapat di rumah sakit.
Menggunakan Sabun Chlorhexidine dan Antibiotik
Menggunakan sabun chlorhexidine ialah ukuran lain terhadap penyebaran infeksi di rumah sakit. Selama tinggal di rumah sakit, pasien disarankan buat mandi setiap hari dengan menggunakan sabun ini. Cara lain menjaga terhadap infeksi ialah penggunaan antibiotik, berkaitan dengan mulut atau intravena. Ini bisa diberikan kepada pasien sebelum dan setelah operasi, selama periode nan mereka nan paling sensitif terhadap infeksi kontrak. Praktek seperti ini tentu mengurangi kemungkinan infeksi.
Personal Hygiene
Mencuci tangan ialah salah satu nan paling sederhana, namun cara nan paling efektif buat mencegah penyebaran infeksi. Ini harus dilakukan pada bagian dari staf rumah sakit, baik medis dan rumah tangga. Hal ini berlaku buat pasien dan / nya petugas dan pengunjung juga. Alkohol pembersih tangan berbahan dasar diyakini paling efektif dalam pencegahan infeksi dalam pengaturan medis.
Mengenakan Sarung Tangan, Masker, dan Apron
Mengenakan infeksi gigi preventif seperti sarung tangan, masker, dan celemek krusial dan harus diikuti oleh staf rumah sakit. Sarung tangan krusial buat mencegah mikroorganisme dari tangan seorang tenaga medis dari mencapai pasien.
Masker mencegah penyebaran infeksi nan bisa ditransfer melalui udara. Demikian pula celemek mencegah transfer penyebab penyakit agen dari baju staf rumah sakit atau pengunjung ke pasien.
Ini ialah praktik primer nan perlu diikuti oleh manajemen rumah sakit buat mencegah Hais selama dan setelah pengobatan. Kunci buat mencegah infeksi didapat di rumah sakit ialah buat menjaga kebersihan nan tepat dan kebersihan di rumah sakit.
Beberapa Ancaman Lain
Tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab membuat banyak perempuan nan bekerja di laboratorium kesehatan dan tetap bekerja di sana meskipun sedang dalam keadaan hamil. Sepintas memang terlihat tidak berbahaya, lebih-lebih sebab bekerja di dalam ruangan (indoor) yang dinilai lebih kondusif daripada bekerja di luar ruangan (outdoor).
Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan tetap harus menjadi perhatian ibu hamil nan bekerja di sana. Lingkungan kerja seperti ini mungkin saja berbahaya bagi kehamilan. Risiko ini dapat datang dari virus, bakteri, radiasi, atau gambaran zat-zat kimia. Yang keselamatannya terancam tidak hanya sang ibu nan bekerja di sana, namun juga janin nan berada dalam kandungannya.
Radiasi sinar X (X-Ray), misalnya. Gambaran radiasi sinar ini, apalagi dalam takaran tinggi dan jangka waktu panjang, berisiko menimbulkan stigma pada janin nan sedang dikandung atau bahkan keguguran. Jika bayi lahir dalam keadaan selamat, bayi nan selama dalam kandungan sering terpapar sinar X lebih berisiko tinggi terkena kanker.
Gas karbon monoksida (CO) dan berbagai senyawa polimer misalnya, menimbulkan imbas teratogenik. Bahan teratogenik ini bisa menimbulkan stigma fisik pada janin serta berpengaruh pada perkembangan psikologis dan kecerdasan janin.
Zat-zat beracun nan berada di udara, nan terhirup saat bernafas juga bisa mempengaruhi kehamilan dan pertumbuhan janin. Bekerja di dalam ruangan (indoor) tidak serta-merta membebaskan seseorang, termasuk ibu hamil, dari ancaman bahaya. Sirkulasi udara nan tak baik, AC nan tak bersih, atau asap rokok pun bisa menjadi ancaman.
Risiko kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan nan dihadapi ibu hamil dan janinnya ini lebih besar lagi jika terjadi pada trimester pertama kehamilan. Trimester pertama ini merupakan masa-masa penyatuan jaringan tubuh janin. Terganggunya suplai oksigen dan darah ke plasenta menyebabkan pembentukan jaringan menjadi tidak paripurna sehingga meningkatkan risiko stigma janin.
Bekerja di laboratorium kesehatan juga memiliki risiko besar tertular virus (mulai dari virus flu hingga virus HIV), bakteri, atau percikan darah. Satu kecelakaan kecil, misalnya tergores jarum injeksi nan terkontaminasi virus Hepatitis B atau bahkan virus HIV dapat saja terjadi dalam proses kerja.
Penerapan mekanisme standar kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan harus dijalankan dengan ketat. Mulai dari pengaturan sirkulasi udara, penggunaan desinfektan, hingga berbagai peralatan buat melindungi keselamatan pekerja (misalnya masker dan pelindung mata). Inspeksi kesehatan pada pekerja di laboratorium kesehatan pun perlu dilakukan secara rutin buat mencegah penularan penyakit.