Kesenjangan Sosial
Kesenjangan Itu Berdampak Banyak
Kalau orang miskin masih mempunyai hati nan bersih, negara ini akan aman. Doa orang miskin itu makbul. Mereka akan menjadi tameng bagi nan lain sebab kesholehannya, doa-doa mereka didengar oleh Allah Swt. Sebaliknya, kalau orang-orang miskin itu merasa putus harapan dengan kemiskinannya dan merasa bahwa Tuhan tak adil kepadanya, maka biasanya taraf kriminalitas akan sangat tinggi. Orang kaya nan akan menjadi korbannya. Mereka nan dianggap mempunyai uang akan dicegat dan dirampok bahkan dibunuh.
Adanya rasa putus harapan ini akan membuat terbangunnya rasa cemburu nan begitu besar terhadap orang-orang kaya. Tidak heran kalau semua orang ingin menjadi kaya dengan berbagai cara. Akhirnya orang kaya pun akan dihormati dengan cara nan berlebihan. Kalau hal ini telah terjadi, maka segala kejahatan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme nan tak sahih akan merajarela. Masing-masing orang nan berada di daerah kekuasaan akan terus ingin berkuasa.
Ia akan mati-matian memasukan anggota keluarganya ke jajaran nan strategis agar dalam setiap pemilihan, ia akan terpilih lagi. Gaya nepotisme nan seperti ini akan mematikan kesempatan orang lain buat berkiprah di jalur nan sama. Dengan demikian, kekayaan itu hanya akan dikuasai oleh segelintir orang saja. Hal ini niscaya akan menimbulkan rasa ketidakadilan. Ketika rasa tak adil itu diartikan sebagai sesuatu nan memang harus dijalani, orang miskin mungkin akan diam.
Sebaliknya, pada saat ketidakadilan itu harus dibasmi, maka orang miskin akan menjadi sangat beringas dan tak peduli dengan dampak nan akan mereka tanggung. Kalau ini berlangsung lama, nan akan terjadi ialah kudeta dengan cara-cara nan keji dan pertumpahan darah. Bangsa ini akan akan mengalami kehancuran apabila adanya ketidakadilan ini dibiarkan begitu saja dan rakyat tak dapat lagi bergantung pada penguasa.
Penguasa nan tak adil akan menzalimi rakyatnya. Kalau ada orang nan mampu membeli 10 rumah mewah tanpa ditinggalinya, sementara ada orang nan tak dapat membeli rumah walau rumah nan sangat sederhana, maka saat itu, orang akan berpikir niscaya ada nan salah dengan sistem nan sedang berjalan. Pemerintah ini harus sangat serius memperhatikan ketiga hal ini. Jangan sampai ketiga hal ini hanya dibahas dan didengungkan ketika masa kampanye saja.
Kemiskinan
Bila ada nan bertanya, mengapa banyak anak nan tak dapat bersekolah, maka jawabannya ialah sebab kemiskinan merenggut hak mereka. Mengapa banyak orang tidak mendapatkan kehidupan nan layak, jawabannya juga sama sebab kemiskinan telah membuat mereka terpuruk. Kemiskinan ini ialah lingkaran setan nan akan membunuh banyak orang. Rasulullah miskin, namun, Rasulullah tak ingin umatnya miskin. Beliau mengatakan bahwa kemiskinan itu dekat sekali dengan kekufuran.
Orang sangat mudah berpindah keyakinan ketika perutnya terasa lapar terus-menerus. Itulah pentingnya membayar zakat, sedekah, dan infaq. Masing-masing orang dengan kondisi ekonomi nan berbeda ini dapat saling memberi dan menerima sehingga akan tercipta keharmonisan nan hakiki. Kalau orang kaya tak peduli dengan orang miskin, maka suatu saat sang kaya ini akan hancur. Doa orang miskin nan terdengar itu akan cepat sekali terkabulkan.
Orang nan mempunyai wewenang terhadap perekonomian bangsa seharusnya memikirkan bagaimana menghapuskan kemiskinan. Paling tak berusaha buat mengurangi jumlah orang miskin. Jalan terbaik nan dapat mengubah nasib itu ialah jalur pendidikan. Dengan memperbaiki pendidikan, maka suatu hari kelak anak-anak orang miskin nan telah mengenyam pendidikan tinggi dengan baik ini akan menjadi tulang punggung pencari nafkah dengan jalan nan lebih baik dan penghasilan nan juga lebih baik.
Tidak salah kalau pemerintah dengan susah payah berusaha memberikan nilai pendidikan nan terbaik kepada rakyatnya. Pendidikan perdeo seharusnya dapat menjadi cambuk nan baik agar anak-anak dari keluarga miskin dapat mengenyam pendidikan nan baik. Selain pendidikan, global kesehatan juga harus diperhatikan. Beberapa daerah bahkan telah mempunyai program dana kesehatan gratis. Adanya kartu Sehat atau Jamkesmas, telah membuat masyarakat tak mampu mencicipi wahana kesehatan nan baik.
Mereka tak perlu membayar biaya kesehatan. Tetapi nan menunggui pasien tetap harus membayar biayanya sehari-hari. Sedangkan sang pasien tak dapat berbuat apa-apa. Kemiskinan ialah pangkal dari segala macam masalah kehidupan. Tak salah bila kemiskinan merupakan salah satu sub bagian dari ekonomi makro, sebab kemiskinan memang tidak hanya menjadi masalah pribadi namun juga negara. Suatu negara nan sebagian besar rakyatnya miskin, maka negara tersebut tak layak disebut sebagai negara nan merdeka.
Banyak hal nan tak mampu diperbuat kalau miskin. Harga diri pun terkadang diinjak orang ketika baju nan dikenakan tak layak pakai. Tidak hanya diinjak, terkadang harga diri ini juga malah dibeli. Saat harga diri telah tergadai inilah akhirnya nilai manusia itu sudah hilang. Ia rela menggadaikan keimanannya. Tuhan pun dilawannya demi uang. Inilah salah satu nan sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah. Untuk itulah, semua orang harus berusaha sekuat tenaga agar tak miskin.
Belajar dengan sungguh-sungguh. Kurangi menonton televisi atau melakukan hal-hal nan tak berguna. Dengan meningkatnya ilmu, maka keinginan buat berhasil itu tetap ada sehingga suatu saat ada perubahan taraf kesejahteraan. Lingkungan harus mendukung dan memberikan semangat agar semua itu terwujud dengan baik.
Kesenjangan Sosial
Berbeda dengan masalah kemiskinan, masalah nan juga cukup ekstrem ialah masalah ketidakmerataan. Akibatnya ialah kesenjangan sosial. Di satu sisi ada golongan orang-orang kaya nan memiliki banyak harta, bahkan taraf kepemilikan terhadap harta tersebut dinilai tak wajar (tidak logis) sebab jumlahnya nan banyak. Maka, jangan heran bila suatu ketika kita menemui sekelompok orang nan dapat menghabiskan uang berjuta-juta hanya buat makan. Karena kenyataannya memang ada.
Di sisi lain, ada orang nan sama sekali tidak punya apa-apa, bahkan hanya buat sekadar memenuhi kebutuhan hayati saja dia tidak punya. Sungguh dua sisi nan berbeda nan sama-sama ekstrem. Sesuatu nan sangat berbeda inilah nan dapat menimbulkan kejahatan. Kalau kejahatan telah merajarela, akan sangat sulit bergerak ketika rasa kondusif tak ada lagi.
Pengangguran
Selain masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial, masalah ekonomi makro lainnya nan cukup berat ialah pengangguran. Sebenarnya, antara pengangguran dan kemiskinan, keduanya berhubungan sangat erat. Pengangguran dan kemiskinan memiliki interaksi nan fungsional atau saling mempengaruhi. Pengangguran menyebabkan kemiskinan, sedangkan kemiskinan menyebabkan seseorang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang nan lebih tinggi dan pada akhirnya bernasib tragis yaitu menjadi pengangguran.
Kurang Mendapatkan Perhatian
Benarkah kemiskinan dan penganggurang kurang mendapatkan perhatian? Secara tak langsung memang iya. Memang, kemiskinan dan pengangguran tidak serta merta menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya. Bagaimanapun juga, kedua belah pihak baik pemerintah maupun masyarakat harus bekerja sama.
Sebagai contoh, banyaknya aksi demo nan menginginkan pemerintah buat bertanggung jawab atas kemiskinan dan pengangguran nan melanda rakyat apakah hanya hiasan demokrasi belaka? Atau memang sahih adanya?
Nyatanya, para pendemo tersebut dalam kehidupan sehari-hari juga masih banyak nan tak mencerminkan konduite nan baik, misalnya: membolos kuliah, tak belajar, pemalas, tak kreatif, dll. Bila kita bertanya pada hati nurani, pantaskah mereka mendemo meneriakkan itu semua bila mereka sendiri juga belum benar?
Inilah masalahnya. Tak ada perhatian, baik dari masyarakat maupun pemerintah. Masyarakat pendemo bukan mencerminkan perhatian dan kecintaan mereka, toh banyak dari mereka nan tidak mengerti mengapa mereka berdemo, mereka hanya sekadar ikut-ikutan belaka. Sedangkan pemerintah sendiri, meski ada nan benar-benar nan mengemban tugas mereka dengan baik, namun beberapa malah sebaliknya, menyalahgunakan kekuasaan.
Dan lagi-lagi, orang baiklah nan selalu menjadi korban. Tak salah bila ada ungkapan “jamane jaman edan yen gak edan ora keduman”.