Budidaya Tebu - Penyakit nan Sering Menyerang Tanaman Tebu
Dalam setiap usaha budidaya tanaman, hama dan penyakit selalu saja menjadi permasalahan nan dihadapi para petani. Tak terkecuali dalam usaha budidaya tebu. Hama dan penyakit sangat merugikan bagi produksi perkebunan tebu. Yang jadi pertanyaan hama dan penyakit seperti apakah nan sering menyerang tanaman tebu? Berikut ini akan penukis uraikan beberapa hama dan penyakit nan sering mengganggu budidaya tebu.
Budidaya Tebu - Hama Pengganggu Tanaman Tebu
Adanya agresi hama bisa menurunkan kualitas dan kuantitas produksi perkebunan budidaya tebu. Hama krusial nan seringkali menyerang tanaman tebu ialah sebagai berikut.
1. Penggerek Pucuk (Tryoryza Nivella)
Penggerek pucuk merupakan ulat dari jenis kupu-kupu keluarga Pyralidae . Hama ini berwarna putih, berupa kupu-kupu nan memiliki panjang tubuh sekitar 11 -15cm dengan bentangan sayap sekitar 25 - 30cm. Siklus hayati hama ini berlangsung selama 50 - 56 hari dan stadium pupa 10 -12 hari. Kupu-kupu ini meletakan telurnya di bawah daun atau dekat ibu tulang daun secara berjejer dan berjumlah sekitar 100 -150 butir.
Telurnya bulat panjang ditutupi dengan bulu halus seperti beledu berwarna coklat muda. Telur-telur ini biasanya akan menetas dalam waktu 1-2 minggu. Pada saat telur menetas, menjadi larva (ulat), biasanya si ulat muda akan berwarna keabuan, kemudian setelah dewas berubah menjadi rona kuning kecoklatan. Ulat ini memiliki panjang kurang dari 20mm, memiliki benang sehingga memungkinkan bergelantungan dari satu batang ke batang lain buat memperluas areal serangan.
Serangan ulat ini melalui tulang daun menuju ke bawah, kemudian masuk dan tinggal di tengah-tengah batang. Hama ini menyerang tanaman tebu dari mulai tunas umur 2 minggu hingga umur tanaman tebu dewasa nan siap tebang. Taraf serngan hama ini mencapai 50% dengan taraf kematian batang nan tinggi. Pengendalian hama ini bisa dilakukan dengan penggunaan parasit hama penggerek, yakni dengan melepas telur Trichogramma javanicum atau Allorhogas Sp .
2. Uret Tanah
Uret merupakan larva dari kumbang. Uret nan biasanya menyerang akar tanaman tebu ialah Lepidiodata stigma, Leucopholis rorida, Psilopholis Sp., dan Pachnessa nicobarica . Uret tanah berukuran 3 - 4 cm, bentuknya mirip huruf C, beruas-ruas, dan berwarna putih atau coklat kekuningan. Agresi uret tanah biasanya terjadi pada tanaman tebu nan diusahakan di huma kering tipe tanah ringan berpasir.
Stadium uret nan menyerang akar tanaman tebu ialah instar 3, yakni stadium rakus sebab bisa menimbulkan kerusakan ekonomis. Gejala agresi uret tanah nan bisa diamati ialah tanaman terlihat seperti mengalami kekeringan, mudah roboh, dan mudah dicabut sebab akar-akarnya sudah rusak. Agresi berat pada tanaman tebu dewasa bisa meyebabkan berkurangnya bobot tebu ata rendemen gula secara drastis.
Pengendalian uret tanah bisa dilakukan dengan cara biologi, mekanik, dan kimiawi. Cara biologi dilakukan dengan melepas musuh alami, misalnya serangga parasit Campsomeris sp. dan berbagai jenis burung. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan mengumpulkan uret dan kumbangnya buat dibunuh atau dimusnahkan, serta dengan menjaga kebersihan sanitasi perkebunan.
Sementara itu, pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan dengan melakukan pengaplikasian pestisida nan efektif dan efisien, misalnya CR-Chlorpyrifos. Caranya, pada saat tanam, ditaburkan insektisida secara merata di dasar juringan selebar lebih kurang 15cm, kemudian ditutup tanah.
3. Kutu Bulu Putih
Kutu bulu putih ( Ceratovacuna lanigera ) termasuk anggota family Aphididae , sifatnya pemakan segala jenis tanaman dan muncul di sepanjang tahun. Kutu bulu putih hayati berkelompok di bawah permukaan daun. Pada setiap kelompok dijumpai tiga bentu stadium kutu, yaitu nimpa, serangga dewasa bersayap, dan serangga dewasa nan tak bersayap. Pada stadium kutu dan serangga nan tak bersayap, biasanya ditutupi lapisan lilin berwarna hijau keabuan.
Kutu bulu putih menyerang tanaman tebu dengan cara mengisap cairan atau nira dari daun, kemudian mengeluarkan kotoran embun madu nan mengundang kehadiran semut dan kepang jelaga. Gejala agresi nan bisa diamati ialah pertumbuhan tanaman terganggu, rona daun menguning, menyebabkan kekerdilan tanaman, dan nan lebih parah ialah menyebabkan kematian tanaman.
Pengendalian hama kutu bulu putih bisa dilakukan dengan cara biologi, mekanik, dan kimiawi. Pengendalian secara biologi dilakukan dengan memelihara musuh alaminya, seperti tabuhan (Encarsia flavoscutellum). Sementara pengendalain secara mekanik dilakukan dengan cara memotong daun nan terserang dan cara kimiawi dilakukan dengan pelaksanaan insektisida sistemik, seperti Anthio 330 EC atau Supracid 40 EC.
Selain ketiga hama nan sudah dijelaskan tadi, masih banyak lagi hama nan seringkali menyerang tanaman tebu, seperti belalang, tikus sawah, dan cabuk hitam atau kutu daun. Selain hama-hama tersebut, budidaya tebu juga masih memiliki penghambat lain berupa penyakit.
Budidaya Tebu - Penyakit nan Sering Menyerang Tanaman Tebu
Berikut ini ialah beberapa penyakit krusial nan seringkali menyerang atau diderita perkebunan atau tanaman tebu.
1. Penyakit Blendok
Penyakit ini ialah salah satu jenis penyakit pada tanaman tebu. Penyakit blendok ini terdiri atas dua jenis, yakni blendok australia dan Blendok jawa. Penyakit blendok australia ialah penyakit tanaman tebu nan disebabkan bakteri nan disebut Bacterium vascularum (Cobb). Bakteri ini disebarkan oleh serangga dan angin. Penularannya melalui luka-luka mekanis dan pisau stek tebu nan terkontaminasi penyakit.
Sementara blendok jawa merupakan penyakit tanaman tebu nan diakibatkan oleh bakteri xanthomonas albilineans (Ashby) Dowson . Bakteri ini hayati saprofit dalam tanah dan menular melalui perantaraan pisau nan digunakan buat memotong stek tebu nan tak steril.
Gejala penyakit blendok nan bisa diamati ialah pertumbuhan tanaman nan terhambat, tunas ujung membusuk, terdapat garis putih memanjang pada daun, infeksi pada batang, sehingga jika batang tersebut dibelah akan terlihat berkas-berkas pembuluh terdapat blendok berwarna kuning sampai merah tua. Agresi nan berat pada tebu akan menyebabkan akar tanaman menjadi rusak sehingga mudah dicabut.
Pengendalian penyakit blendok australia maupun blendok jawa bisa dilakukan dengan cara menanam varietas nan tahan terhadap serangannya, membinasakan tebu nan sudah terinfeksi, dan selalu menggunakan parang atau pisau pemotong stek tebu nan steril.
2. Penyakit Mosaik
Penyakit mosaik tebu atau penyakit garis-garis kuning disebabkan oleh virus mosaik tebu atau disebut Suigarcane mosaic virus dan oleh Marmor sacchari Holmes atau Saccharum virus 1 . Penyakit ini menular dengan perantaran tanaman atau bibit nan sakit, kuti daun jagung, parang pemotong nan tak steril, dan tanaman inang family Gramineae .
Gejala agresi penyakit virus mosaik ialah daun-daun menjadi terlihat belang-belang dan terlihat ada bercak-bercak memanjang berwarna hijau muda. Batang nan terinfeksi menjadi bergaris-garis putih nan tak teratur, kering dan keriput, serta ruas-ruasnya memendek.
Pengendalian penyakit virus mosaik bisa dilakukan dengan cara menanam jenis atau varietas tebu nan tahan, misalnya Ps 41, Ps 56, Bz 132, dan Bz 148, pengamatan tanaman nan teratur, serta mencabut tanaman sakit buat dimusnahkan.
3. Penyakit Lainnya
Penyakit lain nan juga sering menyerang tanaman tebu, antara lain penyakit pokahbung nan disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme sheld var. , penyakit busuk hitam atau dikenal juga dengan sebutan penyakit nanas, penyakit busuk merah, dan penyakit dongkelan.
Pengendalian nan dapat dilakukan buat mengurangi agresi penyakit-penyakit lainnya ini ialah dengan cara mnelakukan pengapuran, memperbaiki drainase tanah, menutup bidang potongan bekas stek, menggunakan pisau atau parang pangkas nan steril.
Nah, itulah bahasan mengenai berbagai hama dan penyakit krusial nan kerap mengganggu dalam usaha budidaya tebu. Dengan pengetahuan mengenai berbagai hama dan penyakit ini, diharapkan petani menjadi lebih tanggap buat melakukan pemberantasannya agar hasil panen tanaman tebu tetap terjaga.
Semoga bermanfaat.