Pariwisata Tergantung Stabilitas Politik
Departemen Pariwisata Indonesia memiliki peran besar terhadap kemajuan pembangunan industri pariwisata di Tanah Air. Departemen ini berperan mengelola objek wisata nan ada di Indonesia agar dapat menghasilkan devisa bagi negara. Sekarang ini industri wisata memiliki peran besar sebagai kontributor pemasukan devisa non migas.
Ambil contoh Thailand, negera gajah putih ini ketika krisis moneter tahun 97-98 sempat terpuruk hingga titik nadir. Namun keterpurukan tidak berlangsung lama berkat industri pariwisatanya nan mengasilkan banyak devisa. Pada akhirnya Thailand dengan cepat memulihkan perekonomian dalam negerinya dari biaya cadangan devisa dari pariwisatanya.
Harapannya di masa depan Departemen nan mengurus wisata Indonesia ini lebih gencar lagi menggali potensi wisata di Indonesia dan tetap gencar mempromosikan ke global internasional. Pemerintah selaku pelindung dan regulator wajib memberi payung hukum kepada pelaku industri pariwisata. Bagaimana pun industri pariwisata itu krusial buat didukung pembangunannya agar maju.
Sejarah Departemen Pariwisata
Awal berdiri departemen ini ialah pada dasa warsa 50’an. Waktu itu departemen ini merupakan unit kerja dari Menteri Muda Perhubungan Darat dan Pos, Telegraf, dan Telepon. Kemudian pada tahun 1953 digantilah menjadi Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi, dan Pariwisata. Sejak itu pariwisata salah satu urusan nan ditangani pemerintah.
Sejak Orde baru, pambangunan pariwisata Indonesia dikembangkan guna menambah devisa negara diluar migas. Salah satunya pariwisata di Bali dan Danau Toba nan diproyeksikan menjadi tujuan wisata nasional. Departemen wisata ini menjadi instansi pemerintah nan kedudukannya bertingkat, dari Pusat, kemudian dibawah ada taraf provinsi dan di bawahnya ada taraf cabang nan ada di kabupaten. Semua cabang Departemen Pariwisata memiliki tugas mengembangkan potensi pariwisata daerah. Karena pariwisata menjadi daya tarik bagi orang luar buat datang berkunjung.
Tugas Berat Departemen Pariwisata buat Menggenjot Devisa
Indonesia bukan lagi sebagai negara masuk dalam negara produsen besar minyak bumi. Nilai ekspor migas kian menurun, dampaknya kontribusi devisa dari ekspor migas menurun. Dicarilah sumber devisa lain, salah satunya dari industri pariwisata. Diyakini industri pariwisata menjadi penyelamat keuangan negara jika perekonomian dalam negeri sedang lesu.
Indonesia memiliki potensi pariwisata nan belum banyak digarap secara maksimal padahal estetika pantai-pantai di Indonesia, lebih bagus dari pada Thailand dan Hawai. Membangun industri wisata dapat menyerap banyak tenaga kerja. Otomatis pembangunan itu bermanfaat menekan angka pengangguran. Selain itu dapat menumbuhkan perekonomian daerah setempat.
Tugas primer Departemen Pariwisata ialah terus mencari penemuan bagaimana cara membangkitkan industri pariwisata baru,agar sebaran turis tidak hanya terpusat satu loka saja. Misalnya Pulau Bangka Belitung memiliki pantai nan latif dan potensi wisata seperti ini harus dipromosikan wajib didukung perkembangannya. Semua prasarana dan infrastruktur di Bangka Belitung dibenahi, agar turis puas datang ke sana.
Sumber daya manusia lokal, juga perlu dibekali skill nan mendukung pariwisata. Misalnya Departemen Pariwisata mengadakan pelatihan bahasa Inggris dan guiding. Masih banyak lagi unsur nan dibangun agar dapat memajukan pariwisata tingkat internasional.
Pariwisata Tergantung Stabilitas Politik
Semaju-majunya pariwisata semua tergantung dengan kondisi politik dalam negeri. Kalau stabilitas politik kacau, berimbas pada global wisata pula. Ambil contoh saja ketika teroris sukses meledakan bomb di Bali dan memakan korban ratusan orang. Bahkan korban tewas terbanyak dari turis asing, seketika juga industri wisata Bali terpuruk pada titik nadir.
Pelaku industri wisata banyak nan gulung tikar. Isu di global internasional tentang Bali nan tidak kondusif lagi membuat turis membatalkan kunjungan di Bali, sedangkan sebagian turis nan tengah liburan di Bali, mempersingkat kunjungan. Akibatnya Bali sepi dari turis. Dewan Pariwisata Bali tidak mau kendisi jelek seperti ini, berlarut-larut. Akhirnya Departemen Pariwisata bekerja keras memulihkan kondisi Bali dan melakukan aksi gencar memromosikan keadaan Bali sekarang ini. Betapa sulitnya memulihkan keadaan di Bali, serta membantah isu negatif nan terlanjur beradar di luar negeri.
Namun berkat usaha nan tidak pantang menyerah dari Departemen besarta Dewan pariwisata, pariwisata Bali kian pulih. Angka kunjungan turis kian bertambah walau terkoreksi sedikit. Lambat laun wisata Bali tumbuh lagi.
Pelajaran nan diambil dari kasus bom Bali ialah pelaku pariwisata tidak dapat secara berdikari membangun dunianya, tanpa donasi dari pemerintah. Stabilitas politik sangat mempengaruhi taraf kunjungan turis. Oleh sebab itu pemerintah selaku pelindung dan pemangku kebijakan, sewajarnya wajib menjaga keamanan nasional. Segala potensi teror nan kontra produktif dengan pembangunan nasional, lekas diantisipasi.
Pelaku Industri Pariwisata
Departemen Pariwisata mengurusi banyak elemen nan ada di industri wisata. Berikut ini pelaku-pelaku industri pariwisata nan menjadi bagian pembinaan departemen.
• Hotel
Hotel sangat erat berkaitan dengan pariwisata. Hotel merupakan industri jasa nan menawarkan penginapan bagi tamu nan ingin bermalam. Secara bisnis hotel memberikan pelayanan maksimal kepada tamunya agar mereka nyaman tinggal di hotel. Oleh sebab itu hotel menerapkan baku tinggi dalam layanan servisnya. Jasa nan diberikan hotel selain kamar, ialah restoran, bar, spa, laundry dan masih banyak lagi. Baku servis tergantung dengan grade hotel tersebut. Terendah ialah hotel melati atau hotel bintang satu, kemudian naik lagi sampai hotel bintang lima.
• Biro wisata
Salah satu elemen pelaku pariwisata ialah biro perjalanan. Biro perjalanan atau tour travel merupakan unit bisnis nan menawarkan jasa wisata kepada pelanggan. Biro wisata menawarkan paket tur dengan aneka jenis dan harga kepada turis. Biro tur ini juga nan mengatur segala perjalanan wisata Anda termasuk memesankan hotel dan mencari akomodasi menuju loka wisata nan diinginkan. Kehadiran biro wisata sangatlah membantu merealisasikan planning liburan pelanggan. Oleh sebab itu Depertemen Wisata begitu memperhatikan keberadaan bisnis perjalanan ini. Serikat biro wisata mendapat payung hukum oleh pemerintah.
• Pemandu wisata
Pemandu wisata merupakan salah satu pelaku industri nan perannya begitu penting. Dia bertugas sebagai pengantar turis di berbagai objek wisata. Dengan bekal bahasa asing nan dia kuasai, pemandu wisata menerangkan semua hal tentang objek wisata tersebut.
Oleh sebab itu, pemandu wisata dituntut bersikap ramah, mudah berteman dan mengerti apa kemauan turis. Sikap profesionalisme pemandu wisata dan skill dominasi bahasa asing merupakan kapital primer bekerja di industri wisata. Agen wisata biasanya menggaji pemandu wisata buat mengantarkan rombongan turist, mengunjungi objek wisata. Departemen Pariwisata sangat serius mengatur pemandu wisata. Demi menjaga nama baik industri wisata Indonesia, setiap guide harus mempunyai lisensi resmi nan dikeluarkan Departemen. Kalau ada guide nan tidak memiliki lisensi, dikategorikan ilegal.
• Restoran
Restoran ialah bagian dari industri pariwisata nan juga ditangani oleh Departemen Pariwisata. Turis asing sangat peka masalah kuliner. Mereka tidak mau menyantap makanan di sebuah restoran nan tidak mengikut baku kebersihan dan pengolahan makanan.Turis asing hanya mau makan di restoran-restorant eksklusif saja, misalnya nan sudah direkomendasikan oleh agen wisata dinegaranya. Departemen Pariwasata kerap mengadakan agenda kerja tentang restoran. Baku restoran nan baik, harus mematuhi baku internasional seperti kebersihan dapur, pengolahan makanan, pelayanan, baku harga dan masih banyak lagi.
• Saran pendukung objek wisata
Objek wisata tidak telepas dari wahana pendukung. Agar sebuah wisata menjadi terkenal, sine qua non infrastruktur nan mendukungnya seperti akses jalan menuju objek wisata. Badan pengelola objek tentu harus berbadan hukum. Kemudian faktor lain nan mendukung ialah seperti restoran, penginapan, area parkir. Semua itu merupakan wilayah kerja Departemen Pariwisata nan bekarja sama dengan pemerintah daerah setempat dan pihak partikelir selaku investor.