Alat Musik Daerah Aceh - Kesenian Tradisional

Alat Musik Daerah Aceh - Kesenian Tradisional

Alat musik daerah Aceh merupakan bagian dari sejarah perkembangan musik. Dalam sejarah perkembangan manusia, musik lahir dan besar sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Bagi manusia, musik dijadikan sebagai alat komunikasi penyampaian aspirasi nan tak dapat disampaikan dalam bahasa tutur.

Dalam setiap kebudayaan manusia niscaya terdapat musik. Pada awalnya, musik lebih banyak ditujukan buat pengiring kegiatan-kegiatan keagamaan. Musik digunakan buat meningkatkan semangat, menyemarakkan upacara, dan mengiringi mobilitas tari. Selain itu, di beberapa daerah seperti Sumatera, Jawa, Bali, dan beberapa daerah lainnya, musik digunakan sebagai penyambut tamu agung, penobatan raja, seremoni kemenangan, dan lain-lain. Begitu pula dengan alat musik daerah Aceh nan merupakan bukti diri dari masyarakat Aceh sendiri.



Alat Musik Daerah Aceh - Kesenian Tradisional

Perjalanan kesenian tradisional sekarang ini sudah memasuki tahapan genting. Bagaimana tidak, dampak munculnya arus perubahan adaptasi, akulturasi, dan enkulturasi, budaya kesenian tradisional lambat laun sudah tak dapat dikenali dan lama kelamaan akan hilang dan musnah.

Perubahan kebudayaan di masyarakat seperti dua mata uang. Dapat bermuka positif apabila masyarakat mampu menjadikan budaya sebagai kapital dalam menghadapi gempuran kehidupan modern nan semakin kompleks. Tetapi perubahan kebudayaan ini juga bisa mengikis nilai-nilai budaya dan kesenian tradisonal nan telah tertanam dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Kesenian tradisional mendapatkan cerita getir sebab sudah mulai terpinggirkan dan mulai digantikan dengan kesenian kontemporer. Kesenian tradisonal sering dianggap kurang praktis dan banyak aturan. Apabila masyarakat disuruh memilih antara kesenian tradisonal dan kesenian kontemporer, jawaban terbanyak niscaya kesenian kontemporer.

Kenapa? Karena kesenian pada masa ini mudah melakukannya dengan harga penampilan nan biasanya agak jauh lebih rendah dibandingkan dengan menampilkan kesenian tradisional. Tetapi, ada masyarakat nan menggabungkan kesenian tradisional dan kesenian pada masa ini dan lagi-lagi kesenian tradisional tersebut tak menggunakan alat tradisional tetapi digantikan dengan alat protesis mesin.

Diperlukan penghayatan dan sikap peduli nan tinggi agar kesenian tradisonal ini bukan hanya menjadi sebuah cerita di kemudian hari dan menjadi pepesan kosong bagi generasi akan datang. Kepedulian tersebut yaitu datang dari diri kita sendiri.

Alat Musik Daerah Aceh - Ragam Alat Musik Aceh

Serambi Mekah atau nan lebih dikenal dengan Nanggroe Aceh Darussalam dulu disebut dengan Daerah Istimewa Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia nan memiliki kekayaan budaya nan tinggi. Kekayaan budaya tersebut secara turun temurun diwariskan dari semenjak adanya kerajaan-kerajaan kecil sampai dengan sekarang. Masyarakatnya sangat menunjung tinggi nilai-nilai budaya bahkan nilai-nilai tersebut sudah mengakar dalam kehidupan sehari-harinya.

Dinamika kebudayaan terus berlangsung seiring dengan meningkatkan hasil-hasil kebudayaan manusia nan terus berkembang. Perkembangan tersebut hampir menyasar semua lini kebudayaan, misalnya perkembangan alat musik nan sudah mengacu pada alat musik nan dihasilkan. Hal ini terjadi hampir di semua lokasi kebudayaan, dan berlaku pula buat perkembangan alat musik daerah Aceh.

Sampai saat ini, alat musik daerah Aceh nan telah diketahui dari zaman kerajaan sampai dengan sekarang terdiri atas 10 alat musik. Alat musik tersebut ada nan masih bertahan dan masih digunakan sampai sekarang dan ada juga nan sudah memasuki masa kepunahan sebab mungkin sudah merasa tak diperlukan lagi sebab sudah alat musik penggantinya. Berikut beberapa alat musik daerah Aceh, yaitu:



1. Ragam Alat Musik Aceh - Serune Kalee

Serune Kalee merupakan alat musik daerah Aceh nan populer di Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat. Serune Kalee merupakan salah satu jenis clarinet pada masyarakat Melayu. Bentuk dari Serune Kalee ialah panjang lurus dan bulat. Bagian atasnya berbentuk kecil dan membesar hingga di ujung bagian bawah. Di bagian tengah terdapat 7 lubang seukuran jari orang dewasa nan berfungsi sebagai pengatur nada. Bagian bawah Serune Kalee membesar seperti kelopak teratai.

Serune Kalee dibuat dengan menggunakan bahan dasar berupa kayu, kuningan, dan tembaga. Biasanya, Serune Kalee dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Geundrang pada acara-acara hiburan, tarian, dan penyambutan tamu kehormatan. Selain dimainkan oleh masyarakat Aceh, Serune Kalee juga dimainkan oleh masyarakat Minangkabau, Agam, dan beberapa daerah lain di Sumatra Barat. Suara nan di keluarkan oleh Serune Kalee bisa terdengar sampai jauh dengan menggunakan donasi pengeras suara.



2. Ragam Alat Musik Aceh - Geundrang

Geundrang merupakan salah satu alat musik daerah Aceh nan berfungsi sebagai pengiring pada tarian tradisional, upacara adat, dan upacara-upacara lainnya. Geundrang biasanya dimainkan bersamaan dengan Serune Kalee. Tahukah Anda bahwa alat musik ini terbuat dari pohon nangka?

Selain menggunakan pohon nangka sebagai bahan standar utama, alat musik ini menggunakan juga kulit kambing dan rotan. Kayu nangka nan sudah dipilih kemudian dilubangi hingga menyerupai bambam. Pada permukaan lingkaran luarnya dipasang kulit kambing kemudian dikencangkan dengan menggunakan ring rotan nan ukurannya sama dengan lingkaran kayu nangka tersebut. Untuk menguatkannya, dipakai tali terbuat dari kulit nan menghubungkan kulit Geundrang bagian kanan dan kulit Geundarang bagian kiri.



3. Ragam Alat Musik Aceh - Rapai

Rapai merupakan alat musik daerah Aceh nan mirip dengan Geundrang. Seperti halnya Geundrang, Rapai menggunakan batang pohon nangka sebagai bahan standar utamanya. Batang pohon nangka ini kemudian dibulatkan dan diberi lubang di bagian tengahnya. Baloh merupakan sebutan buat kayu nangka nan sudah diberi lubang. Ukuran Baloh lebih besar di bagian atas dan mengecil ke bagian bawah.

Bagian atas Baloh nan ukurannya lebih besar ditutup dengan kulit kambing, sementara bagian bawahnya nan lebih kecil dibiarkan terbuka. Kulit kambing nan berada di atas Baloh dieratkan dengan menggunakan ring rotan nan dibalut kulit. Alat musik ini digunakan pada berbagai upacara terutama upacara nan berhubungan dengan kegiatan keagamaan, perkawinan, kelahiran dan permainan tradisional yaitu debus. Rapai dimainkan dengan cara dipukul dan dimainkan secara berkelompok. Syeh atau Kalipah ialah pemimpin permainan Rapai.



4. Ragam Alat Musik Aceh - Arbab

Arbab dalam bahasa daerah disebut dangan Go Arab. Arbab sendiri juga dikenal sebagai alat musik tradisional Simalungun nan digolongkan pada alat musik kawat atau dikenal dengan istilah kordofon.

Alat musik daerah Aceh ini diperkirakan sudah punah. Arbab dibuat dengan menggunakan tempurung kelapa, kulit kambing, kayu, dan dawai. Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat nan dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat.



5. Ragam Alat Musik Aceh - Bangsi Alas

Menurut kepercayaan tradisional, pembuatan alat musik daerah Aceh Bangsi Alas dikaitkan dengan orang meninggal di loka Bangsi tersebut dibuat. Apabila di loka tersebut diketahui ada orang nan meninggal, Bangsi nan telah dengan sengaja dibuat kemudian dihanyutkan ke sungai. Alat musik Bangsi, terbuat dari bambu nan bisa dijumpai di Alas, Aceh Tenggara.



6. Ragam Alat Musik Aceh - Tambo

Tambo dibuat dari bahan Bak Iboh (batang Iboh). Di masa lalu, alat musik daerah Aceh Tambo berfungsi sebagai alat komunikasi buat menentukan waktu sembahyang dan sebagai alat buat mengumpulkan masyarakat ke Meunasah (langgar atau mushola) buat membicarakan masalah-masalah kemasyarakatan. Perkembangan teknologi telah mengikis alat musik ini dan tergeser oleh hadirnya microphone yang lebih efektif.



7. Ragam Alat Musik Aceh - Taktok Trieng

Taktok Trieng merupakan Alat musik daerah Aceh berupa alat musik pukul nan terbuat dari bambu dan bisa dijumpai di Pidie, Aceh Besar, dan beberapan kabupaten lainnya. Penempatan Taktok Trieng terdiri atas dua jenis yaitu:

  1. Digunakan di Meunasah, di balai rendezvous dan di tempat-tempat lain nan dianggap wajar buat meletakkan alat musik ini.
  2. Digunakan di sawah nan fungsinya buat mengusir burung atau serangga lainnya nan akan merusak tanaman padi. Jenis Taktok Trieng ini di letakkan di tengah-tengah sawah dan dihubungkan dengan tali panjang sampai ke dangau.


8. Ragam Alat Musik Aceh - Bereguh

Alat musik daerah Aceh Bereguh terbuat dari tanduk kerbau. Di masa silam, Bereguh bisa dijumpai di Aceh Besar, Aceh Utara, dan di beberapa loka lainnya. Banyaknya nada nan dihasilkan dari Bereguh bergantung kepada teknik orang meniupnya. Oleh karena itu, Bereguh memiliki keterbatasan nada nan dihasilkannya. Bereguh berfungsi sebagai alat komunikasi terutama apabila berada di dalam hutan atau loka berjauhan. Apakah Bereguh masih digunakan sampai saat ini?



9. Ragam Alat Musik Aceh - Canang

Secara umum, alat musik daerah Aceh Canang berfungsi sebagai pengiring tarian-tarian tradisional dan menjadi hiburan bagi gadis-gadis nan sedang berkumpul. Canang biasanya dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah atau hanya buat mengisi waktu senggang saja.



10. Ragam Alat Musik Aceh - Celempong

Celempong merupakan Alat musik daerah Aceh nan berada di Tamiang, Aceh, dan diperkirakan telah berusia lebih dari 100 tahun. Celempong dimainkan oleh para gadis, tetapi sekarang ini hanya wanita saja nan dapat memainkannya dengan sempurna. Celempong terdiri atas beberapa potongan kayu. Cara permainannya cukup sederhana, potongan kayu tersebut disusun di antara kedua kaki pemainnya. Celempong juga digunakan sebagai pengiring tari Inai.

Dari ke-10 alat musik tersebut, hanya tinggal beberapa alat musik saja nan hingga kini masih ada dan masih dapat digunakan oleh masyarakat. Kekhawatiran nan begitu besar muncul apabila alat musik daerah Aceh ini hilang.

Apakah kita akan membiarkan generasi mendatang hanya mendapatkan cerita tanpa ada bukti bahwa pernah terdapat berbagai alat musik daerah Aceh nan dahsyat. Semoga tidak. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan kerjasama dan gandeng tangan buat mengawal dan mengonservasi alat-alat musik tradisional. Bukan hanya di Aceh tetapi di seluruh wilayah Indonesia nan sungguh sangat kaya akan khasanah kebudayaannya.