Siapa Penerima Zakat?
Tiap-tiap muslim harus menunaikan Islam zakat sebagai salah satu kewajiban keagamaannya. Sebagaimana diterangkan dalam surat At-Taubah ayat 103 bahwa dalam setiap harta itu ada haknya orang miskin nan meminta dan nan tak mendapatkan bagian. Karena itu, kewajiban terhadap penunaian zakat begitu ditekankan dalam Islam sebagai manifestasi dari kebersamaan dan senasib sepenanggungan.
Islam zakat ini terbagi menjadi beberapa macam, yakni zakat fitrah, zakat maal, dan zakat profesi. Zakat fitrah merupakan zakat nan diberikan disaat hari raya Iedul Fitri buat menyucikan bathin dan jiwa nan nantinya akan disampaikan kepada delapan asnaf sinkron dengan ketentuan Al-Quran.
Zakat fitrah hukumnya wajib. Zakat maal merupakan zakat nan dibayarkan buat membantu sesamanya nan kekurangan dan sifatnya seikhlasnya (sunah). Dan, zakat penghasilan diberikan berdasarkan jumlah nishab nan telah ditetapkan, yakni 96 gram emas murni dan besarannya 2,5%.
Apa Itu Zakat?
Zakat ialah memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan eksklusif kepada orang-orang nan berhak menerimanya sinkron dengan ketentuan atau syariat Islam. Kata ‘zakat’ berarti membersihkan atau menyucikan, seperti dalam Surat Al Ahzab ayat 33, Allah SWT berfirman:
” …Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. ”
Zakat merupakan bentuk ibadah lain setelah salat nan bertujuan buat mengingat Allah Swt dan bersyukur atas segala rahmat dan nikmat nan telah diberikan dan akan diberikan oleh-Nya. Zakat merupaka sebagian dari Zikrullah , upaya buat mengingat Allah Swt. Zakat dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat terhadap jiwa, dikeluarkan menjelang berakhirnya bulan Ramadhan sebagai pembersih jiwa dari hal-hal nan mengotori aplikasi ibadah puasa Ramadhan.
Zakat fitrah juga berfungsi sebagai santunan bagi fakir miskin dan orang-orang nan berhak menerima zakat di hari raya Idul Fitri. Yang terkena kewajiban membayar zakat fitrah ialah setiap Muslim, baik kaya maupun miskin, masih hidup, dan memiliki kelebihan harta dari nan dibelanjakan buat kebutuhan primernya.
Besar zakat fitrah ialah senilai 2,176 kg bahan makanan pokok nan berlaku di wilayah tersebut, misalnya tepung terigu, kurma, gandum, dan beras. Waktu pembayaran atau pengeluaran zakat fitrah sebaiknya maksimal dua hari sebelum hari raya, atau dapat dipercepat pada awal bulan Ramadhan .
2. Zakat Maal (Zakat Harta)
Zakat maal ialah zakat nan harus dikeluarkan dari segala harta nan dimiliki, dikuasai, disimpan, dan mempunyai nilai eksklusif serta nilai kegunaan (rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, emas, perak, dan lain-lain).
Harta berbentuk apa pun wajib dikeluarkan zakatnya jika telah mencapai nishab. Nishab ialah nilai dan waktu nan membatasi wajib atau tidaknya suatu harta dizakati.
Kata maal berasal dari bahasa Arab nan berarti harta. Zakat maal dikenakan atas harta nan dimiliki individu atau forum berdasarkan ketentuan nan telah ditetapkan secara hukum. Ada beberapa syarat nan harus dipenuhi oleh harta nan akan dikeluarkan, di antaranya sebagai berikut.
- Harta tersebut dimiliki penuh oleh seseorang, bukan merupakan harta gabungan dengan orang lain.
- Harta tersebut berpotensi buat dikembangkan dalam usaha.
- Mencapai nisab, jumlah kekayaan maksimal nan dapat dikeluarkan zakatnya. Bila tak mencapai nisab, harta tersebut dianjurkan buat menjadi sedekah.
- Orang nan akan mengeluarkan zakat mall harus terlebih dahulu memenuhi kebutuhan pokoknya.
- Harta tersebut tidaklah menjadi bagian dari hutang atau bukan sebagai pembayar utang.
- Memenuhi syarat haul, batas waktu buat ternak, harta simpanan, dan harta perniagaan ialah satu tahun buat kepemilikannya. Sedangkan hasil pertanian, buah-buahan, dan barang temuan atau rikaz tidak ada batas waktunya.
Setelah mengetahui syarat dari harta nan tergolong dari zakat maal, maka selanjutnya ialah mengetahui cara penghitungannya. Macam zakat maal dan perhitungannya ialah sebagai berikut.
1. Zakat Emas dan Perak
Nishab emas ialah 20 dinar (setara dengan 85 gram emas murni). Sedangkan nishab perak ialah 200 dirham (setara dengan 672 gram perak). Ini berarti, jika Anda memiliki emas sebesar 20 dinar selama satu tahun, maka emas tersebut harus dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.
Aturan serupa berlaku pula buat perak, jika telah mencapai nishab 200 dirham dan waktu kepemilikannya telah satu tahun, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.
2. Zakat Harta Berharga Lainnya
Zakat harta berharga lainnya, misalnya uang tunai, tabungan, saham, obligasi, dan lain-lain. Besarnya zakat nan harus dikeluarkan dan syarat-syaratnya sama seperti zakat emas dan perak.
3. Zakat Penghasilan
Zakat penghasilan ialah zakat nan wajib dibayarkan apabila penghasilan seorang Muslim telah mencapai nilai eksklusif nan disyaratkan. Syarat dikeluarkannya zakat penghasilan ialah jika penghasilan Anda sudah mencapai nilai sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah (setara dengan 520 kg beras). Besarnya zakat nan harus dikeluarkan ialah 2,5 % dari nilai penghasilan
4. Zakat Profesi
Zakat profesi ialah zakat nan dikeluarkan dari penghasilan profesi bila telah mencapai nilai zakat, yaitu sebesar 520 kg beras. Besarnya nilai zakat nan harus dikeluarkan ialah 2,5 % dari penghasilan.
5. Zakat Perniagaan / Perdagangan
Zakat perniagaan ialah zakat nan dikeluarkan dari harta perdagangan atau semua harta nan digunakan buat jual beli, seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dan lain-lain.
Zakat perniagaan juga wajib dikeluarkan dari segala bentuk usaha perdagangan, baik nan berupa perorangan atau perserikatan, seperti CV, PT, koperasi, dan sebagainya. Syaratnya sama dengan zakat pada emas.
Siapa Penerima Zakat?
Ihwal siapa saja nan berhak menjadi penerima zakat, yakni ditegaskan dalam surat At-Taubah ayat 60, nan intinya bahwa mereka nan berhak menerima zakat ialah fakir, miskin, para pengurus zakat (amil), muallaf, orang berhutang, fi sabilillah, dan ibnu sabil. Hal tersebut merupakan suatu ketetapan nan telah secara jelas diatur langsung oleh Allah Swt.
Jadi, sudah jelas bahwa harta zakat hanya diberikan kepada delapan asnaf di atas. Adapun saudara nan diberikan zakat, baik itu zakat maal ataupun zakat profesi, sepanjang diniatkankannya bukan buat zakat, maka termasuk sedekah. Namun, ketika diniatkan buat berzakat, maka termasuk zakat.
Jumhur ulama sendiri menjelaskan ihwal siapa-siapa saja nan tidak boleh menerima zakat, yakni ibu dan kakek, bapak, nenek, dan k eatasnya serta anak-anak dan ke bawahnya sebab mereka berada di bawah tanggung jawabnya.
Hal ini dikuatkan oleh sebuah hadis Rasulullah, yaitu “Anda dan hartamu itu ialah buat ayahmu (keluarga)”, (HR. Ahmad). Ulama pada masa ini terkemuka Syeikhul Islam, Dr Yusuf al-Qhardawi, menjelaskan dalam kitabnya bahwa memberikan akat kepada saudara nan tak wajib diberikan nafkah, maka tidaklah berdosa.
Kita dapat simpulkan bahwa diperbolehkan memberikan zakat kepada mereka nan tak berada di bawah tanggung jawab kita secara langsung buat diberikan nafkah. Oleh karena itu, setiap muslim sebaiknya berhati-hati dan teliti sebelum menyalurkan zakatnya supaya sinkron dengan syariat.
Zakat sangat dianjurkan diberikan kepada mustahik (penerima zakat) nan tak termasuk tanggungan bagi si muzakki. Sudah merupakan kewajibanlah bagi setiap muslim buat saling membantu sesamanya. Islam sangat menganjurkan memberikan donasi terutama mereka nan terdekat.
Dari klarifikasi di atas, jelas sudah apa nan dimaksud dengan zakat dan apa saja nan termasuk ke dalam zakat maal. Zakat tersebut tentu saja harus diniati sebab Allah. Terkadang seseorang nan berlimpah harta suka melupakan pada kewajiban zakatnya. Padahal Rasullah mengajarkan kepada umatnya buat bersedekah dan hayati sederhana.
Beliau sangat takut jika di rumahnya tersisa sedikit saja harta nan belum dibagikan. Tentang hal ini, Abu Dzar bertutur. “Suatu hari saya berjalan bersama Rasulullah SAW di sebuah tanah lapang di Madinah, hingga di hadapan kami terlihat Jabal Uhud.”
Nabi menyapaku dan menyampaikan sesuatu, sesuatu nan kemudian menjadi hadits tentang akhlak bersedekah nan diamini, "Tidak akan pernah membuat bahagia memiliki emas seperti Jabal Uhud ini, jika sampai melewati tiga hari dan saya masih memiliki satu dinar, kecuali nan saya gunakan buat melunasi utang. Jika saya memilikinya, niscaya akan saya bagi-bagikan semuanya tanpa residu dan saya katakan kepada hamba-hamba Allah begini, begini, begini (beliau mengisyaratkan arah kanan, kiri dan belakangnya)’.” (HR Bukhari Muslim).
Bersedekah, memberi dan berbagi kepada sesama memiliki loka tersendiri dalam hati insan mulia ini. Beliau pernah menegaskan dalam hadits tentang akhlak nan disampaikannya bahwa, " Kunci kesuksesan seorang Muslim ialah kegemarannya dalam memberi dan kemampuannya dalam berempati terutama kepada mereka nan kekurangan ". (HR Thabrani)
Dengan demikian, bahwa Islam zakat harus ditunaikan sinkron dengan ketentuan nan berlaku. Jangan sekali-kali menjalankan justru malah bertentangan dengan sara’ nan sudah jelas peraturannya, baik dalam Al-Quran maupun Hadis. Semoga bermanfaat.