Gempuran Asteroid
Planet Mars ialah sebuah planet tanpa kehidupan. Kemajuan teknologi nan semakin luar biasa menantang manusia buat menjangkau hal-hal baru nan selama ini belum tertaklukkan. Salah satu contohnya ialah misi ke luar angkasa.
Dulu berpetualang ke ruang angkasa ialah hal nan mustahil. Hingga rahasia ini akhirnya sukses terpecahkan ketika Vostok I nan dikendarai Yurin Gagarin sukses mendarat di bulan.
Keberhasilan Yuri Gagarin telah mendorong diluncurkannya berbagai misi luar angkasa lainnya. Mereka tidak hanya puas dapat mendarat di bulan saja, melainkan juga terobsesi dengan planet-planet lain di tata surya ini. Salah satunya yakni planet Mars.
Planet Mars ialah planet nan berwarna kemerahan. Oleh sebab itu, planet ini dijuluki juga Planet Merah. Rona merah ini dampak kandungan besi oksida nan terdapat di permukaan planet tersebut.
Kehidupan di Planet Mars
Kondisi di Planet Mars memang lebih aman bagi kehidupan bila dibandingkan dengan Planet Venus . Dari segi iklim, Planet Mars lebih mirip bumi dibandingkan planet-planet lainnya. Penyebabnya ialah kemiripan sumbu di kedua planet tersebut.
Planet Mars memiliki panjang musim dua kali dari bumi. Namun demikian, bukan berarti Planet Mars bisa dijadikan sebagai loka tinggal alternatif bagi manusia. Sebab, planet ini memiliki tekanan udara dan suhu nan sangat rendah.
Permukaan Planet Mars bersuhu antara -87⁰C pada musim dingin hingga -5⁰C pada musim panas. Panjangnya rentang suhu tersebut dampak lapisan atmosfirnya nan sangat tipis sehingga tak mampu menyimpan panas matahari serta tekanan atmosfirnya nan juga rendah.
Kondisi lain nan cukup ekstrem bagi manusia ialah udaranya nan banyak mengandung karbonmonoksida. Akibatnya, jika manusia ingin tinggal di loka tersebut, mereka harus menggunakan alat bantu pernapasan.
Tak hanya itu saja. Partikel debu di Planet Mars ternyata sangatlah berbahaya. Partikel debu tersebut mengandung mineral silikat nan sangat halus. Bila ini sampai terhirup, maka kandungan mineral silikat tadi akan bereaksi dengan air nan berada di paru-paru.
Akibatnya, terbentuklah senyawa kimia nan sangat berbahaya sebab bersifat merusak, bahkan berpotensi mengantarkan pada kematian.
Menurut Richard Williams, Kepala Kesehatan sekaligus Petugas Medis di NASA, partikel debu di Planet Mars mengandung Perchlorates, semacam garam dari HClO4 (asam perklorat). Kandungan Perchlorates tersebut bisa merusak fungsi kelenjar tiroid.
Padahal kelenjar tiroid memegang peranan krusial dalam proses metabolisme tubuh manusia. Sebab, kelenjar tiroid berperan dalam proses pembuatan protein, pembakaran energi, dan bersinergis dengan hormon lainnya dalam proses metabolisme tubuh manusia.
Jika kelenjar tiroid sampai rusak, maka jelas proses metabolisme tubuh manusia akan terganggu. Akibatnya, seluruh sistim tubuh ikut pula terganggu.
Ada nan berpendapat bahwa para astronot akan kondusif dari ancaman partikel debu tersebut sebab mereka telah dilengkapi dengan pakaian astronot. Ternyata faktanya tak demikian. Partikel debu beracun tersebut akan terus menempel hingga mereka mendarat kembali di bumi. Dan ini tentu sangat membahayakan.
Fatalnya lagi, air sebagai sumber kehidupan ternyata tak mampu bertahan lama saat berada di permukaan Planet Mars dampak rendahnya tekanan di planet ini.
Karakteristik itulah nan membuat Planet Mars sangat tak ideal dijadikan sebagai loka tinggal bagi manusia. Apalagi sejumlah misi luar angkasa nan dikirim ke sana hingga akhir abad 20 ini belum menemukan jejak-jejak kehidupan di sana.
Hanya saja masih ada perdebatan mengenai hal itu. Menurut ilmuwan NASA, pesawat Viking telah sukses menemukan tanda-tanda kehidupan di planet tersebut. Sayangnya setelah dikaji ulang, Viking ternyata tak cukup dapat diandalkan buat melacak jejak kehidupan di Planet Mars.
Adapun penelitian nan dilakukan Phoenix menunjukkan bahwa Planet Mars memiliki pH nan basa sekali. Selain itu juga mengandung sejumlah mineral krusial seperti klorida, potasium, sodium, dan magnesium.
Nutrien dalam tanah juga mampu mendukung kehidupan. Data lain menunjukkan bahwa komponen-komponen anorganik nan terdapat pada meteorit Planet Mars kemungkinan berasal dari mikroba nan telah menjadi fosil.
Anehnya, meskipun secara fakta Planet Mars hingga saat ini tak layak dijadikan sebagai loka tinggal bagi manusia, ternyata misi perjalanan luar angkasa ke planet tersebut tak sepi peminat. Salah satunya ialah nan ditawarkan Mars One.
Sebuah perusahaan asal Belanda ini berniat mengirimkan misi ke Planet Merah tersebut. Misi ini membutuhkan enam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari empat orang. Rencananya, kloter pertama akan dikirim pada 2022 mendatang.
Meskipun planning misi ini masih lama dan terhitung penuh risiko, ternyata banyak nan antusias menyambutnya. Pada 2012 lalu sudah ada sekitar 10 ribu pelamar nan berasal dari seratus negara di dunia.
Misi perjalanan ke Planet Mars nan digagas Mars One itu memang tergolong unik. Misi ini rencananya dikemas dalam bentuk Reality Show sehingga dapat disiarkan melalui televisi secara live.
Para peserta nan ingin mengikuti misi tersebut harus memenuhi sejumlah kriteria nan telah ditetapkan Mars One. Antara lain harus berusia lebih dari 18 tahun, memiliki riwayat kesehatan nan bagus, daya tahan nan kuat, berkepribadian baik, dan mampu berbahasa Inggris meskipun tak lancar.
Kabar terakhir, para pelamar nan telah mendaftar misi bertamasya ke Planet Mars ialah 78 ribu peserta. Jumlah nan cukup fantastis, bukan?
Padahal sesampainya di Planet Mars, peserta misi harus siap menghadapi loka tinggal nan serba terbatas, kesulitan air, dan pastinya lingkungan nan sangat membahayakan kesehatan. Apalagi tak ada agunan mereka dapat kembali pulang dengan selamat ke bumi.
Gempuran Asteroid
Tak hanya lingkungannya nan tak ramah, Planet Mars setiap tahunnya juga tak luput dari agresi asteroid. Para ilmuwan memprediksi setidaknya ada sekitar 200 asteroid kecil nan menghantam planet tersebut setiap tahunnya. Gempuran asteroid itu menyebabkan terbentuknya kaldera nan minimal berdiameter 3,9 meter.
Asteroid ialah pecahan komet . Ukurannya memang terlalu kecil buat dapat sampai ke permukaan bumi. Asteroid tersebut akan hangus terbakar sebelum sampai ke permukaan bumi.
Menurut hasil penelitian NASA, saat ini terdapat sekitar 248 lokasi gempuran asteroid nan tersebar di beberapa titik di permukaan Planet Mars.
Di lokasi gempuran itulah ditemukan sejumlah kawah. Dalam satu tahun, ada tiga hingga sepuluh kaldera baru terbentuk. Walhasil, ada ribuan kaldera nan terbentuk di sana. Kabarnya, saat ini ada sekitar 43 ribu kaldera dengan diameter lebih dari 5 km. Salah satu kaldera besar nan dapat terlihat dari bumi ialah Kaldera Hellas.
Kawah Hellas termasuk salah satu kaldera dampak tubrukan nan terbesar di tata surya. Kaldera ini terbentang sepanjang 2.300 km, terbentang dari timur ke arah barat. Pusatnya berada di 70⁰BT dan 42,7⁰LS.
Demikianlah, meskipun tinggal di planet mars ialah sesuatu nan masih diperdebatkan, ternyata hal ini justru mengundang penasaran buat melakukan penelitian lebih lanjut.
Bahkan banyak masyarakat biasa nan tertarik bertamasya ke sana sebagaimana program nan digagas Mars One. Apakah Anda termasuk salah satunya? Pilihan di tangan Anda.