Membumikan Ayat-Ayat Alqur’an Dalam Kehidupan
Al-Quran menurut pendapat nan paling kuat, berarti bacaan. Kata turunan ( masdar ) dari qara’a ( fi’l madly ) dengan arti ism al-maf’ul , yaitu maqru’ nan artinya dibaca. Pengertian ini merujuk pada sifat Al-Quran, (Q.S. Al-Qiyamah, 75: 17-18).
Kitab panduan Agama Islam ini memiliki 114 surat atau surah . Setiap surat terdiri atas rangkaian ayat-ayat Al-Quran. Ayat ialah beberapa kalimah (kalimat) nan merupakan kesatuan maksud sebagai bagian dari surat-surat dalam Al-Quran.
Surat nan memiliki ayat terbanyak ialah surat Al-Baqarah dan surat dengan ayat terpendek dimiliki oleh tiga surat : An-Nasr, Al-Asr dan Al-Kautsar.
Menurut pakar Al-Quran, M. Quraisy Shihab, kitab nan diwahyukan kepada Nabi Muhammad ini memiliki 77.439 kata dengan jumlah huruf sebanyak 323.015. terdapat disparitas mengenai jumlah ayat, yaitu 6.000 ayat, 6.321 ayat, 6.616 ayat.
Hal ini terjadi sebab disparitas pandangan tentang masuk-tidaknya kalimat basmalah dan fawatih al-suwar dalam bagian ayat Al-Quran.
Jumlah ayat tersebut dibagi menjadi 554 ruku’ nan ditandai dengan huruf ‘ain di bagian pinggir halaman Al-Quran. Lalu ke-144 surat tersebut terbagi dalam 30 juz, berupa bagian dengan panjang nan sama.
Ayat Al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad selama kurun waktu 23 tahun. Pertama, Nabi tinggal di Mekkah selama 13 tahun, maka fase ini disebut ayat-ayat Makiyyah .
Isinya tentang masalah pendidikan bagi kepribadian Rasulullah, pengetahuan dasar sifat dan perbuatan Allah (af’al Allah), dan dasar-dasar akhlaq Islam serta bantahan pada sikap hayati jahiliyyah. Kedua, setelah Nabi hijrah dari Mekkah menuju Madinah dan menetap di sana selama 10 tahun sampai akhir hayatnya. Periode ini disebut ayat Madaniyyah nan menerangkan masalah kemasyarakatan.
Berdasarkan pada panjang-pendeknya, ayat-ayat Al-Quran terbagi dalam empat kelompok:
- Al-Sab’a al-tiwal , atau tujuh surat panjang, yaitu Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-A’raf, Al-An’am, Al-Maidah, dan Yunus.
- Al-Mi’un , ialah surat-surat nan memuat sekitar 100 ayat lebih. Di antaranya: surat Yusuf, surat Mu’min, dan surat Hud.
- Al-Matsani , yaitu surat-surat nan memiliki jumlah ayat kurang dari 100, seperti Al-Anfal dan Al-Hijr.
- Al-Mufashal , berupa surat-surat pendek, seperti An-Nas, Al-Falaq, Al-Buruj, dan Al-Ma’un.
Dilihat dari segi jelas-tidaknya maksud suatu ayat, para ulama mengelompokkan ayat Al-Quran kepada: Muhkamat atau ayat-ayat nan cukup jelas, dan Mutasyabihat berupa ayat nan membutuhkan klarifikasi lebih dalam.
Adanya ayat mutasyabihat memberi peluang kepada para penafsir ( mufassir ) buat menjelaskannya dengan menggunakan kaidah-kaidah nan telah ditetapkan dalam ‘ulum al-Quran dan ilmu tafsir.
Sejarah Al-Qur'an
Pada masa Nabi Muhammad, ayat-ayat Al-Quran berserakan dalam bentuk tulisan di pelapah daun kurma, kepingan tulang, lempengan batu, dan terpelihara juga hapalan para sahabat nabi. Pasca nabi wafat, banyak para penghafal dan penulis Al-Quran berguguran dalam peperangan melawan musuh Islam.
Pada zaman khalifah Abu Bakar, hal ini terjadi ketika Perang Yamamah. Lalu Umar bin Khathab mengusulkan buat menghimpun ayat-ayat nan Al-Quran nan berceceran dalam mushhaf .
Mushhaf pertama nan sukses disusun, kemudian disimpan di rumah Abu Bakar. Ketika masa khalifah Umar bin Khathab, mushhaf itu disimpan di rumahnya. Setelah meninggal, disimpan oleh putri Umar sekaligus istri Nabi Muhammad, Hafshah.
Mushhaf lebih disempurnakan pada masa Usman bin Affan, dan tersusunlah lima mushhaf utsmani . Satu mushhaf disimpan di Madinah, dikenal dengan mushhaf al-imam .
Selebihnya dikirim ke Mekkah, Suriah, Bashrah, dan Kufah buat disalin dan diperbanyak agar tersosialisasikan ke seluruh dunia. Dan mushhaf utsmani menjadi baku penulisan dan percetakan Al-Quran pada tahun-tahun selanjutnya.
Syarat Menafsir Ayat-Ayat Al-Quran
Tafsir terhadap Al-Quran berfungsi krusial dalam menjelaskan segala nan disyariatkan oleh Allah kepada umat manusia buat ditaati dan dilaksanakan. Maka terdapat beberapa syarat nan harus dipenuhi seorang Muslim agar mampu menafsirkan Al-Quran, yaitu:
- Seorang harus memiliki I’tiqad dan komitmen terhadap Islam.
- Memiliki keikhlasan dan kemurnian tujuan mempelajari Al-Quran.
- Mengetahui As-Sunnah, atau hadits-hadits Nabi sebagai penjelas al-Quran.
- Harus memahami bahasa Arab.
- Mengetahui ilmu sebab-sebab turun Al-Quran ( Asbaabun Nuzul ), mengetahui ilmu qira’ah, ilmu tauhid, ilmu nasikh dan mansukh.
Membumikan Ayat-Ayat Alqur’an Dalam Kehidupan
Banyak dalam Al-Quran nan menyampaikan tentang hal-hal krusial berkaitan dengan kehidupan di global dan di akherat kelak. Itulah hal nan menunjukkan betapa besarnya kekuasaan Allah SWT sebagai Pencipta sekaligus Pengatur alam semesta ini.
Dalam ayat Al-Quran terdapat anggaran buat menjaga interaksi baik antara manusia dengan Penciptanya yaitu Allah SWT, interaksi manusia dengan sesama manusia serta interaksi manusia dengan dirinya sendiri. Segala hal berkaitan dengan ketiga interaksi tersebut bisa diketahui pentingnya anggaran dalam diri manusia. Mulai dari akhlak, muamalah, hukuman dan anggaran dalam hayati lainnya.
Segala anggaran tersebut saling berkaitan dan tak bisa dipisahkan begitu saja oleh manusia. Jika hanya sebagian nan diambil kemudian dilakukan secara individu atau mungkin kelompok, maka hal itu belum bisa dikatakan merasakan latif serta nyamannya kehidupan dengan segala aplikasi ayat Al-Quran berkenaan dengan anggaran bagi manusia.
Cara membiasakannya tentu sejak usia masih muda akan semakin lebih baik. Sebab membentuk Norma baik akan lebih mudah diajarkan atau dilakukan oleh seorang anak kecil, dibandingkan daripada mereka nan sudah tua. Begitu pula dengan hapalan ayat-ayat akan lebih paripurna bila dimulai oleh seseorang sejak dia masih tergolong anak kecil. Hapalan ayat-ayat kitab kudus Alquran memang lebih mudah diberikan kepada mereka nan masih muda. Orang dewasa atau nan sudah tua tentu dapat menghapal ayat Alquran, namun usaha nan diperlukan lebih banyak dan keras.
Terkait dengan permasalahan akhlak seorang muslim, dia harus menyesuaikan tingkah lakunya selaras dengan apa nan diperintahkan oleh Allah SWT dalam Alquran. Akhlak merupakan bentuk konduite mulia nan berlandaskan keimanan kepada Allah dan Rasul. Dalam diri nabi Muhammad bisa ditiru sebagai tauladan terbaik buat berakhlak mulia dalam kehidupan global nan sementara ini.
Nabi Muhammad ialah manusia dengan fisik manusia seratus persen. Artinya potensi nan ada dalam diri Rasulullah sebagai manusia biasa ada juga dalam diri kita. Namun pada sisi perbuatan, tentu Rasulullah berbeda dengan umatnya hingga hari kiamat. Yakni perbuatan nabi Muhammad adalah maksum, dalam makna terbebebas dari kesalahan nan menghantarkan dosa.
Para sahabat ketika ditanya bagaimana akhlak Rasulullah, maka para isteri nabi menjawabnya bahwa akhlak Rasulullah saw ialah Alquran. Maknanya segala perintah dan embargo dalam kitab kudus tersebut dipenuhi dalam perbuatan nabi Muhammad Saw sehari-hari. Ini memudahkan kita sebagai umat Islam dalam mencari contoh bagaimana melaksanakan kandungan Alquran secara sempurna. Coba bayangkan bila Nabi bukanlah seseorang nan maksum, maka manusia tak akan mendapatkan bagaimana cara melaksanakan perintah Allah secara paripurna.
Alangkah tenangnya hayati manusia jika mampu mempelajari firman-firman Tuhan Pemilik Semesta Alam. Mencoba mendapatkan petunjuk buat membedakan ( Al-Furqan ) antara kebenaran dan kebathilan dalam menapaki hayati di global ini. Marilah memulai bacaan Al-Quran sejak dari sekarang!