Quantum Teaching - Tak Hanya Nilai Kognitif

Quantum Teaching - Tak Hanya Nilai Kognitif

Pengajaran model sentral menjadikan guru menjadi subjek dan murid menjadi objek ialah pembelajaran model antik nan sudah mulai ditinggalkan. Quantum teaching ialah pembelajaran model baru. Model pembelajaran quantum teaching berupaya buat memberdayakan semua subjek dan objek nan dipergunakan saat itu. Ruang kelas, peralatan kelas, buku, guru, dan tentu saja murid, semuanya berinteraksi dalam proses pembelajaran quantum teaching .

Model quantum teaching memang terlihat lebih memanusiakan manusia daripada model sebelumnya nan menharuskan murid atau siswa hanya datang, duduk, diam, dan pulang. Quantum teaching bersahabat erat dengan quantum learning nan keduanya akan menghasilkan output nan tidak hanya cerdas, namun berkarakter.



Apa Saja nan Menjadi Karakteristik atau Kekhasan dari Quantum Teaching?

Guru Tak lagi "Digugu" dan "Ditiru". Jangan terburu-buru protes ketika membaca kalimat tersebut. Orang Jawa bilang guru itu, ya digugu dan ditiru atau guru ialah seseorang nan harus dituruti dan dicontoh. Tentu pemahaman tersebut sangat bagus. Namun sayangnya, dua kata tersebut sering diartikan sebagai guru itu subjek nan dapat dan harus berbuat apa saja, sedangkan murid ialah objek nan harus menuruti semua perkataan guru tanpa boleh protes sedikit pun.

Pemahaman nan terlalu ekstrem tersebut menciptakan jeda antara guru dengan murid nan menjadikan guru Sebagai pihak nan berada di loka setinggi-tingginya, sedangkan murid sebagai pihak nan berada di loka serendah-rendahnya. Padahal, guru juga manusia nan ada kalanya memiliki kesalahan atau kekhilafan dalam mengajar.

Dalam quantum teaching , guru tidak lagi menjadi subjek primer dalam proses pengajaran. Menghormati guru ialah hal nan wajib bagi murid. Guru juga wajib menjadi contoh nan baik buat murid-muridnya. Namun, ketika guru berbuat salah atau khilaf, baik dalam proses pedagogi maupun di luar itu, murid juga tidak lantas membenarkan ketidakbenaran tersebut hanya sebab status mereka berbeda, guru dan murid.



Quantum Teaching - Diskusi Interaktif

Zaman dulu, murid datang ke sekolah, meletakkan tas, bermain sebentar, bel berbunyi, masuk kelas, guru datang, murid diam, guru menerangkan, guru memberi tugas, dan pulang. Guru mengajar dan murid menerima. Tak ada protes atau pertanyaan atau diskusi. Pokoknya, murid diam saja dan tidak perlu berbuat onar, itu saja sudah cukup. Itu dulu, sekarang? Metode belajar quantum teaching "memaksa" guru buat dapat "menodong" muridnya buat berbicara atau berdiskusi di dalam kelas. Guru tidak lagi bertanya "Mengerti anak- anak?" Kemudian, dilanjutkan dengan kalimat perintah "Silakan kerjakan halaman sekian dalam waktu sekian!".

Namun, dalam quantum teaching , guru harus menciptakan "ledakan-ledakan" nan dapat merangsang pikiran kritis murid-muridnya. Misalnya:



1. Pemberian kasus eksklusif nan ada hubungannya dengan bahasan nan sedang diperbincangkan

Misalnya: Guru PKNPS (Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Sosial) sedang membahas bab "Keadilan". Maka guru diharapkan dapat merangsang pemikiran murid- muridnya buat menganalisis masalah keadilan. Guru melempar kasus tersangka korupsi nan kini dapat bebas dan hayati tenang lalu meminta semua muridnya buat memberikan pendapatnya.Atau dapat juga mereka bermain peran di mana guru menjadi pengawasnya. Dengan contoh kasus nan sama, semua murid dibagi menjadi beberapa kelompok. Ada nan berperan sebagai hakim, tersangka, saksi, jaksa agung, dan lain sebagainya. Dengan seperti itu kelas akan menjadi lebih hidup.



2. Menyuruh siswa mencari kasus tentang bab nan sedang mereka bicarakan

Selama ini murid-murid hanya pandai dalam hal teori namun kurang dapat mengaplikasikan ilmu nan mereka miliki. Nah , saat itulah peran guru sangat penting. Dalam quantum teaching , guru juga harus dapat menggiring siswanya mengaplikasikan ilmu nan mereka pelajari.

Misalnya, saat ini murid-murid sedang belajar tentang laporan keuangan. Hendaknya, guru memberikan tugas riil, yaitu mencari kasus tentang perusahaan perseorangan (tak perlu nan njelimet ) buat dibuatkan laporan keuangan. Jadi, setelah belajar laporan keuangan, murid- murid langsung praktik. Membuatkan laporan keuangan penjual bakso, cilok, karedok, warung makan, rumah makan kuliner padang, salon, atau nan lainnya. Tak perlu susah-susah dan rumit-rumit, nan krusial murid-murid tahu bagaimana cara mengaplikasikan ilmunya.



Quantum Teaching - Tak Hanya Nilai Kognitif

"Yang krusial kalau ulangan bisa 100!". "Yang krusial lulus dengan nilai tinggi!" Itu tuntutan zaman dulu. Sekarang? Tuntutan masih tetap sama seperti di atas, hanya ditambah. Guru tidak hanya melihat murid dari aspek kecerdasan intelektual semata atau aspek kognitif, namun juga aspek non kognitif. Dalam quantum teaching hal-hal selain aspek kognitif juga harus ditanamkan.

Mengapa hal tersebut perlu? Karena ternyata aspek kognitif itu lebih mudah buat dipelajari daripada aspek non kognitif. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa manusia dapat sebab terbiasa. Dalam drama Jepang Dragon Zakura, Sakuragi Sensei berkata kepada salah satu muridnya nan sedang galau sebab nilai try out -nya selalu di bawah rata- rata "Kamu tak bodoh, hanya belum berpengalaman saja. Apakah kamu langsung pakar dalam bermain saksophone ketika pertama kali memainkannya? Tidak bukan!"

Ya, benar. Bila kita ingin melihat contoh bagaimana penerapan quantum teaching , coba tonton film Dragon Zakura. Sebuah film tentang seorang guru (yang sebenarnya ialah pengacara) bernama Sakuragi Sensei nan mengajar di sekolah nan murid-muridnya sangat payah alias tidak ada kemauan belajar sama sekali. Sakuragi sensei tidak kekurangan akal, dengan segala daya dan upaya dia melakukan majemuk cara buat membuat murid-muridnya tertarik dengan pendidikan dan berorientasi pada masa depan.

Tak hanya itu, Sakuragi sensei juga memahami setiap permasalahan nan dihadapi oleh murid-muridnya. Dia tidak hanya menanamkan bagaimana cara mendapatkan nilai 100 dan masuk Tokyo Daigaku, tapi bagaimana menjadi seorang manusia nan percaya diri dan tak menjadi pecundang. Murid- murid nan tadinya under estimated pada dirinya sendiri berubah menjadi semangat.

Di akhir cerita, Sakuragi Sensei berkata pada murid-muridnya bahwa hayati ini bukan pilihan ganda. Bila dalam soal pilihan ganda, hanya dikenal satu jawaban benar. Namun dalam kehidupan nyata, A, B, dan C itu dapat sama-sama benarnya, tergantung siapa nan memilihnya. Apa pun pilihannya, nan krusial kita konfiden dan serius.

Quantum teaching tidak hanya mengajarkan murid-murid buat mengejar nilai setinggi-tingginya dalam waktu sesingkat-singkatnya. Dalam quantum teaching , ada hal nan jauh lebih krusial dari itu, yaitu tentang pilihan hayati dan motivasi. Seorang guru harus menanamkan nilai- nilai kedewasaan pada murid- muridnya. Itulah nan diharapkan dari quantum teaching .

Ada satu kalimat nan mungkin dapat menumbuhkan semangat guru dan murid dalam mengaplikasikan quantum teaching dan learning nan diambil dari drama Dragon Zakura. Kalimat itu ialah "Kamu tahu bagaimana caranya menjadi kuat? Kenali kelemahanmu!" Itu ialah kata- kata nan diucapkan oleh sang guru, Sakuragi sensei pada muridnya nan sudah hopeless .



Quantum Teaching - Guru dan Murid Maju Bersama

Dalam quantum teaching , guru dan murid diajak buat maju bersama. Murid tetap wajib menghormati guru sampai kapanpun sekalipun boleh memberikan masukan. Dalam quantum teaching pun, guru harus menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada murid nan bermanfaat bagi masa depannya.