Pamor pun bisa Meredup

Pamor pun bisa Meredup



Kasus Raffi Ahmad

Kasus terbaru nan cukupmenyedot perhatian masyarakat ialah kasus nan dihadapi Raffi Ahmad. Di hari nan naas itu malah ada 17 orang nan ditangkao di kediaman sang seniman nan baru saja putus dari Yuni Shara itu. Tidak tanggung-tanggung, kediaman Raffi Ahmad nan ada di Lebak Bulus, Jakarta Selatan itu digrebek sebab disinyalir ada pesta narkoba. Yang terkena getahnya tak hanya Raffi Ahmad nan terkenal anak badung tapi tak menggunakan narkoba, melainkan seniman lain nan terkenal higienis dan baik-baik.

Irwansyah dan Zazkia nan merupakan pasangan suami istri juga terkena imbasnya. Menurut informasi, mereka ke rumah Raffi Ahmad sebab mengejar tanda tangan sang arti syang cukup tajir itu. Diperoleh informasi kalau Raffi Ahmad akan naik haji keesokan harinya sehingga sehabis syuting sebuah acara, mereka langsung ke rumah Raffi. Wanda Hamidah nan terkenal sebagi politisi juga terkena dampaknya ketika sedang bertandang ke rumah Raffi.

Ada kecurigaan nan mendalam mengapa seorang janda seperti Wanda Hamidah bertamu ke rumah seorang pria di waktu nan tak normal. Tersiar kabar bahwa Raffi akan menjadi caleg dari PAN dan Wanda Hamidah ialah salah satu kader nan cukup bagus dari PAN. Belum diketahui motif nan sesungguhnya tetapi orang ,alah sudah memberikan pendapat bahwa Raffi Ahmad dan Wanda Hamidah ialah pasangan nan sedang dekat.

Melihat sisi nan begitu miris dari kisah Raffi Ahmad dan penggrebekan nan dilakukan oleh BNN itu, tersiratlah bahwa menjadi arti situ tak gampang. Jangankan mereka nan belum mendapatkan apa-apa dari keartisannya, orang seperti Raffi Ahmad saja masih harus berjuang memulihkan nama baiknya kalau masih mau mendapatkan huma nan empuk di global keartisan. Inilah mengapa kalau banyak juga nan tak mau menjadi seniman terlalu lama.

Godaan nan luar biasa itu memang tak semua dapat dipikul oleh banyak orang. Kasus demi kasus nan menjerat mereka ialah contoh betapa global keartisan ini bukan global nan mudah. Kalaupun uang berlimpah, uang itu pun harus digunakan sebagai kapital lagi mendapatkan pekerjaan. Kehidupan nan tak normal dengan waktu kerja nan panjang, menambah deret perjuangan nan begitu beronak dan berduri tersebut. Jangan hanya melihat harta. Mereka juga harus bekerja keras.



Persaingan

Tingkat persaingan mereka juga sangat ketat. Dan, persaingan nan paling ketat ialah dalam aspek penghayatan peran nan didapatkan. Untuk mengantisipasi taraf persaingan nan terus meningkat sehingga mampu bertahan, maka setiap seniman Indonesia berjuang dengan meningkatkan kompetensinya. Ada nan mengikuti kursus akting, ada juga nan berani membuka pakaian dan menonjolkan auratnya. Seniman itu seolah mengagungkan skenario diatas segalanya. Tuhan saja dikalahkan.

Dan, sebagai seorang artis, kompetensi nan harus ditingkatkan ialah kemampuan aktingnya. Secara pribadi, mereka harus berusaha agar mampu menjalankan peran sebaik-baiknya. Dengan demikian, maka mereka bisa menampilkan kemampuan diri melebihi seniman lainnya. Paras rupawan, kemauan keras, dan berani, itu ialah kapital nan tidak dapat diabaikan.

Apalagi penuh sensasi, maka kehidupan seniman ini akan sangat penuh dengan berabagi drama nan menarik disimak oleh orang-orang nan bahagia melihat orang lain susah dan tak mempunyai keinginan lebih memanfaatkan waktu buat hal nan lain daripada menonton televisi dari satu gosip ke gosip nan lainnya.

Sebagai sosok nan secara langsung berhubungan dengan masyarakat melalui peran-peran nan dijalaninya dalam film maupun sinetron, maka seniman harus mampu menumbuhkan imej positif di hati masyarakat pemirsanya. Seniman Indonesia harus mampu memberikan tontonan sekaligus tuntunan bagi masyarakatnya. Jika tidak, maka eksistensinya bisa mengalami kemerosotan dan lenyap ditelan jaman.



Pamor pun bisa Meredup

Pamor itu bagaikan barah nan menyala di sumbu lampu sentir. Pada awalnya, cahaya lampu itu redup, terus menjadi terang. Tetapi setelah waktu tertentu, maka terang itu segera meredup. Begitu juga kondisi nasib seniman Indonesia. Kehidupan mereka juga mengalami terang dan redup sehingga mereka harus mempersiapkan diri agar tak terjebak dalam keredupan tanpa persiapan.

Jika perlu, mereka harus terus berupaya agar eksistensinya tetap bertahan buat waktu nan tak terbatas. Sebagai seniman Indonesia, mereka harus berusaha agar tetap eksis dalam global nan digelutinya, walaupun mereka sudah digerogoti umur. Pada saat mereka masih muda, boleh saja mereka ‘laris’ dipakai dalam produksi film ataupun sinetron. Tetapi ketika umur sudah mulai merangkak, maka pamor pun mulai luntur.

Kita tak bisa mencegah terjadinya hal tersebut. Ini merupakan aspek alamiah nan bakal dialami oleh semua orang. Dari muda berangsur menjadi tua. Pada saat muda dibutuhkan oleh kehidupan, tetapi ketika tua maka sedikit demi sedikit mereka dilupakan karena tak menarik lagi buat ditonton. Seniman Indonesia banyak nan mengalami hal tersebut.

Pada saat masih muda, cantik dan menawan, maka banyak sekali produser nan tertarik dan memasang mereka dalam setiap proyek pembuatan film ataupun sinetronnya. Mereka menjadi bintang.

Meningkatkan Kompetensi diri
Modal seniman buat bisa tetap eksis dalam global hiburan meliputi kemampuan acting, kemampuan memahami naskah, kemampuan mengapresiasi naskah, kemampuan mengaktualisasi naskah, dan mempunyai bekal fisik nan mendukung. Dan, pada saat-saat sekarang ini, bekal fisik ternyata telah menjadi hal primer bagi seniman Indonesia.

Kita tak mengetahui apakah ini merupakan kebutuhan pasar ataukah memang para produser mengkondisikan hal tersebut. Seniman Indonesia telah dijadikan sebagai obyek kerja bagi para produser buat mendapatkan income sebanyak-banyaknya. Hal ini bisa kita lihat dari sekian banyak seniman Indonesia nan kita kenal, ternyata kemampuan aktingnya sangat rendah.

Mereka harus berulang kali melakukan proses shooting buat scene nan sama. Mereka harus mengulang banyak adegan dalam setiap pengambilan gambar. Cukup banyak seniman Indonesia nan ternyata telah dijadikan obyek dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya buat melariskan film atau sinetron. Mereka tak menjual acting atau seni peran nan mereka jalani, melainkan menjual kemolekan dan kecantikan wajahnya.

Oleh sebab itulah, kita sering melihat wajah-wajah cantik dengan kombinasi tubuh nan seksi, menggiurkan telah menjadi hiasan dalam setiap film ataupun sinetron. Tetapi, ketika usia menggerogoti hayati mereka, maka satu persatu mereka hilang dari blantika keartisan. Mereka dilupakan masyarakat dan tak lagi dipakai oleh para produser.

Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, maka seorang seniman harus pandai menyiasati kondisi. Salah stau cara buat menyiasati kondisi ialah dengan meningkatkan kemampuan atau kompetensi dirinya. Seniman Indonesia seharusnya mulai memikirkan masa depannya dengan meningkatkan kemampuan dirinya.

Mereka harusnya meningkatkan kemampuannya berperan atau acting sehingga semakin lama semakin bagus dan memikat masyarakat. Jika hal tersebut bisa dicapai oleh seorang artis, maka selamanya masyarakat mengenal mereka dan para produser memakai mereka dalam setiap proyek filmnya.



Beralih ke Profesi lain

Jika memang memungkinkan,dan ini sebenarnya berifat harus, seorang seniman harus memikirkan buat menekuni bidang kerja lainnya. Artinya mereka harusnya memanfaatkan posisinya sebagai seniman buat mendapatkan dana sebanyak-banyaknya dan dana tersebut dipergunakan buat usaha lainnya. Sebagai artis, posisi mereka memang tak nyaman. Hal ini sebab status sebagai seniman di negeri ini seringkali jauh dari pengharapan.

Banyak para seniman nan sudah berumur ternyata mengalami kesulitan hayati karena mereka tak melakukan maneuver dalam kehidupannya. Mereka menggantungkan seluruh nasib dan kehidupannya pada global acting atau peran. Mereka tenggelam dalam kenikmatan nan dihasilkan dari seni peran tersebut dan melupakan bahwa kehidupan di depan harus dipersiapkan lebih bagus.

Oleh sebab itulah, sudah saatnya para seniman Indonesia tersebut memikirkan profesi lain nan bisa mendukung kehidupannya. Mereka harus memikirkan profesi lain nan lebih menjanjikan kehidupannya. Dan, perjuangan seniman di Indonesia memang sangat berat buat menjaga apalagi mengembangkan eksistensi dirinya.