Dari Jenderal menjadi Presiden
Susilo Bambang Yudoyono atau lebih akrab dipanggil SBY ini merupakan presiden Indonesia ke 6. Susilo Bambang Yudoyono merupakan presiden kedua nan berlatar belakang militer setelah Soeharto.
Perlu Anda ketahui bahwa Presiden Susilo Bambang Yudoyono merupakan presiden nan terpilih dari pemilihan presiden langsung (Pilpres) nan diselenggarakan pertama kali pada 2004. Bahkan Presiden SBY sukses menjabat periode kedua kepemimpinannya di Istana.
Sekilas Profil Presiden SBY
Mari kita menguak sekilas sejarah dan profil presiden SBY. Presiden ke-6 Indonesia dilahirkan pada 9 September 1949 di Pacitan, sebuah kabupaten kecil di sudut barat Provinsi Jawa Timur. Orangtuanya bernama R. Soekotji & Sitti Habibah.
Soekotji berprofesi sebagai Tentara Republik Indonesia. SBY ialah anak satu-satunya dari Soekotji dan Siti Habibah. SBY kecil selalu hayati dalam keadaan sederhana. SBY kecil memasuki global pendidikan dari bangku Sekolah Rakyat / SR Gajah Mada, nan berada tidak jauh dari kampung halamannya.
Sejak kecil Susilo nan sering dipanggil Sus, getol sekali berolah raga. Kegiatan apa saja nan berkaitan dengan olah raga dia mainkan dengan suka cita. Selain getol olah raga, talenta seninya pun muncul dengan menulis puisi, mengarang cerpen dan bermain musik dengan teman sepermainannya. SBY kecil juga suka sekali jalan-jalan menggunakan sepeda dan jalan kaki.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SR, SBY melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Pacitan. Karena pengaruh karisma ayahnya nan seorang tentara, SBY memutuskan buat mengikuti profesi bapaknya.
Ia mendaftarkan ke Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia / AKABRI di Magelang selama 3 tahun. Pada 1973, SBY lulus dari AKABRI dan meraih prestasi menjadi siswa terbaik.
Dengan pangkat Letnan Dua di pundaknya, SBY bertugas di Kostrad sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330. Karena kecerdasan dan dedikasi nan tinggi, beliau mulai bersinar terang hingga menjadi Letnan Jenderal di akhir kariernya sebagai Kepala Staff Teritorial di TNI.
Selama karier di TNI, SBY banyak mengikuti diklat, kursus kemiliteran di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Panama dan Belgia. Tentu selama di militer banyak sekali bintang jasa nan diperolehnya.
Karir SBY Sebagai Menko Polkam
Sebelum SBY menjadi presiden, jabatan terakhir nan diembanya ialah menjadi Menko Polkam (Menteri Kordinator Bidang Politik dan Keamanan. Menko Polkam ialah sebuah jabatan prestisius dan umumnya diberikan kepada figur nan dianggap mempunyai kemampuan di atas rata-rata.
Selain dapat disamakan dengan jabatan menteri senior, seorang Menko mempunyai kewenangan mengkoordinasi sejumlah menteri nan terkait dengan bidang tugasnya. Para menteri nan termasuk dalam koordinasi Menko Polkam antara lain, Menteri Pertahanan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, Jaksa Agung, Kapolri sampai Panglima TNI.
Kepercayaan nan diberikan Megawati kepada SBY buat menjadi Menko Polkam ketika itu, selain didasarkan oleh faktor kedekatan, juga dilandasari sikap profesionalisem nan senantiasa diperlihatkan SBY. Selama hampir dua setengah tahun menjabat Menko Polkam di Kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati, SBY telah melakukan banyak kerja besar buat kepentingan bangsa dan negara.
Dari menangani masalah-masalah politik nasional inilah SBY mentransformasi diri menjadi salah satu kandidat pimpinan nasional. Berikut ini sebagian dari rangkaian peristiwa nan dicatat media seputar aktivitas SBY menjadi Menko Polkam dalam hal menangani situasi politik.
- Minggu, 24 Nopember 2001
Penangangan imigran gelap tak kalah krusial dibandingkan masalah lainnya. dalam kaitan ini SBYmenyatakan Indonesia menghendaki kerjasama international, yaitu imigran gelap bisa disalurkan ke negera lain atau dikembalikan ke negara asal. “ Kita memang memperhatikan masalah kemanusiaan, tetapi tetapi concern terhadap kepentingan sosial, ekonomi, dan keamanan kita sendiri, “kata SBY ketika berada di Surabaya, Jawa Timur
- Jumat, 8 Februari 2002
Ketika Indonesia nan diwakili oleh DPR menolak kunjungan PM Australia John Howard. Untuk meredakan konflik, SBY coba menjelaskan melalui Duta Besar Australia tentang persepsi masyarakat Indonesia terhadap Australia. Pertama , Australia ikut campur dalam masalah Timor Timur seperti menilai Indonesia kurang tepat dalam penyelesaiannya.
Kedua , ada persepsi bahwa elemen-elemen di Australia, dalam hal ini bukan pemerintahannya, mendorong munculnya gerakan-gerakan separatis di Indonesia, misalnya di Papua. Ketiga , persepsi soal imigrasi di pemerintah Australia nan cenderung memojokkan Indonesia.
Penjelasan SBY ini bisa dipahami oleh PM Australia dan akhirnya terjadi penyelesaian permasalahan dengan baik dan interaksi Indonesia dengan Australia pun kembali membaik.
- Rabu, 6 Maret 2002
Menko Polkam SBY menegaskan bahwa persoalan nan menggangu kegiatan usaha perkebunan di Sumatera perlu melibatkan kerjam sama empat pihak, yakni perusahaan perkebunan, pemerintah dan jajarannya, aparat keamanan dan penegak hukum, serta pemerintah pusat.
“Keempatnya harus bisa bekerja sama dan harus bertanggungjawab. Bila ada satu simpul saja nan macet, maka sudah niscaya penanganan persoalan tersebut tak bisa berjalan dengan baik,“ ujar SBY saat memberi keterangan kepada pers usai mengadakan kedap koordinasi dengan Menteri Pertanian Bungaran Saragih dan Kepala Polri Jenderal Pol Da’I Bachtiar di Medan, Selasa 5 Maret.
- Sabtu, 23 Maret 2002
Di tengah tugas beratnya sebagai Menko Polkam, SBY menyatakan belum memutuskan bergabung ke partai politik. Alasannya, saat ini pihaknya tak mungkin membagi konsentrasi di pemerintahan dan partai politik. SBY mengemukakan ini di Jakarta, Jumat 22 Maret, menjawab pertanyaan pers nan meminta konfirmasi mengenai kesediaannya menjadi Ketua Generik Partai Demokrat.
Lebih lanjut SBY mengemukakan bahwa ada komunitas di masyakarat luas sekarang ini nan menggagas langkah politik di masa depan dengan mendirikan partai politik baru, seperti Partai Demokrat.
“Mereka mendapatkan inspirasi, ketika aku ikut menjadi calon wakil presiden dan tak berhasil. Mereka menyimpulkan, barangkali sebab aku tak punya wadah atau kenderaan, padahal anggaran mainnya atau etikanya kalau ingin berjuang secara politik harus memiliki partai politik. Itu pikiran mereka. Karena itu, meraka masing-masing bekerja buat menggagas itu,” papar SBY.
Dikonfirmasi soal kesiapannya masuk partai politik, SBY mengatakan, pihaknya belum mungkin meninggalkan konsentrasi di pemerintahan, kemudian masuk secara formal di partai politik. Mengenai tawaran buat menduduki posisi Ketua Generik Partai Demokrat pada Kongres I Partai Demokrat Oktober 2002, SBY menjawab tak ingin berspekulasi.
- Jumat 10 Mei 2002
Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, kunjungan Wakil Presiden Hamzah Haz kepada Ja’far Umar Thalib nan ditahan kepolisian tak akan mempengaruhi proses hukum. Ini dikatakan SBY dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Jumat 10 Mei.
Menurutnya, pemerintah tak akan mengintervensi proses hukum, baik kepada Panglima Laskar Jihad maupun Alex Manuputhy, tokoh gerakan Republik Maluku Selatan.
- Rabu, 18 September 2002
Masalah terorisme adala salah satu persoalan pelik nan mengundang perhatian banyak pihak. Terhadap masalah ini Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pemerintah sedang melakukan investigasi, penjelasan dan justifikasi terhadap informasi intelijen nan menyebut sel teroris ada di Indonesia.
“Terhadap temuan intelijen, berkat kolaborasi international kita dengan sejumlah negara sahabat, itu akan diklarifikasi, dikonfirmasi dan dijustifikasi menurut sistem dan hukum nan berlaku di Indonesia, “ ujar SBY seusai kedap membahas masalah terorisme di rumah dinas Presiden Megawati di Jakarta, Rabu 18 Septemer malam. Langkah-langkah itulah, menurut SBY sedang diupayakan pemerintah Indonesia.
Untuk lebih jelas mengkaji apa saja nan dilakukan oleh SBY selama menjabat menjadi Menko Polkam atau sebelum menjabat jadi Presiden SBY bisa dibaca di buku “SBY Bintang di Hati Rakyat”. Buku ini mengupas segala hal nan sukses dilakukan oleh SBY saat menjadi menteri.
Dari Jenderal menjadi Presiden
Awal terjun di global politik, SBY ditunjuk oleh Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi. Selang beberapa tahun, terjadi resufle besar-besaran dan SBY menduduki jabatan baru sebagai Menko Polkam.
Karena mandat Presiden Gus Dur dicabut oleh MPR, Megawati naik menggantikan Gus Dur. Karena ketidakcocokan dengan Megawati, SBY memutuskan mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. SBY kemudian mendirikan Partai Demokrat.
Bangsa Indonesia mencatat sejarah baru dalam perjalanan demokrasi. SBY tampil sebagai presiden dari hasil pemilihan presiden nan diselenggarakan pertama kali di rumah ibu pertiwi, Indonesia. Waktu itu SBY didamping Jusuf Kalla, putra Makassar sebagai wakil presidennya. Bahkan sekarang SBY memasuki periode kedua sebagai pemimpin bangsa Indonesia di awal abad 21. Jayalah demokrasi Indonesia!!