Pakaian Adat buat Perempuan
Mengapa baju adat daerah satu dengan daerah lain berbeda? Banyak sekali faktor nan memengaruhinya, seperti halnya baju adat sunda . Kondisi geografis merupakan salah satu penyebabnya. Apakah loka itu penuh rawa, berhutan lebat, pesisir pantai, pegunungan, atau mungkin savana, sangat menentukan cara berpakaian suatu masyarakat lokal. Orang berpakaian sebab buat melindungi dirinya dari panas, hujan, hawa dingin, dan agresi binatang.
Pemilihan bentuk juga disesuaikan dengan gerak seseorang hingga mudah buat bergerak. Selain kondisi geografis Tarumanegara .
Raja Purnawarman nan pertama kali menyebut nama ini. Kata Sund dan Suddha ialah dua kata nan membentuk kata Sunda. Baik dalam bahasa Sansekerta maupun Jawa Antik terdapat kata Sunda dan mengacu pada arti nan hampir sama. Dalam bahasa sansekerta arti Sunda ialah terang, bercahaya, berkilau, putih, terang. Sementara arti dalam bahasa Jawa Antik ialah suci, murni, bersih, tidak tercela, air.
Masyarakat Sunda terkenal sebagai masyarakat nan rendah hati, relijius, dan berani. Meskipun agama Hindhu sempat berjaya di Sunda namun pada saat sekarang perkembangan agama Islam sangat mendominasi. Masyarakat Sunda sangat memegang teguh nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan bermasayarakat. Nilai-nilai relijus dan sejarah menjadi faktor nan berpengaruh dalam mengubah cara berpakaian.
Pakaian Adat Sunda buat Laki-laki
Letak Sunda dekat dengan daerah Jawa lainnya sehingga secara generik baju adatnya hampir sama. Namun baju Sunda tetap memiliki disparitas dan karakteristik khas tersendiri. Sandang buat laki-laki dan perempuan berbeda. Untuk baju adat laki-laki mereka menggunakan jas Takwa yaitu pakaian jas nan tertutup sampai kerahnya. Pada bagian bawah laki-laki dapat mengenakan kain jarik nan disebut kain dodot. Kain ini dipakai setelah mengenakan celana hitam panjang. Kain dililitkan ke badan dengan panjang di atas lutut dan pada bagian depannya menjuntai ke bawah. Juntaian kain di bagian depan berbentuk wiru nan lebar.
Pelengkap baju adat buat laki-laki ialah rantai kuku macan buat penghias jas takwa, kalung, alas kaki atau selop, dan tidak lupa epilog kepala (bendo). Selaian bendo karakteristik khas dari Sunda ialah ikat kepala. Sandang di atas lebih sering digunakan dalam acara-acara resmi. Sementara buat keseharian masyarakat sunda sanagat identik dengan ikat kepala.
Hal ini dikarenakan iket kepala memiliki filosofi nan sudah dihayati oleh masyarakat Sunda. Artinya ialah meleburnya kepribadaian masyarakat dengan alam yaitu unsur-unsur primer : angin, seuneu atau api, taneuh atau tanah, cai atau air. Unsur-unsur primer itu diikat menjadi satu di kepala, menjadikan sebuah symbol bahwa pemakainya juga diikat oleh falsafah-falsafah hayati nan dianutnya.
Ikat kepala biasanya berbentuk kain persegi atau segitiga. Kain segitiga ini disebut dengan setengah iket. Kain nan biasa digunakan dapat menggunakan kain polos nan lebih banyak berwarna hitam atau kain bercorak batik. Adapaun macam-macam corak batik nan digunakan ialah batik sida mukti,batik kumeli, batik seumat sahurun, batik kawung ece, kangkung, batik manyingnyong, batik katuncar mawur, batik kalangkang ayakan, batik giringsing, dan batik porod eurih.
Cara mengikatkan iket kepala sangat majemuk dan setiap bentuk iket memiliki nama sendiri. Bentuk iket dipengaruhi oleh siapa nan memakainya. Biasanya ada beberapa golongan yaitu bentuk nan spesifik dipakai oleh orang tua, kaum muda, para jawara, para petani, dan buat keperluan sandiwara. Jadi setiap bentuk iket menunjukkan siapa pemakainya, dari golongan apa, status sosialnya seperti apa. Pada perkembangannya bentuk iket ini tak seutuhnya sinkron dengan pakem social. Siapa saja dapat bebas menggunakan bentuk iket sesuka hatinya. Hanya pada masayarakat eksklusif saja nan masih memegang teguh pakem tersebut misalnya Kampung Naga, Cipta Gelar, dan Cireundeu.
Ikat kepala nan dipakai oleh orang tua ialah Julang Ngapak. Bentuk Udeng lebih sering digunakan buat acara-acara resmi dan biasanya para orangtua nan memakainya. Bentuk iket nan dipakai oleh orangtua laiannya ialah Tototong. Bedanya dengan udeng ialah pada bentuknya nan lebih kasar. Selain itu masih ada talingkup. Sementara itu iket kepala nan biasa dipakai oleh kaum muda ialah Kuda Nyinyir, Mamakasaran (lebih cenderung dipakai oleh remaja), Borongbong Keong, Porteng.
Sementara iket kepala spesifik buat para jawara ialah Barangbang Semplak dan Kuda Ngencar (untuk jawara muda). Jawara sendiri ialah seorang jagoan dan dipercaya memiliki bela diri spesifik atau bahkan kesaktian. Pada zaman sekarang bentuk iket ini dapat dipakai oleh siapa saja. Sementara buat para petani bentuk bungkus peuyeum lebih kerap dipakai. Selain itu mereka juga memakai Perengkos nangka sebab lebih bersifat mudah dipakai. Pada saat terburu-buru bentuk ini lebih efisien dipakai sebab hanya dibelitkan saja. Iket kepala juga sering dipakai dalam acara sandiwara-sandiwara tradisional. Bentuk iket Iket Raja atau Satria ialah bentuk nan lazim dipakai.
Pakaian Adat buat Perempuan
Sementara buat baju adat perempuan hampir sama dengan baju adat Jawa lainnya. mereka menggunakan kebaya dan kain. Untuk kebaya lebih sering dipakai kain polos dengan manic-manik nan bertaburan di sana-sini. Perempuan Sunda identik dengan baju nan serba gemerlapan sehingga pada penggunaan hiasan payet lebih ramai dan kemilau.
Kain jarik nan biasa dipakai ialah kain Kebat Dilepe. Beubeur atau ikat pinggang menjadi asesoris nan dipakai buat hiasan kebaya selain selendang (karempong). Sebagai tata rias rambut selain memakai sanggul juga dilengkapi dengan rangkaian kembang melati dan hiasan pada bagian atas nan disebut bunga goyang. Kalung, gelang anting turut dipakai sebagai hiasan. Smentera pada alasa kaki dapat menggunakan selop. Di daerah Cirebon kebaya diganti dengan pakaian kurung atau sorong sementara pada kain jariknya sama-sama menggunakan kain batik.
Untuk acara pernikahan juga sering memakai baju adat. Untuk perempuan ada banyak sekali asesoris dan tata rias nan dipakai. Bedak nan dipakai ialah rona kuning dan pewarna bibir berwarna cerah. Pada bagian kening diselipkan sirih tumbal nan diyakini sanggup menolak bala. Kain nan dipakai pengantin Sunda ialah kain batik dengan corak Lereng Eneng atau sidomukti. Terdapat wiru pada bagian tengah jarik. Pada perkembangan kebaya pengantin Sunda lebih banyak menggunakan kain brokat dengan payet nan cemerlang.
Dalam tata rias rambut banyak sekali symbol-simbol nan dipakai. Misalnya pada mahkota berbentuk gunungan melambangkan kebijaksanaan dalam mengatur rumah tangga .simbol rejeki terletak pada hiasan bunga goyang. Roncean kembang melati dan tanjung sebagai symbol kesucian. Sementara lambang kesetiaan dan cinta kasih terletak pada 6 hiasan bunga tanjung.