Tak Ada Yang Aman

Tak Ada Yang Aman



Ketukan Hati

Ketukan hati itu bermacam-macam. Ketika ada nan membutuhkan bantuan, terkadang hati ini tak terketuk. Begitu banyak alasan nan dikemukakan sehingga tak tergerak hati buat memberikan sesuatu kepada nan tengah ditimpa musibah. Mata hanya dapat memandang layar kaca dan bahkan sambil makan pagi atau makan malam. Warta musibah demi musibah seoalh lewat begitu saja. Berbeda dengan orang-orang nan dengan kerendahan hatinya berusaha mencari jalan buat membantu.

Hati itu akan membatu kalau tak diberi rangsangan sensitivitas kepada hal-hal nan baik. Bila getaran telah semakin cepat, biasanya akan terasa mudah buat membantu. Ada saja jalan agar donasi itu tersalurkan dengan cepat. Donasi teknologi dengan segala macam bentuk telah memudahkan penyampaian informasi. Tidak ada alasan buat tak bergerak buat membantu. Korban musibah apapun bentuknya niscaya membutuhkan bantuan.

Bentuk perhatian pun akan mereka terima sebagai salah satu bukti afeksi dari orang-orang nan ada di sekitarnya. Apalagi kalau dapat membantu dalam bentuk lain. Kalau tak mempunyai dana, dapat menyumbangkan tenaga. Menjaga anak-anak nan sedang bermain atau menemani anak-anak korban nan ada di rumah sakit. Pada saat tanggap darurat itu, donasi ini akan menjadi sesuatu nan sangat berharga. Ketidakberdayaan kalau ditanggung sendiri, pastinya sangat memberatkan. Tetapi kalau ditanggung oleh banyak orang, tawa pun masih dapat hadir di tengah kesusahan.

Tuhan tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Hanya saja terkadang umat ini merasa Tuhan nan menjauh. Padahal ketika Tuhan belum mengabulkan keinginan umat-Nya, Ia sesungguhnya tengah menghapus dosa-dosa umat-Nya itu. Pada saatnya niscaya akan ada kebahagiaan nan sebenarnya. Hal ini hanya dapat dirasakan oleh orang-orang nan beriman nan sungguh-sungguh merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya.

Orang nan terkena musibah terkadang merasa putus harapan dan depresi sehingga mereka rasanya ingin mengakhiri hidupnya. Mereka merasa tak mempunyai jalan atau solusi atas apa nan menimpanya. Kalau tak ada teman atau saudara nan mengingatkan bahwa niscaya ada ujung dari setiap permasalahan, maka rasa depresi itu akan semakin menjadi. Donasi buat pertolongan nan bersifat ke penguatan mental dan keimanan ini harus ditingkatkan terutama pada masa tanggap darurat.

Ketika masa tanggap darurat telah usai, biasanya selama 3 bulan, lalu ada masa pemulihan. Kontemporer para korban telah dapat menerima apa nan mereka alami. Mereka sudah mulai bangkit dan mau melakukan hal-hal nan sekiranya dapat membuat mereka melupakan sejenak segala bentuk kesedihan. Mereka mulai membangun dan mulai bersikap seperti sebelum terjadinya gempa atau musibah lainnya. Apalagi kalau mereka melihat begitu banyak nan peduli padanya, mereka akan semakin semangat.

Namun, mohon buat berhati-hati dan bersikap sangat sensitif pada masa terjadi musibah. Tidak sporadis korban malah merasa orang nan datang hanya ingin menikmati penderitaan mereka dan mereka seolah dijadikan objek wisata gempa atau wisata musibah. Jangan tunjukan aktualisasi diri seoalh memang menikmati keadaan nan sedang berlangsung. Sebaiknya tak mendatangi loka musibah kalau tak dapat melakukan apa-apa. Intinya, kalau tak dapat membantu, paling tak tidak perlu mengganggu orang lain nan akan membantu.

Cukup mendoakan dengan tulus. Kalau ada dana belebih dapat langsung disalurkan kepada pihak nan dapat dipercaya. Jangan sembarangan menyumbangkan apapun sebab biasanya banyak sekali pihak nan memancing di air keruh. Mereka ini mengambil laba buat diri sendiri. Berbeda kalau penyaluran itu ditujukan kepada forum nan memang amanah dan mempunyai sistem pelaporan nan sudah terbukti handal.

Yakinlah bahwa sebenarnya bukan korban nan dibantu nan merasakan kebahagiaan nan lebih ketika menerima bantuan, melainkan orang nan telah membantu. Inilah proses keajaiban nan berlangsung di dalam hati. Hati itu akan semakin lembut dan mudah menerima kebenaran ketika dilatih buat merendah. Latihan merendahkan hati ini salah satunya ialah dengan cara mudah membantu orang lain nan sedang terkena musibah.

Anak-anak nan tumbuh dengan hati nan terlatih, akan semakin mempunyai karakter nan baik. Anak-anak ini akan tumbuh menjadi orang nan peduli. Orangtua nan ingin mempunyai anak nan hebat, sebaiknya memberikan contoh bagaimana menata hati agar tetap lembut dan mempunyai kasih nan besar nan dapat diberikan kepada orang lain dalam jumlah nan tidak terbatas.



Memori

Kita tentu juga masih ingat dengan banyaknya korban jiwa dampak gempa bumi dan tsunami nan terjadi di Aceh pada tahun 2004. Begitu juga dengan gempa bumi nan menewaskan sekitar 6 ribu jiwa nan terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006. Setelah itu, gempa bumi pun terus mewarnai perjalanan bangsa ini di tengah euphoria politik di era reformasi. Selanjutnya, semakin banyak lagi peristiwa nan menyayat hati. Korban memang tak banyak, tetapi jumlah itu tak dapat dilihat dari angka.

Setiap kematian niscaya memberikan akibat nan tak sedikit kepada orang-orang nan ditinggalkan. Berapapun jumlah korban, orang nan masih hayati dan mempunyai kemampuan membantu, sudah sepatutnya melakukan nan terbaik buat nan sedang terkena musibah. Kebaikan itu akan kembali kepada nan melakukannya. Tidak ada nan sia-sia di sisi Tuhan.

Orang-orang nan pikirannya buat membantu orang lain, biasanya akan mendapatkan rezeki nan tak disangka-sangka. Kehebatan tangan Tuhan dalam membantu hamba-Nya juga ialah salah satu keajaiban dalam alam manusia. Manusia nan beriman akan dengan lembut menerima takdir dan tanggung jawab bahwa saling membantu itu ialah tugas mulia.



Tak Ada Yang Aman

Apa nan dapat diambil sebagai hikmah dari berbagai bala alam nan terjadi di tanah air? Besarnya jumlah korban gempa nan meninggal, hancurnya berbagai rumah dan harta benda, maupun berbagai penderitaan lainnya tentu saja sangat memilukan. Mungkin Anda dapat membayangkan, bagaimana menyengatnya debu awan panas dari ‘wedhus gembel’ nan menyembur dari Merapi saat kita sedang terlelap tidur. Atau dahsyatnya terjangan tsunami atau tanah longsor nan begitu tiba-tiba sehingga kita tidak bisa berlari buat menyelamatkan diri.

Kita nan selamat ataupun jauh dari daerah gempa, tentu akan merasa tersayat melihat kondisi saudara atau kenalan nan menjadi korban gempa. Tentu kita dapat berkaca diri: layakkah kita berpangku tangan atau malah bersikap arogan dengan mengatakan bahwa musibah terjadi dampak warga atau penduduknya banyak berbuat dosa, seperti tersebar dalam sms berantai nan tak bertanggungjawab.

Menurut para ahli, gempa nan terjadi di berbagai wilayah di Indonesia terutama disebabkan pergeseran lempeng bumi. Kebetulan, kepulauan di Indonesia berada di atas rendezvous lempeng-lempeng tersebut. Selain itu, negara kita juga memiliki banyak gunung berapi aktif nan bisa meningkat aktivitasnya sewaktu-waktu. Bahkan para pakar juga mengatakan bahwa tidak ada loka atau wilayah di Indonesia nan cukup kondusif dari bencana, khususnya gempa bumi.

Kepedulian Sosial
Solidaritas atau kepedulian sosial merupakan salah satu hikmah dari berbagai bala nan menimpa kita. Lihat saja donasi dan sumbangan nan begitu cepat dan demikian besar terkumpul buat para korban gempa maupun korban bala alam lainnya. Apalagi didukung pemberitaan televisi dan cepatnya informasi tersebar melalui internet, semakin menguatkan kepedulian sosial masyarakat dari berbagai penjuru tanah air.

Namun nan tidak kalah pentingnya, dari bala nan selalu mengintai kita setiap saat, mestinya membuat kita semakin waspada terhadap ancaman bencana. Pemerintah, melalui berbagai sumber daya nan dimiliki, mestinya bisa membuat teknologi deteksi dini nan lebih akurat. Para pakar dan berbagai pihak, bisa menyumbangkan keahliannya buat meminimalisir akibat kerusakan dampak bencana.

Kita pun bisa belajar dari Jepang, sehingga korban gempa maupun bala alam bisa ditekan. Kita pun bisa belajar agar selalu siap menghadapi bala dan menjadi masyarakat nan sadar bencana. Sehingga ancaman bala alam bukan sesuatu nan harus dihindari atau ditakuti melainkan menjadi sesuatu nan telah diantisipasi.