Golongan Masyarakat Suku Jawa

Golongan Masyarakat Suku Jawa

Setiap pulau di wilayah Indonesia memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Ada bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya. Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas tentang asal usul salah satu bahasa daerah di Indonesia yaitu bahasa daerah nan mendominasi negara ini “ asal usul bahasa Jawa “.

Indonesia merupakan negeri elok yang permai ini menyimpan berbagai macam keindahan. Jumlah bahasa daerah nan dimiliki negara Indonesia sebanyak kira-kira 250 bahasa dengan suku sebanyak 300 lebih nan mendiami Wilayah Indonesia.

Namun, bahasa daerah atau bahasa lokal di Indonesia nan paling mendominasi ialah bahasa Jawa sebab jumlah penduduk suku Jawa kenyataannya paling banyak di Indonesia daripada suku bangsa lain.

Sebelum masuk pembahasan asal muasal bahasa Jawa, ada baiknya kita ulas sedikit tentang bahasa Jawa itu sendiri. Bahasa Jawa dipergunakan oleh suku bangsa Jawa tepatnya di Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, serta Yogyakarta.

Disamping itu bahasa Jawa ternyata juga dipakai oleh penduduk nan tinggal di beberapa loka lain seperti daerah Banten khususnya kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang.

Di Jawa Barat sebagian loka nan menggunakan bahasa Jawa yaitu wilayah pantai utara hingga pesisir utara tepatnya di Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon.

Namun bahasa Jawa dari propinsi Jawa Timur berbeda dengan bahasa Jawa dari Propinsi Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Yang mana seperti kita ketahui kalau dialek bahasa Jawa dari Jawa Tengah, Yogyakarta bernada sangat halus.

Sedangkan dialek buat bahasa Jawa dari propinsi Jawa Timur tak sehalus dengan bahasa Jawa dari Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah. Dialek Jawa Timur nan biasanya pengucapan orang-orang dari Jawa Timur sangat medok sekali , mereka sering sebut sebagai bahasa suroboyoan.

Adapun asal muasal bahasa Jawa ialah seperti nan kita ketahui kalau bahasa Jawa termasuk ke dalam bahasa Austronesia. Bahasa Austronesia ialah bahasa nan dipergunakan oleh bangsa pribumi nan tinggal berada di sebelah tenggara benua Asia.

Adapun perkembangan bahasa Austronesia nan ada di negara Filipina menjadi bahasa tagalok nan merupakan bahasa nasional negara Filipina. Sedangkan bahasa Austronesia di Indonesia berkembang menjadi beberapa bahasa daerah atau bahasa lokal yaitu bahasa Jawa, bahasa sunda serta bahasa madura.

Belum diketahui secara niscaya tentang karakter bahasa Jawa sebelum datangnya agama hindu. Namun nan niscaya bahasa Jawa pada masa itu belum memiliki huruf atau aksara, dan bahasa Jawa nan ada pada waktu merupakan bahasa Jawa antik atau disebut juga bahasa Kawi.

Dibuktikan dengan adanya ditemukannya prasasti Pallawa nan menggunakan bahasa sansekerta, sama seperti nan tertulis di prasasti Yupa nan berada di Kalimantan Timur.

Selain hal tersebut di atas ada juga klarifikasi lainnya nan menyatakan kalau bahasa Jawa antik pada waktu itu berteman dengan orang-orang hindu maka lahirlah bahasa campuran yaitu Jawa dan sansekerta dengan menggunakan aksara hindu.

Bukti-bukti prasasti nan membuktikan orang hindu berteman dengan orang Jawa, dibuktikan dengan banyaknya prasasti-prasasti nan ditemukan seperti nan ditemukan di Dieng tahun 731 tahun saka atau 909 masehi.

Ada juga hikayat nan menceritakan asal usul bahasa Jawa bahwa pada masa lalu ada seorang satria nan bernama Aji Saka. Dia ialah seorang penulis sajak, nan mana sajak itu kini disebut sebagai abjad huruf Jawa hingga saat ini. Sajak inilah nan dijadikan sebagai almanak kalender saka.

Suku Jawa nan merupakan penduduk orisinil pulau Jawa bagian tengah dan timur. Dan bahasa nan digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari suku Jawa ialah bahasa Jawa. Asal usul suku Jawa nan berkaitan dengan bahasa nan digunakan yaitu bahasa Jawa. Secara resmi di bedakan dua jenis bahasa Jawa nan digunakan oleh masyarakat Jawa, yaitu:

  1. Bahasa Jawa ngoko nan berfungsi buat berkomunikasi dengan orang-orang nan sudah akrab, orang nan berusia hampir sama atau orang lain nan kita ajak bicara tapi orang tersebut berstatus sosial rendah.
  1. Bahasa Jawa kromo, nan berfungsi sebagai media komunikasi kepada orang-orang nan belum akrab, buat berkomunikasi dengan orang tua atau orang-orang nan berstatus sosial tinggi. Dan pada bahasa kromo masih terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu: kromo madya dan kromo halus atau kromo inggil. Kromo madya biasanya digunakan sebagai bahasa sehari-hari atau bahasa pergaulan nan lebih sopan dibandingkan bahasa ngoko, sedangkan bahasa kromo inggil biasanya dipergunakan buat berbicara kepada orang nan lebih tua atau orang nan memiliki jabatan disertai status sosial nan lebih tinggi atau orang nan dihormati dan disegani di kalangan masyarakat.


Golongan Masyarakat Suku Jawa

Dalam suku Jawa terdapat pembagian tiga golongan masyarakat nan mempergunakan bahasa Jawa nan bhineka buat berkomunikasi dengan sesama golongannya, diantaranya:

  1. kaum santri di peruntukkan buat mereka nan memeluk agama Islam dan menjadikannya sebagai jalan hidup;
  2. selanjutnya kaum abangan diperuntukkan buat mereka masih berpegang pada adat Jawa atau istilahnya disebut kejawen,
  3. kaum priyayi nan diperuntukkan buat mereka nan berpendidikan (para cendekia), atau mereka nan bekerja sebagai pegawai buat pemerintahan atau karyawan swasta.

Dan pembagian golongan dalam masyarakat Jawa ini telah diteliti oleh antropolog dari Amerika Perkumpulan nan bernama Clifford Geertz. Pembagian tiga golongan inilah nan mempengaruhi dalam penggunaan jenis bahasa Jawa atau lebih jelasnya dalam melakukan komunikasi antara satu golongan dengan nan lainnya digunakan bahasa Jawa nan berbeda.

Bahasa Jawa banyak tersebar di ranah nusantara, namun tidak menutup kemungkinan tersebar juga di mancanegara. Hal ini disebabkan banyaknya suku Jawa nan menyebar atau melakukan hayati merantau.

Banyak juga suku Jawa nan merantau ke negeri tetangga yaitu Malaysia, dan tentu saja suku Jawa tersebut merantau ke negeri Jiran pastinya membawa bahasa dan kebudayaan Jawa ke negara Malaysia.

Sehingga dengan adanya kejadian hal semacam itu bisa menjadikan terbentuknya wilayah pemukiman nan mereka kenal dengan sebutan kampung Jawa, dan hal inilah nan menjadi salah satu penyebab perselisihan kita dengan negara tetangga tentang pengakuan hasil budaya Indonesia nan selalu diklaim oleh negara tetangga.

Selain itu juga suku Jawa juga banyak menyebar ke seluruh nusantara, dengan berbagai variasi karena misalnya sebab tugas dalam pekerjaan, atau ingin membuka usaha baru di loka luar pulau Jawa nan sudah padat penduduknya, dan sebagainya.

Wilayah-wilayah Indonesia nan banyak didominasi oleh etnis Jawa ialah Lampung, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Aceh dan masih banyak loka lainnya nan ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Apalagi dahulu terdapat program transmigrasi nan memiliki fungsi buat memeratakan jumlah penduduk Indonesia, agar tersebar merata, dan tak hanya terfokus pada Pulau Jawa saja.

Karena Pulau Jawa sudah padat penduduknya, sehingga dengan adanya penyebaran penduduk ke luar wilayah Pulau Jawa juga dapat mengurangi berbagai macam permasalahan nan ada di Pulau Jawa.

Selain itu masyarakat Jawa juga menyebar dalam jumlah populasinya nan tinggi di Suriname hampir mencapai 15 % dari total holistik penduduknya, hal ini disebabkan pada kondusif kolonial Belanda banyak tawanan Indonesia nan berasal dari pulau Jawa dibuang di Suriname, hingga bahasa Jawa di pakai di sebagian wilayah tersebut hingga sekarang.

Selain itu bahasa Jawa juga menyebar ke Kaledonia Baru, serta menyebar pula ke kawasan Aruba, Curacao bahkan sampai ke negeri Belanda. Dengan adanya pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke wilayah Korea, Taiwan, Hongkong juga menjadi salah satu penyebab tersebarnya bahasa Jawa ke mancanegara.

Meskipun bhineka tetapi tetap satu. Dan bahasa persatuan kita ialah tetap Bahasa Indonesia, nan merupakan bahasa nasional negara ini sejak diucapkannya Sumpah Pemuda dahulu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa yan beragam ini.

Dengan adanya keankeragaman bahasa daerah atau bahasa lokal, akan memperkaya nilai-nilai budaya bangsa. Disparitas bahasa menjadikan terjadinya disparitas karakter masyarakat di tiap-tiap daerah di wilayah Indonesia. Itulah keanekaragaman nan ada di bumi pertiwi ini “ Bhinneka Tunggal Ika " Bhineka tetapi tetap satu jua ".