Tak Ada nan Menang dan Yang Kalah
Apa itu organisasi ? Banyak sekali pengertian organisasi nan dikeluarkan oleh para ahli. Pengertian tersebut tergantung dari sudut pandang apa definisi tersebut dibuat. Namun demikian, Barnard mencirikan beberapa aspek nan perlu ada dalam definisi organisasi, yakni koordinasi individu, dan kegiatan-kegiatan nan saling berhubungan.
Definisi Organisasi Menurut Para Ahli
Sementara itu, Davis mendefinisikan bahwa organisasi harus mengandung kolaborasi individu, terdapat pemimpin, dan mempunyai tujuan nan sama. Sementara itu, Daft mendefisinikan pengertian organisasi dari sudut pandang modern. Menurutunya, organisasi ialah suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu nan saling berinteraksi menurutu suatu pola nan terstruktur dengan cara eksklusif sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing, dan sebagai kesatuan mempunyai tujuan eksklusif dan juga mempunyai batas-batas jelas sehingga organisasi bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.
Taylor (1856-1915) mengatakan bahwa organisasi harus memiliki pengaturan cara kerja karyawan pelaksana dan berusaha buat mencoba menemukan cara kerja nan paling efisien. Dari pengertian tersebut, akan dicari suatu cara kerja nan paling efektif dan efisien.
Pada akhirnya akan dihasilkan kapasitas kerja baku dan waktu kerja standar. Dari pengertian tersebut, secara tersirat dalam sebuah organisasi terdapat ekuilibrium antara tugas dan wewenang. Selain itu, juga terdapat pengelompokan secara fungsional dan adanya baku kerja dan baku imbalan atau renumerasi.
Elton Mayo melalui percobaan Hawthorne menemukan dimensi lain dari sebuah organsiasi dan pekerjaan. Mayo menemukan adanya interaksi antara kondisi fisik lingkungan kerja dengan prestasi kerja dari karyawan. Selain itu, juga terdapat faktor krusial nan mempengaruhi kondisi kerja yakni faktor psiko-sosial.
Perkembangan Organisasi
Dalam perkembangannya, terdapat dua kutub perkembangan nan saling melengkapi. Kedua kutub pendekatan tersebut ialah pendekatan klasik dan neo-klasik. Pendekatan klasik menekankan bahwa manusia merupakan makhluk rasional dan mampu menentukan anatomi organisasi.
Anatomi organisasi tersebut ditentukan oleh jumlah personil nan terlibat dalam organisasi. Pendekatan klasik mengatakan bahwa organisasi merupakan sistem tertutup.
Pendektan lain nan dapat digunakan ialah pendekatan neo-klasik. Menurut pendekatan ini, manusia tak lagi dipandang sebagai sebuah makhluk rasional. Manusia kini dipandang sebagai makhluk psiko-sosial.
Istilah ini dimaksudkan bahwa manusia bukanlah robot sebagaimana nan “diceritakan” oleh pendekatan Taylor. Oleh sebab itu, menurut pendekatan neo-klasik, interaksi antarmanusia sangat krusial buat diperhatikan.
Perkembangan selanjutnya ialah pendekatan nan lebih modern. Menurut pendekatan ini, teori organisasi menjadi lebih tersebar. Sementara itu, tak ada kesatuan antar pandangan. Pendekatan modern ini menemukan fakta nan cukup menarik yakni interaksi antara teknologi nan digunakan dengan performansi sebuah organisasi atau perusahaan.
Selain itu, manusia tak dipandang sebagai sebuah individu melainkan dipandang sebagai sebuah kelompok individu. Fokus perhatian pun dikembangkan pada interaksi antara kelompok individu tersebut dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, organisasi berusaha menjadi lebih terbuka.
Tak Ada nan Menang dan Yang Kalah
Setelah mengkaji apa itu organisasi, bisa diketahui bahwa organisasi ialah tujuan bersama dan siap buat saling bekerjasama. Dikatakan tujuan bersama adalah, adanya keinginan nan sama di dalam seluruh pengurus dan anggota organisasi. Artinya, organisasi nan bailk ialah organisasi nan memiliki tujuan nan sama. Jika ada nan melenceng dari tujuan, maka organisasi tersebut akan timpang.
Demikian hal juga dengan siap bekerjasama. Tidak ada istilah, apa pun nan dilakukan tujuannya ialah buat ketua atau pimpinan organisasi. Jika pola pikir seperti ini nan tertanam, maka menjadi tanda bahwa organisasi tersebut mulai tak seimbang dan bakal akan mengalami kehancuran. Seharusnya, apa pun nan dikerjakan buat organisasi, bukan buat orang tertentu.
Sehingga tidak ada istilah, kalah-menang dalam kepengurusan organisasi. Sekalipun dalam pemilihan ketua dilakukan dengan suara terbanyak, nan kalah dalam kepemilihan harus tetap mendukung dan siap bekerjasama dengan ketua nan terpilih. Tak ada istilah oposisi. Yang ada adalah, semuanya kawan dan saling siap membantu.
Karena itu, tidak salah bila pengertian apa itu organisasi selalu dimaknai adanya sama-sama memiliki tujuan bersama dan siap buat saling bekerjasama. Makanya ketua organisasi harus dapat meminimalisir terjadinya perseteruan di tubuh organisasi nan dibinanya. Ia harus dapat mengajak seluruh elemen organisasi buat saling bekerja sama.
Karakteristik Pengurus Organisasi nan Baik
Agar orginisasi menjadi solid, maka setiap pengurus harus memiliki ciri nan baik.
1. Memiliki Kejujuran, Memiliki Integritas Tinggi
Sudah jamak diketahui, di dalam tubuh organisasi tidak luput dari adanya program nan menghasilkan uang. Hendaknya, setiap pengurus harus jujur. Jika pun mendapatkan keuntungan, tetap buat dinikmati bersama. Bukan sendirian.
Demikian halnya dalam tugas. Jangan sampai sebab mendapatkan tugas lapangan lalu membuat aturan dana menjadi besar. Padahal, aturan nan dikeluarkan seharusnya tidak sedemikian besar, lalu dibesa-besarkan. Jika seperti ini, maka bukanlah konduite pengurus organisasi nan baik.
Maka, seluruh pengurus hendaknya memiliki kejujuran. Karena kejujuran dalam bekerja dan kejujuran dalam menggunakan dana organisasi. Hilangkan keinginan buat meraih laba dari organisasi. Tapi tanamkanlah keinginan agar organisasi tetap solid dan terus memberikan kegunaan buat pengurus, anggota dan masyarakat umum.
2. Bekerja dengan Sabar
Setiap pengurus organiasi dalam menjalankan tugasnya hendaknya sabar. Jangan suka melakukan pekerjaan dengan bentuk ‘potong kompas’. Maksud pangkas kompas, mencoba menipulasi segala hal nan berhubungan dengan pekerjaan. Karena pekerjaan nan dikerjakan dengan ketidaksabaran bakal mendatangkan kerugian. Bukan hanya bagi organisasi, tapi bagi anggota nan tak sabar dalam melakukan pekerjaannya.
Karena itu, bekerjalah dengan sabar. Yakin, hasil nan baik akan mendatangkan kebaikan. Kebaikan bukan hanya buat dirinya, tapi juga buat organisasi.
3. Memiliki Ketabahan
Setiap pengurus organisasi mesti tabah menghadapi majemuk persoalan, baik dalam tugasnya maupun dalam persoalan nan lain. Setiap pengurus organisasi hendaknya tidak bergantung kepada orang lain. Namun ia lebih memanfaatkan potensi positif nan dimilikinya.
Sehingga setiap kali problem datang, ia dengan tegar menghadapinya. Jika butuh pertolongan orang lain, paling-paling nan dibutuhkannya ialah masukan dari orang lain. Pengambilan keputusan buat menyelesaikan masalah tetap terletak pada dirinya, berdasarkan potensi nan dimilikinya.
4. Memiliki Ketekunan
Setiap pengurus organisasi hendaknya orang nan tekun dalam menjalankan tugasnya. Ia tidak akan pernah meninggalkan tanggungjawabnya. Ia berkomitmen buat menyelesaikan segala pekerjaan nan diembankan kepadanya. Makanya, pengurus organisasi diminta buat tekun.
Jika ketekunan dimiliki setiap pengurus organisasi, maka tidak ayal akan selalu memberikan kegunaan buat orang banyak. Organisasi tersebut bakal memiliki nama harum dan akan terus mendapatkan simpati masyarakat. Simpati inilah nan bakal mendatangkan insentif buat organisasi tersebut.
5. Tidak Agresif
Setiap pengurus organisasi memang memiliki hak buat mengeluarkan pendapat. Namun, tidak memiliki hak buat menghakimi, menyerang dan menjatuhkan pengurus nan lain. Disparitas pendapat bakal mendatangkan kreatifitas, tapi jangan sampai mengedepankan otot daripada otak.
Sikap militan ialah sikap nan selalu ingin mengedepankan otot dan maunya dalam musyawarah ada nan kalah dan ada nan menang. Seharusnya, dalam musyawarah di tubuh organisasi nan ada adalah win-win .
6. Memiliki Sikap Positif Terhadap Tugas
Ketika mendapatkan tugas, hendaknya setiap pengurus memiliki sikap dan pola pikir positif. Jangan pernah merasa ‘dianak-tirikan’ oleh ketua organisasi. Pasalnya, tidak ada tugas nan diamanahkan oleh ketua tanpa pertimbangan. Tentu ketua organisasi menilai Anda sanggup melakukannya.
Dengan sikap dan pola pikir positif tidak ada tugas nan diamanahkan kepada Anda selaku pengurus organisasi nan tidak selesai dikerjakan. Semua itu tidak terlepas dari pola pikir Anda. Jika Anda menyatakan sulit, maka akan sulit Anda mengerjakan tugas tersebut tersebut.
Berbeda dengan sebaliknya. Ketika Anda katakan mudah, maka akan mudah Anda mengerjakannya. Kenapa demikian? Karena pola pikir Anda sudah berkolaborasi dengan sikap Anda. Semua itu mendatangkan hal positif bagi Anda dan organisasi.
7. Miliki Motivasi Berprestasi
Setiap pengurus organisasi mesti memiliki motivasi berprestasi. Apapun nan dikerjakannya harus memiliki nilai maksimal. Ia tidak sekedar mengerjakan pekerjaan, tapi ia bekerja dengan niat buat memberikan kondisi terbaik bagi organisasinya.
Jika demikian, maka akan muncul motivasi berprestasi. Sehingga tidak mengherankan, bila tugas nan diembankan selesai sebelum tanggal dan waktu nan dijanjikan. Ia melakukan pekerjaan tersebut dengan dorongan nan kuat.
Yakinlah, jika Anda dalam menyelesaikan pekerjaan organisasi dengan penuh motivasi akan memberikan hal positif bagi organisasi Anda.
Inilah kajian sederhana tentang apa itu organisasi dan karakter pengurus organisasi nan baik. Semoga artikel ini dapat dijakan jembatan buat melakukan pengkajian lebih mendalam lagi.