Waktu Turunnya Lailatul Qadar
Bila Mendapatkan Lailatul Qadar
Saat Ramadhan telah tiba. Semua umat muslim nan beriman akan terus meningkatkan peribadahannya berkali lipat demi mendapatkan malam lailatul qadar . Mereka seolah tak ingin melewatkan apa nan telah dikaruniakan oleh Allah Swt. Berbagai ibadah dilakukan. Kalau diluar Ramadhan, hati sedikit lebih pelit mengeluarkan sedekah, tak pada bulan kudus ini. Semua orang berebut menjadi nan terbaik. Ketika bukan Ramadhan, ke masjid itu bukan suatu ritinitas, lain ketika bulan kudus ini telah tiba. Ke masjid seolah menjadi sesuatu nan sangat rutin.
Bahkan ada rasa kerinduan nan begitu dalam buat pergi ke masjid setiap waktu sholat tiba. Berjamaah rasanya menjadi satu kebutuhan. Perasaan khusuk merasuki jiwa dan rongga dada rasanya penuh keriangan menyambut datangnya Ramadhan. Diri nan merasa sangat berdosa begitu berharap bahwapada bulan nan kudus ini smeua dosa akan terhapuskan. Ringannya bertasbih, bertasmid, bertakbir sebanyak-banyaknya dan membaca Al-Quran hingga beberapa juz dalam satu hari, merupakan berkah Ramadhan nan tidak mampu terungkapkan.
Perasaan riang ini dirasakan oleh orang-orang nan beriman. Mereka bahkan mungkin tak se[perti orang kebanyakan nan mempersiapkan Ramadhan dengan berbagai belanjaan bahan makanan. Orang-orang ini akan biasa saja dalam berbelanja makanan. Mereka malah akan memikirkan orang lain. Mereka berbelanja buat keperluan masjid dan kelompok pengajian nan mungkin akan banyak pesertanya ketika Ramadhan tiba.
Berbagai aktivitas nan diselenggarakan oleh masjid di dekat rumahnya, akan diikuti dengan bahagia hati. Ia bahkan mungkin akan mengajukan perlop dari pekerjaannya dan memfokuskan diri kepada peribadahan di bulan nan hanya datang setahun sekali itu. Bahkan bagi nan mempunyai dana, sudah sejak jauh hari mempersiapkan semuanya dan ia pun terbang ke Arab Saudi dan beribadah puasa di Mekkah dan sekitarnya. Mereka ingin lebih dekat dan lebih memusatkan perhatian kepada akhiratnya.
Semakin hari semakin banyak saja nan melakukan ibadah puasa di Mekkah. Mereka menganggap dan merasakan hal nan sangat berbeda ketika beribdah puasa di Mekkah. Kehidupan religius di kota haram ini begitu syahdu. Rasanya keberadaannya dengan Sang Pencipta tidak bersekat. Tidak ada nan mau menolak melakukan hal ini ketika kesempatan dan uang ada di tangan. Betapa indahnya. Buktinya ialah jutaan muslim dari seluruh global datang pada bulan Ramadhan ke Mekkah.
Dengan antusias dan hanya berniat untk beribadah mereka melakukan semua itu. Satu hal nan ingin mereka raih dalam bulan nan kudus ini ialah malam 1000 bulan. Memang ada cerita-cerita mistis nan tak perlu diyakini tentang malam 1000 bulan ini. Ada nan mengatakan bahwa kalau menemukan bulan ini, rasanya seperti mendapatkan kebahagiaan melihat malaikat. Padahal mungkin belum ada nan melihat malaikat kecuali nan dikehendaki oleh Allah Swt.
Sebenarnya akibat menemukan malam 1000 bulan ini akan tercermin pada watak dan tingkah laku setelah Ramadhan. Sama ketika orang beribadah haji. Akibat haji mambrur itu akan terlihat setelah kembali ke tanah air masing-masing. Kalau peribadahannya meningkat, sifat kikirnya hilang, ia semakin dekat kepada Tuhannya, ada kemungkinan ia telah mendapatkan malam 1000 bulan itu. Hal ini terkadang tak dirasakan dalam waktu sekejab. Perubahan itu sebab ini lebih mendekat kepada Sang Pencipta.
Para sahabatnya biasanya dapat merasakan perubahan itu. Hati menjadi lebih ringan melakukan banyak ibadah. Yang dahulu sering emosi, setelah Ramadhan, ia lebih mampu menahan emosi. Hatinya lebih tenang dalam menghadapi permasalahan dunianya. Ia lebih berorientasi kepada akhirat dan tak terlalu peduli dengan dunianya. Baginya kehidupan akhirat itu jauh lebih krusial daripada memikirkan global nan tak ada ujungnya.
Semua ini memang atas kehendak Allah Swt. Tidak ada nan mampu menghalangi kehendak-Nya. Tetapi tentu saja manusia harus berusaha agar dapat mendapatkan keistimewaan itu. Tidak ada kerja keras nan sia-sia. Pada suatu saat semua itu akan terbalas tunai tanpa ada nan tersisa. Orang-orang nan mengharapkan Lailatul Qadar itu niscaya dapat akan mendapatkan apa nan telah ia usahakan selama hidupnya. Perjuangannya buat mendapatkan surga-Nya akan menemukan jalan nan indah.
Janji Allah Swt itu niscaya dan Allah Swt tak akan pernah ingkar janji. Kalau manusia berjanji, mungkin dapat diragukan. Kalau Sang Pencipta berjanji, yakinlah suatu saat niscaya akan terbukti. Tidak perlu meragu dan tak perlu berputusasa. Asa itu akan terwujud dan mimpi itu akan menjadi nyata. Hanya manusia nan harusnya sangat sadar ketika meminta apapun harus berdasarkan ilmu agar apa nan diberikan itu akan bermanfaat bagi kehidupan di alam keabadian.
Keistimewaan Lailatul Qadar
Didalam Al-Quran telah dinyatakan keutamaan lailatul qadar lebih besar dari seribu bulan, maksudnya ialah bagi seseorang nan mendapatkan malam tersebut dan diisi dengan beribadah kepada Allah, maka sama saja ia telah beribadah selama seribu bulan lamanya. Usia manusia nan tak jauh dari usia nabi saw niscaya tahu berapa tahun 1000 bulan itu. Mungkinkah dapat beribdah selama itu? Mungkin saja tidak. Tuntutan kehidupan nan banyak, akan sulit bagi siapapun buat beribadah selama itu.
Adanya malam istimewa itu merupakan satu anugerah nan tidak terhingga. Sesunguhnya malam lailatul qadar tersebut merupakan suatu karunia dan rahmat nan besar bagi seluruh umat di global ini. Manusia nan mendapatkannya ialah manusia pilihan nan hanya Allah saja nan mengetahuinya. Semua orang boleh berharap. Namun nan menjadi juri ialah Sang Pencipta nan maha adil.
Banyak hadist nan membahas keistimewaan dan keutamaan lailatul qadar. Salah satunya hadist nan diriwayatkan oleh Anas ra bahwa Rasulullah barsabda ‘Lailatul qadar telah dikaruniakan kepada umat ini nan tak diberikan kepada umat-umat sebelumnya’. Bahkan Allah mengabadikannya dalam Al Qur’an yaitu surat Al Qadr. Diwahyukan oleh Allah bahwa Al Qur’an diturunkannya pada malam qadr, yaitu malam nan penuh kemuliaan, malam dimana turunnya para malaikat termasuk Jibril dengan izin Allah SWT buat mengatur semua urusan (QS. Al Qadr : 1-5).
Pada malam itulah Al Qur’an pertama kali diturunkan dari lauh mahfuz kepada Nabi Muhamad SAW. Malam nan penuh kesejahteraan sampai terbitnya fajar. Lailatul qadar disebut malam nan mulia sebab memperoleh kemuliaan dari Al-Quran. Cahaya illahi ini diturunkan buat menyinari jagad raya, memberikan petunjuk buat kebahagiaan umat manusia dimana sebelumnya kehidupan manusia dalam kegelapan masa jahilliyah.
Waktu Turunnya Lailatul Qadar
Penentuan malam lailatul qadar terdapat disparitas pendapat dikalangan alim ulama. Namun dari Aisyah ra, Rasulullah bersabda, ‘Carilah malam lailatul qadar pada malam malam ganjil dari sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan’. Menurut alim ulama sepuluh hari terakhir dimulai dari malam ke 21 bulan Ramadhan, dan ulama juga sepakat lailatul qadar turun pada malam ganjil walaupun ada kemungkinan turun pada malam lainnya.
Rasulullah menganjurkan para sahabatnya agar mencari malam seribu bulan ini sambil beri’tikaf dan tetap terjaga sampai waktu fajar. Ada juga nan berpendapat bahwa lailatul Qadar hanya turun 1 x yaitu hanya pada saat turunnya Al-Quran. Tentu pendapat ini tak dapat dibenarkan, sebab jika sahih demikian Rasulullah tentunya tak menganjurkan umatnya buat mencari lailatul qadar.
Pendapat lain menyatakan bahwa kemuliaan dan nilai seribu bulan itu dapat diperoleh seseorang dari hasil ibadahnya selama bulan Ramadhan. Ibadah-ibadah nan dilakukan secara tulus dan ikhlas akan membawa perubahan pada seseorang nan dapat merubah konduite hidupnya menjadi lebih baik, damai dan tenang. Timbullah pencerahan akan dosa-dosanya hingga mendorong seseorang buat selalu bertaubat dan tak mau mengulangi kesalahan nan telah diperbuatnya, dan selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah.
Inilah salah satu bukti telah mendapat malam nan penuh kemuliaan. Bagi nan ingin mendapatkannya hendaklah mempersiapkan ibadahnya dari awal Ramadhan, bahkan sebelum datangnya Ramadhan.