Problematika Cinta Pasangan Muda

Problematika Cinta Pasangan Muda

Masa muda kerap kali identik dengan hal nan menggebu. Romansa para pasangan muda juga demikian. Selalu penuh dengan trik dan intrik. Karena pasangan muda biasanya tengah berproses, mencari orang-orang terbaik nan dapat menerima dan mengerti mereka dengan baik.

Pasangan muda ialah sebutan buat mereka nan berpasangan dan masih dalam rentang usia nan muda. Manusia memang dianugerahkan Tuhan sebuah rasa nan disebut cinta. Perasaan itu biasanya akan mulai dirasakan ketika manusia memasuki usia remaja.

Pernah mendengar istilah cinta monyet? Ya, istilah itu niscaya sangat familiar buat Anda. Cinta monyet biasanya berlaku pada banyak pasangan muda, bahkan sangat muda. Seperti romansa nan terjadi pada anak-anak pelajar SMP atau SMA.

Pasangan muda kategori remaja ini menjalin cinta secara diam-diam, mereka, mengingat izin nan diberikan para orang tua buat berpacaran biasanya setelah semua urusan sekolah selesai. Banyak di antara mereka nan kemudian mulai berubah menjadi anak muda nan "galau", dan prestasi sekolah menurun. Hal-hal seperti itulah nan melandasi awal mula penyebutan cinta monyet ini.

Kisah cinta pasangan muda kemudian "berpindah kategori" pada usia mendekati dewasa. Usia ini, berlaku pada mereka nan sudah melewati usia 17 tahun. Pada masa ini, romansa seperti mendapat "tempat" paling istimewa. Jatidiri juga dapat terbentuk melalui romansa nan dijalani.



Pernikahan Pasangan Muda dari Segi Agama, Kesehatan, dan Budaya

Wanita secara fisik telah matang pada usia 18 tahun, sedangkan pria pada usia 21 tahun. Di usia inilah keinginan mencari pasangan tersebut semakin mengebu-gebu. Kematangan fisik dan mental nan dimiliki oleh pasangan muda menjadi kapital buat terjalinnya romansa nan lebih serius.

Ketika seorang sudah matang secara fisik dan mental, dalam Islam, mereka justru harus segera dinikahkan. Untuk meminimalisir segala perbuatan haram nan dilakukan pasangan muda bukan muhrim. Hal ini berbeda jika ditilik melalui segi kesehatan dan budaya.

Dari segi kesehatan, wanita muda dinilai masih belum memiliki kekuatan lebih buat bisa mengandung bayi. Selain itu, dari segi psikologis, pasangan muda sesungguhnya belum siap buat menanggung segala hal nan diakibatkan sebab menikah terlalu cepat. Jiwa mereka masih labil, di lubuk hatinya masih menyukai kebebasan, berteman bersama teman-teman, dan berprestasi. Pasangan muda niscaya masih menginginkan hal tersebut.

Dan nan terakhir ialah dinilai dari segi budaya atau adat istiadat masyarakat Indonesia sendiri. Menikahkan anak saat usianya masih sanga remaja juga cukup banyak ditemui di Indonesia, terlebih di daerah-daerah nan masih belum begitu terjamah kemajuan modernisasi.

Kendala ekonomi membuat pasangan muda nan sudah menikah banyak terdapat di desa-desa. Pandangan bahwa menikahkan anak gadis bisa mengurangi beban keluarga ialah hal nan hingga kini masih inheren di kalangan masyarakat. Dan itu, cukup sulit buat dihilangkan.

Perbedaan pandangan tentang usia ideal buat menikah nyatanya memang menjadi sebuah misteri generik bagi masyarakat Indonesia. Pasangan muda nan sudah menikah pun memang tak selamanya buruk. Semua itu bergantung setiap individu.



Problematika Cinta Pasangan Muda

Tidak sedikit pria dan wanita nan merasa telah menemukan pendamping hidupnya, namun tersangkut halangan buat bersatu. Halangan itu berasal dari diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Umumnya halangan nan menghampiri pasangan muda itu berupa:



1. Problematika Cinta Pasangan Muda - Masih Kuliah

Sebagian orangtua menginginkan anaknya menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu sebelum menikah. Alasannya, setelah berkeluarga konsentrasi belajar anak akan terpecah sehingga kurang dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu. Pasangan muda nan sudah merasa siap niscaya akan sangat keberatan dengan alasan ini.

Faktanya, memang sebagian pasangan muda terlambat meraih gelar sarjana bahkan hampir dikeluarkan. Mereka sibuk berpacaran, tanpa memikirkan kewajiban nan sesungguhnya. Bagusnya, tak sedikit juga pasangan muda nan lulus tepat waktu dan berhasil dalam karirnya. Lagi-lagi semua bergantung pada individu.



2. Problematika Cinta Pasangan Muda - Penghasilan Tidak Tetap

Ketika pada akhirnya pasangan muda mendapatkan lampu hijau buat menikah, sementara masing-masing belum memiliki kapital nan cukup, maka nan terjadi ialah masalah. Perceraian di kalangan para pengantin muda pun menjadi hal nan banyak terjadi.

Rumah tangga memerlukan biaya operasional. Jika biaya bulanan sudah niscaya sekian juta, namun sumber penghasilan belum ada, bagaimana cara memenuhi kebutuhan keluarga. Penghasilan nan belum tetap, kerja serabutan sering menjadi alasan orangtua buat menolak permintaan nikah dari sang anak.



3. Problematika Cinta Pasangan Muda - Masih Punya Tanggungan

Sebagian anak turut menanggung biaya pendidikan adik atau memberikan dukungan finansial buat keluarganya. Setelah menikah, anak harus membagi penghasilannya buat keluarga juga rumah tangga barunya.

Pasangan muda harus cermat membagi penghasilannya dan meyakinkan orangtua bahwa genre donasi tetap akan mengalir meskipun telah menikah.



4. Problematika Cinta Pasangan Muda - Biaya Akad dan Pesta

Ada pasangan muda nan mengharapkan akad nikah dan resepsi pernikahan tidak terlupakan bak pernikahan 1001 malam. Sayangnya biaya buat pernikahan seperti itu tak murah.

Padahal nan wajib dalam pernikahan ialah akad nikah serta pengumuman pada orang lain agar tak terjadi fitnah. Menit-menit akad nikah saja sebenarnya sudah menjadi momen tidak terlupakan bagi pasangan muda.

Tidak masalah jika Anda ialah pasangan muda nan berhasil secara finansial. Anda ialah jutawan muda, tapi apa jadinya jika penghasilan pun masih belum pasti? Pernikahan bak putri raja nan membutuhkan dana banyak niscaya hanya akan jadi impian belaka.

Pasangan Muda - Setelah Nikah Bagaimana?

Tinggal di mana, dan bagaimana mencukupi kebutuhan keluarga? Pertanyaan ini ialah PR besar setelah akad dan resepsi nikah. Sebagian pasangan muda menginginkan tinggal di rumah sendiri dengan fasilitas lengkap setelah menikah.

Tentu saja biaya nan dibutuhkan bisa mencapai angka ratusan juta. Ketidakmampuan menyiapkan wahana dan prasarana pascanikah serta ketidaksiapan hayati sederhana membuat sebagian pasangan muda menunda pernikahnya.

Maka dari itu, bagi pasangan muda nan ingin segera menyatukan cintanya dalam ikatan pernikahan lebih baik melaksanakan hal-hal berikut:

  1. Bulatkan Tekad. Tetapkan tekad bahwa pernikahan ialah cara Anda buat beribadah kepada-Nya. Pernikahan bukan hanya akan menghalalkan interaksi Anda dan calon pasangan, namun juga sebuah proses buat mendawasakan Anda dan pasangan. Sekalipun Anda ialah pasangan muda.

  2. Ajaklah keluarga bermusyawarah sehingga jalan keluar terbaik dipikirkan bersama. Tidak perlu malu memberitahukan planning Anda pada teman dekat juga. Semakin banyak orang terdekat Anda tahu, semakin banyak pula peluang donasi nan dapat Anda dapatkan.

  3. Pasang sasaran menikah secepatnya, sehingga Anda lebih giat bekerja dan berusaha lagi. Niscaya ada pintu rezeki bagi orang-orang nan ingin meraih ridha dari Tuhannya.

  4. Yakinlah bahwa kebahagiaan pernikahan Anda ialah kebahagiaan orangtua juga. Buktikan bahwa Anda memang sudah layak menjadi pasangan muda dan lebih dapat membahagian keluarga setelah menikah.

Satu hal nan tidak kalah krusial ialah bekal iman dan mental. Pasangan muda sering lupa, kapital pernikahan bukan hanya materi. Mental dan spiritual juga harus disiapkan buat mengarungi samudra kehidupan nyata.

Apabila Anda masih ragu juga, perkuat ibadah. Donasi dan jalan nan tidak disangka-sangka niscaya akan Anda dapatkan. Nikmatilah cinta selagi muda! Persiapkan, sebab akan sangat senang jika Anda menikah sekali buat seumur hidup!