Lubang Neraka dalam Keluarga
Lubang neraka itu membara. Lubang neraka itu menyakitkan. Lubang neraka itu PANAS! Lubang neraka konfrontasi itu lebih membara, menyakitkan, dan panas. Korban-korban nan berjatuhan terkadang tak tahu apa nan sebenarnya terjadi.
Mereka hanya menjadi korban dari konfrontasi nan tidak pernah berujung. Manusia seharusnya tercipta dari tetesan cinta dan tumbuh dengan cinta. Tapi, sebab tak semua manusia merasakan sisa-sisa cinta dari penciptaannya itu, akhirnya barah emosi menggali lubang neraka dunia.
Menghindari Lubang Neraka
Apa pun nan dikaitkan dengan lubang neraka ialah sesuatu nan tak menyenangkan. Penolakan nan dilakukan oleh masyarakat Dayak terhadap Front Pembela Islam (FPI) dapat dipandang sebagai bentuk menghindari lubang neraka konfrontasi nan mungkin terjadi. Bagaimana pun, reputasi FPI nan sering membuat keresahan dengan aksi-aksinya nan kasar, membuat orang lain memandang FPI sebagai orang-orang garis keras. Bagi sebagian orang, lebih baik mengantisipasi masalah daripada harus berurusan dengan masalah.
Bila masalah tak diantisipasi, ditakutkan korban akan berjatuhan. Cukup rasanya mendengar apa nan terjadi di Mesuji, Lampung dan Mesuji, Sumatera Selatan. Lubang neraka konfrontasi antara pemilik hak pembukaan huma dengan masyarakat telah membuat lubang neraka nan sangat dalam sehingga kebrutalan nan tidak terperihkan terjadi. Beban sejarah nan menyakitkan itu akan terbawa hingga mati.
Bagaimanakah lubang neraka konfrontasi itu harus ditutup kalau kedua belah pihak tak mau membuka diri dan berlapang dada. Tak ada nan menang dalam lubang neraka konfrontasi itu. Yang merasa menang menjadi abu dan nan kalah terbakar gosong. Semua rugi dan semua menderita. Perdamaian jauh lebih latif daripada hayati dalam ketakutan dan kegelisahan tanpa masa depan.
Dalam global jurnalistik, berpuluh nyawa wartawan telah melayang. Pekerjaan sebagai orang nan memberitakan tersebut terkadang memang sangat riskan terutama bila telah menyangkut kedudukan dan prestise orang-orang nan dipandang berpengaruh di dalam masyarakat. Wartawan Yogyakarta nan bernama Udin, hingga kini kasusnya tetap berkabut. Kematian Udin benar-benar seperti berada dalam kabut jingga lubang neraka nan sulit terlihat.
Tidak hanya Udin. Wartawan Radar Bali, Narendra Prabangsa, juga menemui ajalnya ditangan pembunuh bertangan dingin pada 11 Februari 2009. Kematian Narendra juga disinyalir sebab tulisan Narendra dianggap menusuk hati orang lain sehingga orang nan merasa sakit hati itu merasa perlu melenyapkan Narendra.
Selain Narendra dan Udin, pada 21 Agustus 2010, Ridwan Salamun nan tercatat sebagai wartawan kontributor buat SunTV menemui kematiannya di tangan massa nan sedang bertikai. Keberadaan Ridwan di lubang neraka konfrontasi tersebut hanya sebagai bentuk menjalankan tugas. Ridwan niscaya tak pernah menyangka bahwa dia akan menjadi korban dari lubang neraka konfrontasi tersebut.
Kebencian telah menutup mata hati manusia. Di dalam benak orang-orang nan terlibat di dalam lubang neraka konfrontasi ialah bahwa orang nan dianggap musuhnya harus lenyap dari buka bumi. Padahal tanpa harus dibunuh, suatu hari kelak semua manusia niscaya akan mati, cepat atau lambat.
Lubang neraka konfrontasi nan mau tak mau harus dimasuki oleh wartawan nan merasa bertanggung jawab buat memberitakan hal tersebut tak hanya melayangkan nyawa para wartawan, tetapi juga memberikan penderitaan lain. Rumah wartawan Rote Ndao News , Dance Hanuk, dibakar oleh orang nan merasa tersinggung oleh apa nan diberitakan oleh Dance.
Pembakaran ataupun pembunuhan itu bagai bentuk pemberitahuan dan peringatan bahwa apa nan dilakukan oleh wartawan-wartawan tersebut telah membuat marah orang lain. Kemarahan memang bagai lubang neraka nan terus membara dan menghanguskan rasa kasih sayang.
Di belahan global lain, seperti di Irak dan Afghanistan, daftar kematian wartawan sebagai dampak dari lubang neraka konfrontasi nan terjadi di negera nan terus membara tersebut, semakin panjang. Warta tetap harus disampaikan ke seluruh dunia.
Perjuangan mendapatkan dan mewartakan sebuah warta ialah sesuatu nan mahal harganya. Tidak hanya fisik dan mental nan kuat nan harus dimiliki oleh para wartawan tersebut tapi juga risiko masuk ke lubang neraka konfrontasi nan dapat juga merenggut nyawa mereka tanpa mereka sadari.
Lubang Neraka Konfrontasi Politik
Gonjang-ganjing politik nan semakin marak akhir-akhir ini juga seperti membuka tudung lubang neraka. Bara barah nan bergerak membumbung ke langit memberikan imbas panas nan luar biasa. Satu per satu nama-nama nan selama ini diharapkan sebagai tumpun pemugaran keadaan negeri nan besar ini, akhirnya harus terseret dan menerima percikan lubang neraka konfrontasi politik nan sangat panas tersebut. Berbagai pernyataan dan bukti nan dipandang bisa meringankan atau mungkin juga bisa membawanya keluar dari lubang nereka konfrontasi telah disiapkan dengan saksama oleh tim pengacara.
Berbagai alasan nan mungkin dapat mengulur waktu agar tak masuk ke dalam rumah tahanan nan sering juga disebut sebagai lubang neraka dunia, telah disiapkan. Mulai dari alasan sakit hingga alasan berobat ke suatu rumah sakit ialah di antara alasan agar sedikit dapat bernapas lega keluar dari lubang neraka rutan tersebut.
Lubang neraka konfrontasi nan sedang terus digali oleh para politisi tersebut sebenarnya merupakan suatu tontonan nan tak mendidik. Masing-masing kubu berusaha menjadi selicin belut dan dengan segala cara berkelit. Apa nan dapat diharapkan oleh rakyat Indonesia bila permainan nan dilakukan oleh para politisi itu tak lain semakin memperdalam lubang neraka dunia.
Yang tidak mampu berkelit akan masuk ke dalamnya, lalu wafat atau wafat secara perlahan. Seterusnya nan masih bertahan dapat jadi menggali lubang neraka nan lainnya lagi sehingga semakin banyak lubang neraka di global ini.
Pengkhianatan dan rekaan seperti sangat mudah beredar dalam lubang neraka politik ini. Seolah politik menjadi sebuah perang kelicikan dan ketidakcerdasan secara emosi dan spiritual. Orang nan dulunya dipandang baik pun akhirnya terbawa arus permainan kotor nan berlangsung di lubang neraka politik. Perlu mental lebih kuat dari baja agar dapat bertahan di garis kondusif dan tak terjebak ke dalam lubang neraka politik nan kejam dan pedih.
Lubang Neraka dalam Keluarga
Berita pembunuhan nan dilakukan oleh seorang anak terhadap orangtuanya atau sebaliknya merupakan cerminan dari bahwa lubang neraka konfrontasi juga ada di dalam keluarga. Seolah ikatan batin antar anggota keluarga telah hilang. Kekejaman nan terjadi di dalam rumah tersebut dapat jadi merupakan dampak dari ekskavasi lubang neraka konfrontasi nan tiada henti. Semakin dalam lubang neraka konfrontasi itu semakin besar ‘deposito’ kebencian menyelimuti hati masing-masing anggota keluarga.
Lubang neraka konfrontasi itu dapat saja tertutup walau tak dalam waktu nan sangat singkat. Cara menutupnya ialah dengan membuka hati dan menumbuhkan cinta dan kasih sayang. Makan bersama, bersenda gurau, dan meluangkan waktu nan spesifik dan berkualitas buat keluarga. Adalah tanggung jawab orang tua agar cinta ini dapat menjadi selimut nan menghangatkan bagi anak-anak mereka. Selimut cinta ini akan membuat konfrontasi tak berkepanjangan sebab nan menjadi tujuan ialah penyelesaian masalah bukan memperuncing masalah.
Memang, tak ada sekolah cara mendidik anak, tapi orangtua secara insting akan dapat membuka mata dah hati mereka bagaimana membesarkan anak dengan kasih sayang. Anak nan terselubungi dengan afeksi akan tumbuh menjadi anak nan cinta damai. Kedamaian itu akan membuat lubang neraka global tak sampai tercipta.