Perkembangan dan Perubahan Kebudayaan
Menurut Budi Pengabdian - nan menyitir pendapat Arthur Koesler dalam The Act of Creation dan Wolter Kaufman dalam The Future of The Humanities - bahwa masalah humanisme dan budaya telah diungkapkan secara halus oleh ahli-ahli seni dan filsafat melalui karya-karyanya. Karya seni dan filsafat itu merupakan perwujudan perasaan dan pemikiran orang terhadap masalah-masalah humanisme dan budaya nan terjadi di sekelilingnya (Sulaeman, 1998: 5).
Kebudayaan atau peradaban mengandung pengertian nan luas, meliputi perasaan suatu bangsa nan kompleks. Kompleksitas perkembangan kebudayaan tersebut mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya nan diperoleh dari anggota masyarakat.
Adapun jika dikaitkan dengan ilmu budaya dasar, kebudayaan ialah penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insani, tercakup di dalamnya usaha memanusiakan diri di dalam alam lingkungan, baik fisik maupun sosial. Mencari tahu perkembangan kebudayaan, ialah mencoba mengerti sejauh mana kebudayaan itu eksis, survive, bertahan, dan berguna.
Pengertian Budaya
Kata "kebudayaan" berasal dari bahasa sansakerta buddhayah , yaitu bentuk jamak dari budhi nan berarti "budi" atau "akal".dengan demikian budaya bisa diartikan sebagai hal-hal nan bersangkutan dengan akal (Koentjaraningrat, 1990 : 181). Kata budaya juga dikupas sebagai suatu perkembangan dari mejemuk budi-daya, nan berarti daya dan budi. Karena itu budaya dibedakan dari kebudayaan. Budaya ialah ‘daya dari budi’ nan berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan ialah hasil dari cipta,rasa dan karsa itu
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup, manusia berpikir, merasa mempercayai dan mengusahakan apa nan patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, Norma makan, praktek komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi, politik dan teknologi dan lain-lain semua dilakukan berdasarkan pola-pola budaya.
Budaya ialah suatu konsep nan membangkitkan minat, secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, interaksi ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik nan diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Mulyana & Rakhmat, 1996 : 18)
Budaya diartikan juga sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi manusia) seperti kesenian, kepercayaan, dan adat istiadat (Poerwadarminta, 1995 : 131). Secara lebih luas definisi budaya adalah
Keseluruhan pengetahuan manusia sebagi mahluk social nan digunakan buat memahami lingkungan serta pengalamannya serta nan menjadi panduan tingkah lakunya. Hasil akal budi dari alam sekelilingnya dan dipergunakan buat kesejahteraan hidupnya, atau kebudayaan ialah holistik system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat nan dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990 : 180)
Adapun kata culture nan merupakan kata asing nan sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata colere nan berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagi ‘segala upaya serta tindakan manusia buat mengolah tanah dan merubah alam’ (Koentjaraningrat, 1990 : 182).
Disamping istilah kebudayaan, adapula istilah peradaban, kata terakhir ialah sama dengan istilah inggris civilization, nan biasanya dipakai buat menyebut bagian dan unsure-unsur nan lebih halus, indah, dan maju seperti kesenian, ilmu pengetahuan, sopan-santun dan lain sebagainya.
Sesuai dengan konsep proposisi nan dikemukakan Herkoviks bahwa kebudayaan bersifat dinamis. Artinya perubahan dan perkembangan kebudayaan akan terus terjadi sinkron dengan perkembangan pikiran manusia.
Unsur dan Tata Nilai Budaya
Ada tujuh unsur kebudayaan nan berlaku universal, yakni:
- bahasa;
- sistem teknologi;
- sistem mata pencaharian;
- organisasi sosial;
- sistem pengetahuan;
- religi; dan
- kesenian.
Adapun nilai-nilai budaya dibatasi oleh suku bangsa dan bangsa. Sesuatu nan dianggap baik oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa nan satu belum tentu bisa diterima oleh suku atau bangsa nan lain. Oleh karena itu, nilai-nilai budaya membatasi dan memberikan ciri kepada suatu masyarakat dan kebudayaan.
Nugroho Notosusanto (1995: 174) mengemukakan bahwa sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan. Sebagai intinya, ia akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen nan berada pada struktur permukaan dari kehidupan manusia nan meliputi konduite sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material.
Perkembangan dan Perubahan Kebudayaan
Kebudayaan akan senantiasa berubah dan berkembang. Perkembangan tersebut bisa berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri atau sebab perubahan lingkungan alam dan fisik loka masyarakat hidup. Masyarakat nan terbuka memiliki kesamaan mengalami perkembangan nan lebih cepat dibandingkan dengan masyarakat nan tertutup.
Selain sebab peristiwa cultural lag dan cultural survival , perubahan kebudayaan juga bisa disebabkan oleh cultural conflict (pertentangan kebudayaan) dan culture shock (guncangan kebudayaan).
Cultural conflict (pertentangan kebudayaan) bisa muncul sebagai dampak dari relatifnya kebudayaan sehingga sering menimbulkan konflik antarkebudayaan. Penyebabnya ialah keyakinan-keyakinan nan berbeda sehubungan dengan berbagai masalah aktivitas berbudaya. Misalnya, muncul konflik antara budaya Timur dan budaya Barat sebab keduanya memiliki tata nilai nan berbeda.
Culture shock (guncangan kebudayaan) merupakan istilah nan dikemukakan Kalervo Oberg buat menunjukkan gejala kecemasan atau shock dampak dipindahkan ke dalam suatu kebudayaan nan berbeda dari kebudayaan sendiri. Akhirnya, menimbulkan berbagai bentuk kecemasan sebelum akhirnya bisa menyesuaikan diri.
Saat ini, kita terus merasakan berbagai perkembangan kebudayaan. Lahirnya era teknologi telah mampu mengubah budaya nan sudah sejak lama ada. Contoh sederhana mengenai penggunaan ponsel atau HP. Zaman dahulu, orang buat berkomunikasi menggunakan cara tradisional, yakni dengan menggunakan kentongan. Sedangkan sekarang, cukup dengan ponsel atau media internet.
Elemen Elemen Budaya
Ada berbagai jenis budaya di seluruh global dan perkembangan kebudayaan masing-masing memiliki esensi nan unik. Sementara ada pula mendefinisikan istilah 'budaya', ada beberapa unsur nan bersama-sama merupakan sebagai budaya suatu daerah eksklusif atau budaya orang-orang eksklusif terhimpun sebagai sesuatu nan khas. Anda dengan demikian perlu memahami elemen budaya buat memahami sejauh mana perkembangan kebudayaan, dari satu budaya kepada budaya lainnya, nan antara lain :
- Bahasa: berbagai bahasa pada dasarnya merupakan bagian krusial dari budaya.
- Norma: Setiap masyarakat atau setiap peradaban memiliki seperangkat norma, nan merupakan bagian nan tak terpisahkan, dan merupakan elemen krusial dari budaya. Hal ini bisa mencakup folkways, adat-istiadat, tabu dan ritual dalam suatu budaya.
- Nilai: Nilai-nilai sosial sebuah peradaban eksklusif juga dianggap sebagai unsur budaya. Nilai-nilai budaya sering menyebut hal-hal nan ingin dicapai atau hal-hal nan dianggap berharga besar atau nilai dalam suatu budaya tertentu.
- Agama dan Keyakinan: Agama dan kepercayaan dari orang-orang di peradaban memainkan peran krusial dalam membentuk budaya juga.
- Kolektif Sosial: kolektif sosial mengacu pada kelompok-kelompok sosial, organisasi, masyarakat, lembaga, kelas, dan masyarakat, nan dianggap sebagai konstruksi sosial simbolik.
- Status dan Peran dalam Masyarakat: Sebuah status atau peran sosial hanyalah sebuah slot atau posisi dalam suatu kelompok atau masyarakat, nan memberikan citra holistik dari struktur sosial dan karenanya merupakan elemen krusial dari budaya. Hal ini juga bisa mencakup peran berbasis gender atau usia berbasis tradisional.
- Integrasi budaya: Ini termasuk taraf harmoni atau integrasi dalam berbagai unsur budaya. Hal ini bisa mencakup unsur-unsur seperti sub-budaya, budaya lokal dan disparitas antara tradisi sejarah dan budaya.