Pemanasan Global

Pemanasan Global

Seekor beruang putih berenang hingga kelelahan di lautan mencoba mencari sebongkah es nan dapat dijadikan “perahu” buat beristirahat. Sejauh mata memandang, hanya kumpulan air bahari nan terhampar, dan sisa-sisa es nan sebentar lagi juga akan ikut mencair. Kemanakah beruang itu akan singgah? Daratan (es) lenyap entah ke mana? Dan kini dia tersesat di tengah lautan nan maha luas tanpa tahu arah dan kapan harus berhenti berenang. Sekali dia berhenti, berarti memilih mati.

Beruang putih atau dikenal dengan sebutan beruang kutub ialah salah satu hewan nan terancam punah dampak mencairnya es di kutub. Beruang-beruang ini seolah kehilangan habitatnya dampak lenyapnya sebagian besar daratan loka dia tinggal. Jika tak ada nan peduli, seluruh populasi hewan nan hayati di kutub akan punah dan pantai-pantai akan lenyap disebabkan oleh meningkatnya permukaan air bahari nan disebabkan oleh es di kutub utara dan selatan nan mencair.

Selain beruang, masih ada banyak jenis hewan lain nan terancam punah dampak mencairnya es di kutub Bumi. Kutub bumi yakni kutub utara dan selatan marupakan habitat hewan nan hanya dapat hayati di cuaca dingin nan extrim. Suhu rendah nan rata-rata di bawah 0 derajat celcius memang hanya ada di kutub Bumi. Penguin juga merupakan hewan nan terancam punah dampak mencairnya es di kutub utara dan selatan .



Penyebab Mencairnya Es di Kutub Utara dan Selatan

Pemanasan dunia nan disebabkan oleh imbas rumah kacalah nan menjadi penyebab mencairnya es di kutub utara dan selatan. Imbas rumah kaca ini muncul disebabkan oleh meningkatnya jumlah gas karbondioksida (yang dihasilkan oleh kendaraan), metana (dihasilkan oleh agrikultur dan perternakan), nitro oksida (dari pupuk) dan amonia, di bumi.

Sejatinya, bumi dilindungi oleh asmosfer bumi nan terdiri dari beberapa lapisan. Diantara lapisan tersebut ialah lapisan ozon nan berfungsi melindungi bumi dari terpaan radiasi sinar matahari secara langsung. Tetapi dengan adanya polusi nan diproduksi oleh aktifitas manusia menyebabkan lapisan ozon berlubang. Jika lapisan ozon ini rusak, maka terpaan sinar matahari akan langsung mengenai bumi. Inilah nan menjadikan suhu di bumi semakin meningkat.

Bertambahnya jumlah manusia dan tumbuh pesatnya industri juga menyebabkan polusi nan semakin parah. Jutaan ton limbah diproduksi setiap harinya. Selain itu, asap dari pembakaran bahan bakar fosil oleh kendaraan bermotor semakin memperparah taraf polusi. Gas-gas buangan nan mengandung karbondioksida menyebabkan lubang ozon semakin membesar.

Gas-gas ini membuat panas nan seharusnya dipantulkan ke angkasa terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya, suhu di bumi meningkat secara global. Imbas ini mengakibatkan berbagai bencana, mulai dari es kutub nan mencair, meningkatnya permukaan air bahari (efek samping dari es nan mencair di kutub), agresi gelombang panas nan membunuh ribuan orang di Eropa, dan perubahan iklim nan ekstrem nan menyebabkan jutaan petani di seluruh global gagal panen, angin topan, badai salju dan curah hujan nan tinggi di belahan bumi lain.

Pesatnya perkembangan industri juga menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan. Pabrik-pabrik nan memproduksi berbagai kebutuhan manusia menghasilkan berbagai macam limbah. Selain limbah cair, pabrik juga menghasilkan limbah gas. Setiap harinya, ribuan ton gas-gas beracun dihasilkan dari pabrik. Inilah nan menyebabkan semakin tercemarnya udara. Bahkan gas-gas itulah nan merusak atmosfer Bumi nan melindungi bumi dari bahaya panas matahari.



Bumi nan Sakit Parah

Menurut Dr. H. J. Zwally, seorang ahli iklim NASA, antara tahun 2008 – 2012 hampir semua es di kutub utara akan mencair. Pendapat Dr. Zwally tentunya tak berlebihan. Bumi saat ini memang sedang sakit. Bahkan, sakitnya parah. Sakit kronis nan dialami Bumi memang sudah terjadi sejak lama. Kegiatan manusia nan mengexploitasi sumber daya alam secara tak terkontrol turut memperparah penyakit nan diderita Bumi itu sendiri.

Pada 2008, sebuah warta menggemparkan kembali menggegerkan kalangan ilmuwan dunia. Ya, bongkahan es berbentuk lempengan seluas 414 km atau 1,5 kalinya luas Suarabaya di Antartika runtuh. Kejadian ini tentu membuat es di kutub Bumi semakin sempit. Ini berdampak secara langsung terhadap keberlangsungan penghuni kutub itu sendiri.

Menurut Ted Sambors, ketua peneliti NSIDC, lempengan es nan dikenal dengan sebutan Wikins Ice Shelf ini sporadis runtuh. Sekarang, bongkahan es nan tersisa nan menghubungkan dua pulau tinggal 12.950 kilometer persegi. Sambors juga memprediksi bahwa residu bongkahan itu sebentar lagi turut amblas dampak pemanasan global. Tak hanya itu, separuh total es tersebut juga akan hilang dalam waktu tidak lama lagi. Jika tak ada tindakan lebih lanjut buat mencegah parahnya kerusakan alam, maka es di kutub utara dan selatan semakin cepat menghilang. Dampaknya tak hanya mengenai daerah sekitar kutub, akan tetapi juga mempengaruhi seluruh dunia.

Dampak lebih lanjut akan sangat mengerikan. Salah satunya ialah meningkatnya tinggi permukaan laut. Jika ini benar-benar terjadi, pulau-pulau nan berukuran kecil akan tenggelam. Selain itu, kota-kota nan berada di pinggir bahari nan kebanyakan berada di bawah permukaan bahari juga akan ikut tenggelam. Salah satunya ialah Jakarta nan tiap tahun sudah menderita sebab banjir air laut.

Selain itu, perubahan iklim akan mempengaruhi kondisi Bumi. Pergantian musim nan dulu tepat waktu, sekarang sudah tak lagi. Saat ini sering terdengan warta mengenai kekeringan dan banjir nan semakin parah. Saat musim kemarau, kekeringan terjadi begitu parah, akan tetapi ketika musim hujan dating, banjir langsung melanda. Hal ini disebabkan rusaknya alam kemudian terjadi dunia warming nan akhirnya mepengaruhi cuaca dan iklim di Bumi.



Pemanasan Global

Isu pemanasan dunia memang menjadi topik nan hangat dibicarakan dunia. Bahkan Al Gore mantan Wapres Amerika pernah mengkampanyekan pemanasan dunia sebagai bala nan mengancam kehidupan di bumi. Al Gore tak berlebihan. Amerika sempat ketar ketir dampak bala gelombang panas nan terjadi di beberapa titik di Amerika. Bahkan di Eropa bala ini menyebabkan kematian 35 000 jiwa. Di Perancis mencapai 14.802 jiwa nan meninggal dampak agresi gelombang ini.

Semua kekacauan di bumi tersebut disebabkan oleh pemanasan global. Pamanasan dunia juga menyebabkan berbagai macam penyakit. Bahkan menurut penelitian, muncul beberapa penyakit baru nan diakibatkan oleh pemanasan global. Virus penyebab penyakit semakin bermacam-macam jenisnya.

Isu penyebab pemanasan dunia nan paling sering berhembus ialah sebab penebangan liar. Hutan nan merupakan paru-paru global ditebang secara liar. Setiap hari, ribuan meter persegi hutan hilang dampak penebangan liar. Kerusakan hutan hutan semakin tidak terkendali ketika pemerintah juga tak melakukan sesuatu nan signifikan buat mengatasi penebangan liar.

Pemerintah seakan membiarkan hal ini dan menganmbil laba sebab selain ditebang secara liar, hutan juga dialihfungsikan sebagai perkebunan. Beraneka macam perkebunan mulai dari kopi sampai kelapa sawit dikembangkan di huma nan fungsi aslinya ialah hutan lindung. Kelestarian penghuni hutan juga terganggu sebab habitat hewan dan tumbuhan semakin terdesak.

Padahal selain buat paru-paru dunia, hutan juga menyimpan banyak fungsi lain bagi manusia dan mahluk hayati lainnya. Banjir nan setiap tahun melanda dapat dikurangi jika hutan tak mengalami kerusakan dan perubahan fungsi. Hutan nan asri juga dapat digunakan sebagai media rekreasi dan hiburan. Fungsi lain dari hutan ialah sebagai loka penangakaran hewan langka. Penangkaran hewan langka berfungsi buat melestarikan aneka hidup hutan.

Beberapa hal dapat dilakukan buat mencegah kerusakan lebih parah. Reboisasi hutan dan modernisasi peralatan industri sedikit banyak membantu mengurangi polusi. Selain itu, ekonomis energi dan mengurangi penggunaan bahan fosil juga sangat diperlukan. Di negara-negara maju, kendaraan bermotor berbahan bakar fosil sudah banyak dikurangi. Mereka mengembangkan kendaraan nan menggunakan energi listrik terbarukan nan berasal dari matahari dan angin.

Jika seluruh negara di global melakukan hal-hal nan dapat mengurangi kerusakan alam, maka bukan hal nan tak mungkin dunia warming dan mencairnya es di kutub utara dan selatan dapat dicegah. Meskipun hal ini sulit dilakukan, tak ada salahnya memulai semua itu dari diri sendiri. Mari selamatkan bumi dengan mengurangi polutan nan menyumbang terjadinya imbas pemanasan global. Hentikan penebangan hutan nan mengakibatkan meningkatnya gas karbondioksida. Sayangilah bumi agar kita dapat mewariskannya kepada anak cucu.