Nilai-nilai nan Dapat Didapat dari Biografi Para Pahlawan

Nilai-nilai nan Dapat Didapat dari Biografi Para Pahlawan

Pahlawan nasional ialah orang nan berjasa bagi bangsa dan negara. Menurut Kementrian Sosial RI, ada 147 orang pahlawan nasional dengan 135 orang pahlawan nasional laki-laki, 12 pahlawan nasional perempuan, dan 34 orang dari kalangan TNI/Polri. Dapat dilihat bahwa banyak pahlawan nasional berjenis kelamin laki-laki, namun para pahlawan nan berjenis kelamin perempuan pun banyak. Sepak terjang para pahlawan tersebut bisa kita lihat dalam biografi pahlawan nasional.



Biografi Pahlawan Nasional - Pahlawan Perempuan

Selain para pahlawan laki-laki nan melakukan perlawanan terhadap penjajah, rupanya pahlawan perempuan nan turut berjuang melawan penjajahan di tanah Indonesia pun jumlahnya tak sedikit. Para pejuang wanita nan bersal dari berbagai daerah di Indonesia tersebut rupanya turut memerhatikan nasib bangsa ini sehingga turut berjuang. Di bawah ini akan dibahas sekilas beberapa biografi pahlawan nasional perempuan nan berjuang buat bangsa dan negara melalui pendidikan.

1. Dewi Sartika

Dewi Sartika lahir di Bandung, 4 desember 1884. Beliau ialah tokoh perempuan nan menjadi panutan bagi masayarakat Sunda, pahlawan nan memperjuangkan pendidikan buat kaum perempuan di Jawa Barat. Beliau ialah Putri dari Raden Somanegara dan Raden Ayu Permas. Ayah Dewi Sartika ialah Patih di Bandung pada masanya.

Ketika orang tua Dewi Sartika diasingkan di Maluku, Ia tinggal bersama pamannya Patih Aria, Patih Cicalengka. Dewi Sartika memperjuangkan nasib perempuan buat mendapatkan pendidikan. Pada tahun 1902, Dewi Sartika mulai merintis buat membangun sekolah bagi perempuan dengan mengajarkan keterampilan, membaca, menulis, merajut, berhitung, pelajaran membina ruma tangga, dll.

Lalu kemudian pada tahun 16 juli 1904, beliau mendirikan Sakola Istri di Bandung. Pada tahun 1906, Raden Dewi Sartika menikah dengan pendidik juga yaitu Raden Kanduruan Agah Suriawinata. Dengan memiliki profesi nan sama, membuat Dewi Sartika mendapat dukungan dari suaminya dalam memperjuangkan pendidikan. Pada tahun 1913, Sakola Istri diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri dan diganti lagi menjadi sekolah Raden Dewi di tahun 1929. Sampai saat ini, sekolahnya masih ada di Bandung.

Oleh sebab perjuangannya, Raden Dewi Sartika mendapat gelar pahlawan nasional pada tahun 1966 dengan SK Presiden RI no 152/1966. Beliau mati di Tasikmalaya, 11 september 1947, lalu makamnya dipindahkan ke kompleks pemakaman Bupati di jl. Karang Anyar Bandung di usia 63 tahun. Inilah biografi pahlawan nasional perempuan dari tanah Sunda.

2. Raden Ajeng Kartini

Ibu kita Kartini...
Putri sejati...
Putri indonesia...
Harum namanya...

Raden Ajeng Kartini merupakan seorang pejuang wanita nan gigih. Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah 21 april 1879. Beliau ialah putri Bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A Ngasirah. Beliau pernah bersekolah di ELS Europese Lagere School setingkat SD.

Ibu kita Kartini ..
Pendekar bangsa..
Pendekar kaumnya...
Untuk merdeka..


R.A Kartini ialah pejuang pembela hak wanita buat dapat memperoleh pendidikan nan sama dengan kaum pria. Ia merupakan pendiri sekolah wanita di Jepara dan Rembang. Selain mendirikan sekolah, Kartini juga suka mengirimkan surat kepada temannya di Eropa dan kumpulan surat-suratnya diterbitkan Balai Pustaka di tahun 1911 berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Wahai ibu kita Kartini ...
Putri nan mulia..
Sungguh besar cita-citanya...
Bagi indonesia...

Banyak nan mengenal R.A Kartini, biografi pahlawan nasional perempuan ini sering dipelajari, apalagi hari lahirnya diperingati sebagai hari Kartini. Beliau mati di Rembang, Jawa Tengah 17 September 1904 di usia 25 tahun ketika melahirkan anak pertamanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat, bupati Rembang saat itu.

Pada saat itu, Kartini diminta ayahnya buat menikah. Oleh sebab kepatuhannya kepada orang tua, Kartini muda pun menyetujuinya. Oleh sebab perjuangannya, R.A. Kartini beliau menjadi pahlawan nasional dengan Kepres no. 108 tahun 1964 pada tanggal 2 mei 1964. Inilah biografi pahlawan nasional perempuan nan melegenda dari Jawa Tengah.

3. Maria Walanda Maramis

Tidak seperti Raden Dewi Sartika dan Raden Ajeng Kartini, Maria Walanda Maramis bukan berasal dari pulau Jawa. Beliau lahir di Kema, Sulawesi Utara 1 desember 1872. Orang tuanya bernama Maramis dan Sarah Rotinsulu. Maria bersekolah di sekolah Melayu di Maumbi.

Pada tahun 1890, Maria menikah dengan Joseph Frederick Caselung Walanda. Beliau ialah pejuang di bidang politik dan pendidikan. Beliau memperjuangkan pendidikan dan pemberdayaan kaum ibu-ibu dengan organisasi Percintaan Ibu kepada Anak Turunannya (PIKAT) di tahun 1917. Hal nan diajarkan ialah tugas-tugas rumah tangga yaitu memasak, menjahit.

Pada tahun 1919, beliau memperjuangkan agar wanita memiliki hak suara di forum perwakilan Minahasa Raad dan pada akhirnya di tahun 1921 wanita boleh memiliki hak suara. Di tanggal 1 Desember di Minahasa diperingati sebagai hari Ibu Maria dan patungnya ada di kelurahan Komo luar kecamatan Weang. Maria Walanda Maramis mati di Maumbu, Sulawesi Utara 22 April 1924 di usia 50 tahun. Pada tahun 20 Mei 1969, beliau dianugerahi Presiden Soeharto sebagai pahlawan nasional dengan kepres no.12/TK.1969. Inilah biografi pahlawan nasional perempuan dari tanah Sulawesi.



Biografi Pahlawan Nasional - Nilai-nilai nan Dapat Didapat dari Biografi Para Pahlawan

Sebagai perempuan masa kini nan harus banyak bersyukur sebab keadaan Indonesia lebih baik daripada sebelumnya, tak ada penjajahan, tak sulit buat mendapat pendidikan. Oleh sebab itu, bentuk rasa syukur harus diterapkan dengan belajar dari sejarah, belajar dari biografi pahlawan nasional, nilai-nilai nan dimiliki oleh pahlawan. Hal itu sebab bangsa nan besar ialah bangsa nan menghargai sejarah.

1. Keinginan buat Maju

Para pahlawan ini tak diam saja ketika perempuan Indonesia tak mendapat pendidikan. Mereka ingin membuat para perempuan Indonesia tak begitu saja, tetapi dapat mendapatkan pendidikan. Para perempuan masa kini jangan malas-malasan dan merasa ini memang keadaan Saya nan harus diterima, melainkan perempuan sekarang harus berpikir buat maju, berkeinginan buat lebih baik lagi agar Indonesia dapat lebih maju.

2. Kemauan nan Keras

Walaupun di masa penjajahan sulit sekali buat mendirikan sekolah, namun mereka memiliki tekad nan kuat serta kemauan nan keras buat mendirikan sekolah bagi para perempuan. Para perempuan masa kini tak boleh pantang menyerah melainkan harus memiliki kemauan nan keras agar cita-citanya tercapai.

3. Ingin Berbagi

Dengan keadaan mereka nan lebih baik dan kemampuan mereka nan dimiliki, mereka ini berbagi dengan nan keadaannya kurang. Para perempuan Indonesia masa kini harus bersyukur dengan selalu berbagi kepada nan mampu serta harus melihat lingkungan sekitar, adakah nan perlu dibantu dan apa nan dapat kita bantu.

Tidak usah memikirkan hal-hal nan besar dulu seperti para pahlawan nan mendirikan sekolah, tetapi mulailah dengan membantu hal-hal nan kecil. Misalnya, berikan baju nan sudah tak Anda pakai tetapi masih layak pakai, buku-buku nan masih dapat dibaca atau kemampuan Anda buat mengajar anak-anak nan putus sekolah serta masih banyak hal lainnya nan dapat Anda bagikan kepada sesama nan kurang mampu.

4. Nasionalisme

Para pahlawan nasional ini menunjukkan sikap nasionalisme dengan memperjuangkan hak para perempuan Indonesia buat mendapatkan pendidikan. Hal tersebut dilakukan agar para perempuan Indonesia tak tertinggal. Mereka ingin membuat Indonesia lebih baik lagi dan tak hanya diam saja menerima fenomena bahwa negaranya sedang dijajah dan susah buat sekolah atau tak memiliki hak suara seperti nan dilakukan Maria Walanda Maramis.

Mereka melakukan sesuatu dengan mendirikan sekolah. Para perempuan Indonesia juga dapat menunjukkan sikap cinta tanah air dengan menggunakan sebisa mungkin barang-barang produk Indonesia, sering menggunakan batik protesis dalam negeri, bawa nama baik negara ketika bepergian ke luar negeri, dan masih banyak lagi nan lainnya.

5. Tanggung Jawab

Sebagai perempuan, mereka merasa memiliki peran buat bertanggung jawab atas apa nan perempuan-perempuan Indonesia alami. Para perempuan Indonesia masa kini juga harus bertanggungjawab dengan apa nan sudah miliki. Jangan sia-siakan apa nan sudah didapatkan sebab harus bertanggungjawab dengan misalnya melakukan pekerjaan sepenuh hati serta belajar tanpa merasa dipaksa orang tua.

Inilah beberapa pahlawan nasional perempuan di Indonesia. Tidak hanya perempuan saja nan dapat belajar dari biografi pahlawan nasional perempuan ini, tetapi semua masyarakat Indonesia dapat mengambil manfaatnya. Semoga kita semua dapat banyak belajar dari biografi pahlawan nasional dan dapat menerapkannya di masa sekarang.