Penduduk Kota Kupang

Penduduk Kota Kupang

Kota Kupang ialah salah satu kota besar di wilayah timur Indonesia. Kota ini merupakan kota madya sekaligus Ibu kota dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kota ini terletak di pesisir Teluk Kupang dan di bagian barat bahari Pulau Timor.

Menurut data dari Wikipedia, luas wilayah Kota Kupang ialah 180,27 kilometer persegi. Jumlah penduduknya pada tahun 2010 mencapai 4450.000 jiwa. Wilayah Kota Kupang terbagi menjadi 6 kecamatan dan 50 kelurahan.

Kota Kupang dihuni oleh berbagai suku bangsa di dunia. Kemajuan nan pesat dari tahun ke tahun membuat kota ini mulai diperhitungkan keberadaannya, baik oleh para investor maupun perantau nan berniat mengadu nasib di kota ini.

Namun, di antara suku bangsa nan banyak tersebut tersebut, mayoritas suku nan mendiami Kota Kupang ialah suku-suku lokal nan merupakan penduduk orisinil daerah ini, yaitu suku Timor, Rote, Tionghoa, Sabu, Flores, dan sebagian lagi pendatang dari Pulau Jawa.



Sejarah Panjang Kota Kupang

Menurut sejarahnya, nama Kupang merupakan nama seorang Raja nan pernah memerintah di Kota Kupang, yaitu Raja Nai Kopan atau Lai Kopan. Ia memerintah sebelum bangsa Portugis datang menguasai dan menjajah Nusa Tenggara Timur. Disebutkan bahwa Pulau Timor pada sekitar tahun 1436 memiliki 12 kota bandar, tetapi tak diketahui namanya. Kota Bandar ini terletak di pesisir pantai dan salah satunya menghadap persis ke Teluk Kupang.

Pulau Timor pada masa itu berada di bawah kekuasaan Raja Helong dan raja nan berkuasa pada saat itu ialah Raja Koen lai Bissi. Pada 1613, cengkeraman VOC di wilayah nusantara khususnya Pulau Jawa semakin kuat. VOC nan pada masa itu berkedudukan di Batavia mulai melebarkan sayap perdagangannya ke Nusa Tenggara Timur. Mereka mengirimkan 3 kapal dagang nan di komando oleh Apolonius Scotte dan berlabuh di Teluk Kupang.

Perwakilan VOC ini mendapat sambutan baik dari Raja Helong, bahkan ditawari sebidang tanah buat mendirikan markas/benteng. Pada 29 Desember 1645, Antonio de sao Jacinto seorang padri dari Portugis menjejakkan kakinya di Kupang. Ia menerima tawaran nan sama dari Raja Helong sehingga akhirnya berdiri pula sebuah benteng Portugis.

Namun, benteng ini kemudian ditinggalkan sebab terjadi perselisihan antara mereka. Kemudian, pada tahun 1653 VOC menjejakkan kakinya di Kupang dan merebut benteng Portugis Fort Concordia nan terletak di muara Sungai Teluk Kupang. Perebutan benteng ini dilakukan di bawah pimpinan Kapten Johan Burger. Kemudian, VOC menduduki Kupang di bawah pimpinan Openhofd J. van Der Heiden. VOC menguasai Kupang cukup lama yaitu dari tahun 1653 hingga 1810.

Pengaruh kekuasaan Belanda di Kupang sangat terasa. Konon, nama Kupang sendiri berasal dari lidah orang Belanda. Nama Lai Kopan di lidah orang Belanda disebut sebagai Koepan dan dalam bahasa sehari-hari sering diucapkan menjadi Kupang.

Pada 23 April 1886, Residen Creeve menetapkan batas-batas kota nan bertujuan buat meningkatkan keamanan kota Kupang. Bata-batas kota tersebut diterbitkan dalam Staatblad Nomor 171 tahun 1886. Peristiwa penetapan inilah nan kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Kupang, yaitu 23 April 1886.

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Kota Kupang diserahkan kepada Swapraja Kupang melalui Surat Keputusan Gubernemen tanggal 6 Februari 1946. Kemudian, dialihkan statusnya dalam bentuk Timor Elland Federatie (Dewan Raja-Raja Timor) dengan ketua H. A. A. Koroh, nan juga Raja Amarasi pada tanggal 21 Oktober 1946.

Pada tahun 1949, status Kota Kupang berubah menjadi Haminte dengan wali kota pertamanya Th. J. Messakh. Kemudian, menjelang pemilu tahun melalui Surat Keputusan Mendagri Nomor PUD.5/16/46 tertanggal 22 Oktober 1955, status Kota kupang disamakan dengan wilayah kecamatan.

Kota Kupang berkembang pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1978, status Kecamatan Kota Kupang kembali ditingkatkan menjadi Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1978 dan resmi diberlakukan pada 18 September 1978. Drs. Mesakh Amalo menjadi Walikota Administratif pertama Kota Kupang.

Kemudian, pada 26 Mei 1986 diganti oleh Letkol Inf. Semuel Kristian Lerik hingga Kota Kupang kembali berubah status menjadi Kotamadya Daerah Taraf II Kupang. Kemudian, kota madya Daerah Taraf II Kupang berubah menjadi Kota Kupang dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.



Geografi Kota Kupang

Secara geografis Kota Kupang terletak pada garis lintang 10°36’14”-10°39’58” LS dan 123°32’23”–123°37’01”BT; dengan luas wilayah 180,27 km2. Berdasarkan luas tersebut 735,57 ha di antaranya merupakan kawasan industri, 10.127,40 ha pemukiman, 5.090,05 ha jalur hijau, 219,70 ha perdagangan, 112,50 ha pergudangan.

Selain itu, 480 ha pertambangan, 670,1 ha, pelabuhan laut/udara, 275,67 ha, pendidikan, 209,47 ha pemerintahan/perkantoran, dan 106,54 Ha buat peruntukan lain-lain. Kota Kupang termasuk daerah nan berhawa panas dengan suhu harian berkisar antara 23,8°C - 31,6°C. Daerah sekitar pantai rata-rata suhu udaranya lebih tinggi. Sementara kelembapan udara harian berkisar antara 73%-99%.

Kota Kupang termasuk daerah nan memiliki curah hujan tinggi. Pada tahun 2010 tercatat curah hujan mencapai 1.720,4 mm dan hari hujan sebanyak 152 hari. Curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Januari, mencapai 598,3 mm. Sementara itu, hari hujan paling tinggi terdapat pada bulan Desember, mencapai 28 hari hujan dalam bulan tersebut.

Sementara, jika dilihat dari batas wilayah, Kota Kupang di sebelah utara berbatasan dengan Teluk Kupang, Timur berbatasan dengan Kabupaten Kupang, Barat berbatasan dengan Selat Semau, dan Kabupaten Kupang, sementara di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kupang.



Penduduk Kota Kupang

Penduduk Kota Kupang menyebut diri mereka dengan "Beta orang Kupang". Apabila dilihat dari segi etnis, Kota Kupang dihuni oleh berbagai jenis suku bangsa. Beberapa nan mayoritas di antaranya Suku Timor, Sabu, Rote, Flores, sebagian kecil suku Tionghoa, Jawa, dan beberapa suku bangsa lainnya



Objek Wisata Kota Kupang

Objek wisata nan cukup popular di Kota Kupang ialah Pantai Lasiana. Pantai ini mulai dibuka buat generik oleh Dinas Pariwisata NTT pada tahun 1970-an. Pada tahun 1986, Dinas Pariwisata NTT mulai memoles dan memberi beberapa fasilitas penunjang buat objek wisata tersebut sehingga menarik minat masyarakat lokal dan masyarakat luar daerah bahkan turis asing buat berkunjung ke sana.

Pemerintah Kota Kupang bertekad menjadikan Pantai Lasiana sebagai Taman Budaya Flobamora. Flobamora merupakan sebutan nan mengacu pada nama suku bangsa nan terdapat di sekitar pantai Lasianan, yaitu Flores, Sumba, Timor dan Alor.

Di pinggir pantai Lasiana banyak dibangun lopo-lopo, yaitu sebutan lokal buat pondok tradisional. Lopo-lopo ini dibangun menyerupai payung dengan tiang dari pohon kelapa atau kayu dan beratapkan daun kelapa, ijuk, daun lontar atau daun alang-alang.

Wisata Masakan Kota Kupang

Seperti kita ketahui bahwa Kota Kupang terletak di pinggir pantai maka wisata masakan nan popular di daerah ini pun berbau sea food. Masakan nan paling popular ialah ikan bakar nan berukuran jumbo dengan harga nan miring. Ikan bakar ini dinikmati dengan sambal khas Kupang. Selain itu, terdapat juga cumi-cumi dan udang segar nan ketika dibakar mengeluarkan aroma manis nan menggugah selera.

Selain sea food, masakan Kupang nan khas, yaitu ‘Jangung Bose’. Jagung bose ialah makanan nan terbuat dari campuran jagung, sayuran dan biji-bijian. Ada juga masakan nan diberi nama ‘dasing se’I, yaitu daging nan diasap kemudian dicampur susu, garam dan rempah-rempah sehingga memberikan aneka rasa, ada nan manis dan ada juga nan asin.

Nah, jika Anda suatu saat berkesempatan travelling ke Kota Kupang, jangan pernah lewatkan estetika Pantai Lasiana dan aneka masakan khas nan unik di kota ini. Selamat mencoba.