Indahnya Poligami dalam Film
Wacana poligami masih menjadi perdebatan bagi umat Islam di Indonesia. Salah satu penyebabnya ialah pelaku poligami nan berlaku tak adil. Selain itu, tidak sporadis kekerasan rumah tangga pun dilakukan oleh suami nan berpoligami. Hanung Bramantyo menghadirkan sisi lain kontroversi poligami ini dalam Film Ayat-ayat Cinta .
Poligami ala Ayat-Ayat Cinta
Dalam Novel maupun film Ayat-ayat Cinta, tokoh Fahri melakukan poligami atau mempunyai istri lebih dari satu sebab terdesak keadaan. Maria, gadis nan bisa menjadi saksi dalam persidangannya, jatuh sakit. Ketika mendengar suara Fahri, tanda-tanda kehidupan terlihat pada Maria. Namun, Fahri tak dapat menyentuh atau melakukan stimulus lebih jauh sebab Maria bukan muhrimnya. Maka, sang istri mendorong Fahri buat menikahi Maria.
Fahri dan Maria kemudian menikah dalam keadaan nan sangat memprihatinkan. Mereka menikah di rumah sakit dengan mas kawin seadanya. Setelah menikah, Fahri bisa mengusap Maria, membelainya sebagaimana seorang suami mengasihi istrinya. Dampak stimulus tersebut, pencerahan Maria berangsur-angsur pulih dan ia cukup kuat buat bersaksi dalam persidangan Fahri.
Poligami dalam Novel
Sosok Fahri dalam novel dianggap banyak pembaca sangat sempurna. Ia teguh memegang prinsip dan keyakinannya. Bahkan, saat Maria mengajaknya berdansa, ia menolak dengan halus sambil mengatakan bahwa agama melarang, padahal ia ingin melakukannya. Fahri menikah dengan Maria pun atas dorongan istrinya. Fahri tahu sahih bahwa poligami mensyaratkan keadilan nan mungkin tak dapat diterapkannya.
Habiburrahman El-Shirazy tak memberikan banyak kesempatan bagi Fahri bin Abdillah buat menikmati rumah tangga poligaminya. Setelah sadar dari koma, kondisi kesehatan Maria tak pulih sempurna. Maria meninggal global tak lama setelah Fahri terbebas dari tuntutan tokoh Noura.
Indahnya Poligami dalam Film
Hanung memberikan kesempatan nan cukup banyak bagi Fahri buat menikmati rumah tangga poligaminya. Beberapa adegan memperlihatkan Fahri berusaha adil membagi cintanya pada Maria Girgis (Carissa Putri) dan Aisha (Rianti Cartwright), meskipun barah cemburu sempat membakar kedua istrinya tersebut. Pada akhirnya, Fahri seolah dapat adil memperlakukan mereka.
Satu adegan nan cukup dramatis ialah saat Fahri shalat berjamaah dengan kedua istrinya. Pada adegan inilah Maria menghembuskan napas buat terakhir kalinya. Fahri maupun Aisha terlihat menangisi kematian Maria, satu adegan nan syahdan membuat sebagian penonton turut meneteskan air mata. Visualisasi rumah tangga poligami ala Hanung ini menuai kontroversi dari berbagai kalangan.
Di luar segala kekuarangannya mengenai rumah tangga poligami, Hanung telah berusaha menghadirkan paras lain poligami nan sebenarnya halal buat dilakukan namun sulit pada praktiknya.
Hanung berusaha mengakomodasi masukan dari Kang Abik, sang pengarang, nan mengatakan bahwa pembaca ingin tahu seperti apa rumah tangga poligami nan dilakukan Fahri. Maka dari itulah Hanung menghadirkan rumah tangga poligami dalam menit-menit terakhir film Ayat Ayat Cinta. Dan masalah setuju dan tak terhadap wacana poligami, kembali pada pribadi kita sebagai pononton film.
Poligami dalam Islam
Dan jika kamu takut tak akan bisa berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan nan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) nan kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tak akan bisa berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak nan kamu miliki. Yang demikian itu ialah lebih dekat kepada tak berbuat aniaya. >Al Quran Surat An Nisa ayat 3.
Itulah dasar hokum dalam ajaran agama Islam nan memperbolehkan adanya kehidupan poligami. Jadi memang hokum dlam menjalankan praktek poligami ini ialah mubah atau boleh.
Mubah atau boleh ialah sebuah hal nan bisa dilakukan dan bisa pula buat ditinggalkan. Dalam melakukannya tak ada anjuran diperolehnya pahala atau pun ancaman adanya siksa ketika melakukannya. Jadi memang sejatinya boleh dilakukan atau boleh juga tak dilakukan.
Memang dalam pandangan masayarakat sekarang ini, poligami dianggap sebagai sebuah hal nan tidak manusiawi. Atau bahkan jika poligami dilakukan maka akan menyakiti hati kaum perempuan yaitu istri nan dimadu.
Hal ini sebenarnya sangat wajar jika memang ada di benak setiap masyarakat kita. Karena memang banyak dari aplikasi poligami nan tidak sinkron dengan syariat ajaran agama Islam.
Ada sebuah riwayat nan menunjukkan bagaimana sebenarnya poligami hanyalah sebuah perkara nan ringan buat dilakukan. Pada saat hijrahnya kaum muhajirin dari Mekkah ke Madinah, pada saat itu mereka meninggalkan segala apa nan mereka miliki di Mekkah. Seperti seluruh harta benda, rumah, sanak saudara nan masih tetap kafir di Mekkah atau masih takut buat menunjukan keislaman mereka sehingga tetap di Mekkah. Termasuk juga istri mereka nan mereka tinggalkan di Mekkah.
Kaum anshar nan berada di Madinahlah nan menolong mereka. Untuk mempererat tali persaudaraan nan ada di antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar maka Rasul mempersaudarakan kedua kaum ini.
Untuk membuktikan eratnya tali persaudaraan nan telah terjalin sebab aqidah Islam, ada seorang sahabat yan berbagi harta dan kekayaan. Ada pula sahabat dari kalangan Anshar nan mengatakan kepada saudaranya dari kaum Muhajirin, “ambillah dari istri-istri nan kumiliki nan kau, mereka akan keceraikan buat bisa kau peristri”.
Demikianlah sejatinya poligami di Islam. Alloh dan RasulNya tak pernah mencela orang nan berpoligami sebab memang Alloh telah memperbolehkan adanya poligami di dalam Islam.
Saat ini, ketika ajaran agama Islam hanya dibawa dalam kegiatan ritual keagamaan saja, maka poligami dianggap sebagai sebuah hal nan tercela. Tercela bagi nan melakukan atau pun bagi wanita nan mau dipoligami atau pun dimadu.
Poligami dianggap sebagai sebuah hal nan buruk. Karena biasanya poligami didahului oleh praktek selingkuh antara istri kedua dengan suami. Lalu buat melegalkan interaksi mereka maka si suami pun berpoligami.
Atau kadang dalam parakteknya tak ada keadilan dalam aplikasi poligami tersebut. Walau pun memang nan dianggap adil di loka ini ialah bukan masalah batiniah namun lahiriah. Adil dalam pembagian waktu berkunjung atau bermalam. Adil dalam pembagian harta dan pemenuhan kebutuhan suami istri.
Bukan adil dalam hal kasih sayang. Karena memang tak ada satu manusia pun nan bisa membagi perasaan mereka secara adil. Bahkan rasululoh sendiri tak bisa menggantikan posisi istri beliau tercinta yaitu Khadijah dengan istri beliau nan lain. Sekali pun itu Aisyah ra. Yang merupakan istri kesayangan dari Rasul sepeninggal Khadijah.
Salah satu penentang poligami banyak menggunakan argument keadilan ini dalam menentang poligami. Mereka menganggap bahwa memang tidak ada satu pun manusia di global ini nan bisa berlaku adil seratur persen. Oleh karenanya sudah sepatutnya manusia juga menghindari dalam melakukan praktek poligami.
Sekali lagi bahwa apa nan mereka tentang bisa dikatakan tak tepat. Karena memang adil di loka ini bukanlah syarat dalam aplikasi poligami. Syarat nan harus dilakukan sebelum melakukan praktek poligami. Adil di loka ini ialah sebuah keharusan nan dituntut setelah praktek poligami tersebut.
Alloh memang menganjurkan para pelaku poligami buat berlaku adl kepada semua istri nan mereka miliki. Bahkan Alloh mengancam barang siapa nan memperlakukan semua istri mereka di global dengan tak adil maka ia akan dating pada hari kiamat dengan keadaan pincang sebelah.
Namun, haruslah selalu dipahami bahwa adil sekali lagi bukanlah buat hal perasaan. Adil ialah di dalam hal lahiriyah yaitu pembagian harta benda, pemenuhan kebutuhan dan juga waktu bermalam atau berkunjung.
Satu hal lagi nan harus diingat dalam aplikasi poligami haruslah mencontoh apa nan telah dilakukan oleh Rasul. Rasul telah menempatkan semua istri beliau di rumah nan berbeda. Hal ini buat menghindarkan kecemburuan nan absolut ada di kaum wanita.
Jika memang poligami telah dijalankan sinkron dengan syariat ajaran agama Islam maka tentu tidak ada satu pihak pun nan merasa dirugikan. Karena satu acuan ukuran perbuatan mereka ialah ridho Alloh. Ketika Alloh suka atau ridho terhadap apa nan mereka kerjakan, maka sudah cukuplah hal itu. Itu ialah puncak dari kebahagiaan sejati seorang muslim.
Itulah bagaimana poligami di dalam islam nan sedikit ditunjukan di dalam film ayat ayat cinta.