Bagaimana cara mengukur taraf inflasi?

Bagaimana cara mengukur taraf inflasi?

Memahami arti inflasi ialah hal nan penting. Dengan mengetahui arti dari salah satu kenyataan ekonomi ini, maka kita dapat juga menemukan jawaban dari pertanyaan: mengapa uang 1000 rupiah pada tahun 90-an tak sama nilainya dengan uang 1000 rupiah pada 2012 saat ini?

Yang dimaksud ‘nilai’ di loka ini ialah kemampuan daya tukarnya terhadap barang. Mengapa kalau beberapa tahun lalu, ketika kita ingin beli nasi padang cukup mengeluarkan uang 5 ribu rupiah, maka saat ini harus merogoh kantong buat membayar 8 ribu per porsi. Mengapa ada disparitas harga nan harus dibayar sebesar 3 ribu rupiah?

Inflasi ialah bagian dari kenyataan ekonomi nan terjadi bukan hanya di negara berkembang seperti Indonesia saja, tapi juga ‘menyapa’ semua negara termasuk negara maju seperti Amerika, Jepang atau negara di bagian Eropa Barat. Bedanya terletak pada taraf inflasinya.

Di negara maju, harga-harga nan ada dapat dikatakan nisbi stabil, dan ketika terjadi inflasi, taraf keparahannya masih termasuk rendah nan berkisar antara 3%-5% per tahun. Hal ini berbeda dengan kondisi harga-harga nan ada di negara berkembang nan cenderung fluktuatif dan taraf keparahan inflasinya lebih tinggi dari nan terjadi di negara maju.

Kondisi nan terjadi di developing countries ini tak terlepas dari kondisi ekonomi, sosial dan politik nan memang nisbi belum stabil. Ketika kondisi ekonomi-sosial-politik itu sedikit ada guncangan, maka ini dapat berpengaruh terhadap kenaikan inflasi.



Sebenarnya apa arti inflasi?

Secara sederhana, arti inflasi di loka ini ialah keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga barang nan ada di masyarakat dan berlangsung secara terus menerus. Terjadinya inflasi ini diakibatkan oleh beberapa faktor pemicu, antara lain:

  1. Terjadinya ketidaklancaran pada distribusi barang.
  2. Meningkatnya konsumsi masyarakat.
  3. Berlebihnya likuiditas di pasar nan dapat memicu terjadinya spekulasi.

Inflasi ini juga dapat dimaknai sebagai penurunan nilai mata uang secara terus menerus. Pada prinsipnya, dari sudut pandang ekonomi dikatakan bahwa inflasi terjadi sebab tak atau belum adanya kesesuaian antara laju pertambahan uang nan beredar di masyarakat dengan pertumbuhan barang dan jasa nan ada.

Inflasi dilihat sebagai proses dari peristiwa ekonomi, bukan diarahkan pada tinggi rendahnya harga. Taraf harga nan tinggi belum tentu dapat dimaknai sebagai petunjuk terjadinya inflasi. Dapat disebut inflasi jika syarat-syaratnya terpenuhi, yaitu kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan bersifat mempengaruhi nan lainnya.

Momentum hari raya umat Islam atau seremoni acara umat beragama lainnya nan biasanya ditandai dengan naiknya harga barang-barang kebutuhan tak bisa dikatakan sebagai inflasi. Hal ini dikarenakan bahwa kenaikan barang-barang itu hanya bersifat temporer atau sementara. Selain itu naiknya harga 1 atau beberapa barang saja juga tak bisa dikatakan sebagai inflasi.



Bagaimana cara mengukur taraf inflasi?

Dari berbagai metode nan digunakan buat mengukur taraf inflasi, ada 2 metode nan sangat familiar dan sering dipakai, yaitu CPI dan GDP Deflator. CPI ( Consumer Price Index ) atau Indeks Harga Konsumen (IHK) ialah perubahan harga rata-rata nan dibayarkan konsumen rumah tangga ( householed ) ketika membeli barang atau jasa.

Selain sebagai salah satu alat buat mengukur inflasi, IHK ini juga digunakan buat menentukan perubahan tingkah upah, gaji, uang pensiun dan kontrak lainnya. Sedangkan buat memprediksi IHK masa depan, maka indikator nan digunakan ialah IHP (Indeks Harga Produsen). IHP ini ialah harga rata-rata nan harus dibayar oleh produsen buat membeli bahan mentah bagi keperluan produksinya.

Alat buat mengukur taraf inflasi berikutnya ialah GDP Deflator atau deflator PDB. GDP deflator menunjukkan seberapa besar perubahan nan terjadi pada harga nan meliputi semua harga barang nan baru, produk lokal, barang jadi serta jasa. Harga Indeks Konsumen (IHK) serta GDP Deflator inilah nan digunakan buat mengetahui taraf inflasi suatu negara pada tahun tertentu.

Sebuah negara dapat dikatakan sedang mengalami inflasi jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Terjadinya kenaikan harga barang secara terus menerus
  2. Jumlah uang nan berada di masyarakat melebihi kebutuhan
  3. Terjadinya penurunan terhadap nilai mata uang

Inflasi dibedakan menjadi 4 berdasarkan taraf keparahannya, yaitu:

  1. Inflasi ringan, apabila taraf inflasinya sebesar 10 atau 20 persen dalam kurun waktu 1 tahun.
  2. Inflasi sedang, berarti taraf inflasi nan terjadi sebesar 10 sampai dengan 30 persen setahun.
  3. Inflasi berat, berkisar antara 30 sampai dengan 100 persen setahun.
  4. Hiperinflasi, berarti taraf inflasinya lebih dari 100 persen setahun.

Berkaitan dengan penyebab terjadinya, inflasi dibedakan menjadi dua, yakni:



Demand Inflation

Inflasi jenis ini terjadi sebab permintaan masyarkat akan barang dan jasa nan kuat. Hal ini dapat jadi dipicu oleh semakin membaiknya taraf pendapatan masyarakat. Karena pendapatan naik, maka kesamaan taraf konsumsi akan barang dan jasa juga mengalami kenaikan.

Misalnya, ketika seseorang pendapatannya belum naik, jumlah konsumsi akan daging sapi hanya ½ kilogram per minggu. Ketika pendapatannya naik, konsumsinya berubah menjadi 2 kali lipat sebedar 1 kilogram. Meningkatnya taraf konsumsi ini akan memicu terjadinya inflasi.



Cost-Push Inflation

Untuk inflasi nan disebabkan oleh cost-push inflation , akar penyebabnya ada disisi produksi. Misalnya sebab harga BBM naik, menyebabkan upah nan harus dibayar kepada para buruh/pegawai niscaya akan mengalami kenaikan. Karena bahan bakar dan upah buruh masuk dalam biaya produksi perusahaan, buat mencegah terjadinya kerugian besar-besaran, maka produsen menaikkan harga produknya baik berupa barang atau jasa.

Berdasarkan asal-usul terjadinya, inflasi dibedakan menjadi 2, yakni:



Domestic Inflation

Sesuai dengan namanya, domestic inflation berasal dari dalam negeri. Hal ini dapat dipahami dengan mangambil contoh misalnya pemerintah sedang mengalami defisit aturan dan mengambil kebijakan buat mencetak uang baru buat menambah jumlah uang nan beredar.

Jika penawaran akan barang dan jasa tetap, maka kondisi ini akan meningkatkan taraf permintaan barang dan jasa di masyarakat. Hal inilah nan akhirnya dapat mendorong terjadinya kenaikan harga barang-barang.



Imported Inflation

Inflasi nan berasal dari luar negeri ini dapat terjadi sebab negara-negara nan bersangkutan mengimpor barang dari luar. Karena dari negara asalnya barang nan dimpor sudah mengalami kenaikan, maka begitu sampai ke Indonesia tentu saja harga nan di bandrol juga akan menanjak. Hal ini akan menyebabkan bertambahnya biaya produksi bagi importir nan kemudian membebankan kenaikan biaya produksi itu ke harga barang.

Tidak bisa ditampik bahwa inflasi dapat terjadi hampir di semua negara. Tetapi membiarkan inflasi bergerak semaunya sendiri bukanlah hal nan bijaksana. Hal ini dikarenakan inflasi nan tak terkendali dapat menghancurkan perekonomian dalam waktu nan singkat. Oleh sebab itu, pemerintah perlu mengambil berbagai langkah kebijakan buat menekan laju dari inflasi ini. Kebijakan-kebijakan nan dapat diambil pemerintah adalah:



Kebijakan Moneter

Kebijakan ini ditempuh dengan jalan mengatur peredaran uang nan beredar. Bank sentral nan memegang otoritas pengaturan uang beredar dapat mengatur uang giral nan beredar di masyarakat dengan menggunakan instrumen berupa operasi pasar terbuka ( Open Market Operation ), penetapan taraf diskonto ( Discount Rate Policy ), serta penetapan rasio wajib minimum ( Reserve requirement ).

Open Market Operation dilakukan dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan peredaran uang, bank sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan buat mengurangi peredaran uang, bank sentral membeli surat-surat berharga itu.

Discout rate policy merupakan kebijakan bank sentral dalam menetapkan taraf kembang sebagai pinjaman kepada bank umum. Sedangkan nan dimakusd dengan Reserve Requirement merupakan proporsi cadangan minimum nan harus dipegang bank generik atas simpanan masyarakat nan dimiliki.



Kebijakan Fiskal

Kebijakan ini ditempuh dengan cara mengatur pengeluaran pemerintah dan perpajakan. Kedua hal ini secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dapat berakibat terhadap perubahan harga nan dapat menimbulkan munculnya inflasi.



Kebijakan nan Berkaitan dengan Output

Kebijakan ini diwujudkan dengan cara menurunkan bea impor, sehingga akan meningkatkan laju produk impor. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri nan disuplai dari luar cenderung mampu menurunkan taraf harga.

Demikian klarifikasi singkat tentang arti inflasi. Harapannya dengan mengetahui arti inflasi, kita lebih mudah menganalisis setiap kejadian nan berhubungan dengan bidang ekonomi secara lebih cermat dan tepat.