Ciri-Ciri Fisik Anak Autis
Dapatkah Anda mengenali karakteristik anak autis secara sepintas? Autisme ialah gangguan psikologis nan mempengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan sifat anak. Kata autisme berasal dari bahasa Yunani, autos, yang berarti 'sendiri'. Hal ini berkaitan dengan sifat khas anak autis nan cenderung menarik diri dari kehidupan di luar dirinya.
Gejala autisme ini pertama kali dijelaskan oleh seorang psikiater asal Amerika, Leo Kanner, pada 1943. Pada awalnya, autisme dianggap sebagai bagian dari penyakit jiwa ( schizophrenia ), tetapi kemudian diketahui bahwa hal ini tak benar. Meskipun masih menjadi perdebatan, berdasarkan hasil kajian dan penelitian para ahli, gangguan autisme berhubungan dengan tak normalnya fungsi otak nan disebabkan oleh faktor genetik.
Ciri-Ciri Anak Autis Secara Umum
Sejak 1990-an, jumlah anak autis mengalami peningkatan. Beberapa hasil survei mencacat bahwa saat ini 1 dari 500 anak di global mengalami gejala autisme. Selain itu, gejala autisme lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan. Akan tetapi, kasus autisme pada anak perempuan menunjukkan gejala nan lebih parah dibanding nan terjadi pada anak laki-laki.
Sampai saat ini, belum ada pengobatan spesifik nan bisa menyembuhkan autisme. Namun, dengan serangkaian terapi tertentu, gejala autisme ini bisa dikurangi. Selain itu, mengetahui ciri-ciri anak autis sejak dini akan memudahkan proses penanganannya. Bagaimana ciri- ciri anak autis tersebut? Seseorang nan mengalami autisme akan menunjukkan gejala generik berupa kesulitan nan serius dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain dan adanya keterlambatan perkembangan mental sejak orang tersebut masih bayi. Adapun beberapa karakteristik generik autisme ialah sebagai berikut.
1. Kesulitan Melakukan Kontak Sosial
Kesulitan dalam melakukan kontak sosial ini seringkali menjadi karakteristik awal autisme. Hal ini sebab kesulitan kontak sosial anak autis telah terjadi sejak bayi. Bayi autis pada umur 0 - 6 bulan cenderung tak merespons orang-orang di sekitarnya sehingga tampak lebih pasif (tidak memberikan senyum atau tawa secara sosial, tak banyak bergerak, dan sporadis menangis).
Sementara itu, pada usia 7 - 12 bulan, bayi autis cenderung tak bereaksi pada respon suara, tak tertarik pada mainan, asyik dengan bagian tubuhnya sendiri atau benda-benda eksklusif (tidak peduli terhadap lingkungan sekitar), dan ketika digendong terasa lebih kaku atau tegang.
2. Kesulitan dalam Berkomunikasi
Kesulitan komunikasi nan dialami anak autis bisa berupa kesulitan dalam komunikasi dengan menggunakan kata-kata maupun dengan bahasa tubuh. Seringkali anak autis mengalami keterlambatan dalam berbicara. Bahkan, ada nan tak dapat berbicara sama sekali hingga mereka dewasa.
Kesulitan berkomunikasi anak autis bisa dimulai sejak usia 2 sampai 3 tahun. Pada usia ini, anak autis cenderung tak mempunyai keinginan buat bermain dengan anak-anak seusianya, tetapi lebih bahagia menyendiri dan digendong oleh orang tuanya. Kemudian, setelah menginjak usia antara 4 sampai 5 tahun, anak autis sering menunjukkan konduite echolalia, yaitu mengulang kata-kata atau meniru suara-suara nan ia dengar.
3. Menampilkan Kebiasaan Tidak Lazim
Kebiasaan-kebiasaan tak lazim nan ditunjukkan oleh anak autis mungkin bervariasi. Namun, nan paling generik ditemukan ialah sering mengeluarkan suara-suara aneh dan berteriak-teriak, gampang marah, agresif, dan sering menyakiti diri sendiri. Kebiasaan ini mulai bisa diamati ketika anak autis berusia sekitar 4 tahun.
Jika dibuat kesimpulan, ciri-ciri anak nan mengidap autisme dapat diurutkan sebagai berikut:
-
Tidak dapat menjalin komunikasi hubungan sosial nan memadai
-
Kurang mampu melakukan kontak mata
-
Wajah tak terlalu menunjukkan ekspresi
-
Gerak-gerik tubuh saat berkomunikasi kurang tertuju
-
Tidak mampu berteman dan bermain dengan teman sebayanya
-
Tidak memiliki sifat empati
-
Kesulitan melakukan kontak sosial apalagi membuat interaksi sosial dan emosional nan sifatnya resprokatif
-
Terlambat berbicara, bahkan sama sekali tak bisa berbicara
-
Jika berbicara, bicaranya itu bukan dipakai sebagai media komunikasi melainkan sebagai aktivitasnya sendiri
-
Mengucapkan bahasa aneh serta sering mengulang-ulang bahasa aneh tersebut
-
Kurang daya khayalan dan kurang mampu meniru
-
Memiliki minat akan satu hal dengan cara unik dan berlebihan
-
Sering kali terpaku pada suatu aktivitas nan bersifat rutinitas dan ritualistik; nan sebenarnya tidak ada gunanya
-
Melakukan gerakan-gerakan aneh nan diulang-ulang; kadang membahayakan dirinya sendiri
-
Sering terlihat mengagumi bagian-bagian eksklusif pada suatu benda
Ciri-Ciri Fisik Anak Autis
Selain ciri-ciri mental, beberapa ilmuwan di global mengklaim telah menemukan tanda anak autis melalui fisiknya. Sebenarnya ciri-ciri fisik ini masih kontroversial, sebab autisme dianggap gangguan konduite mental nan sulit atau tak menunjukkan gejala fisik eksklusif nan signifikan. Namun hal ini tak menghalangi para ilmuwan dari Universitas Missouri buat melakukan penelitian guna memetakan ciri-ciri fisik anak autis. Hasilnya, terlihat disparitas jelas antara anak autis dan anak tak autis, dilihat dari bentuk wajah, bibir, dan mata.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu orang tua mendeteksi dini anaknya nan terkena autis. Akan tetapi karakteristik fisik saja tak cukup. Untuk mendiagnosis anak autis diperlukan penelitian mendalam atas tingkah laku dan karakteristik mentalnya juga. Meskipun dianggap sebagai karakteristik autisme, ciri-ciri fisik ini belum diketahui prosedur hubungannya dengan perkembangan otak anak autis sejak dalam kandungan (apakah kelainan pertumbuhan otak di dalam kandungan memengaruhi bentuk paras atau tidak). inilah ciri-ciri fisik anak autis nan disebutkan oleh para ilmuwan dari universitas tersebut:
-
Bibir cenderung lebar
-
Area antara bibir atas dan hidung pun lebih lebar
-
Ada jeda horizontal nan lebar di antara dua mata
-
Bagian tengah paras anak tersebut terlihat sempit, terutama di daerah hidung dan pipi
Ciri-ciri tersebut disimpulkan setelah ilmuwan melakukan penelitian dan pengamatan terhadap 62 anak 12 tahun nan didiagnosa autis. Agar memiliki pembanding, para ilmuwan juga meneliti dan mengamati 41 orang anak tanpa gejala klinis dan riwayat terdiagnosa autisme. Penelitian dilakukan dengan memotret paras anak-anak tersebut menggunakan kamera spesifik nan mampu menghasilkan gambar 3 dimensi. Dari gambar-gambar itulah berbagai inovasi karakteristik paras unik anak autis disimpulkan.
Ciri-Ciri Anak Autis Berdasarkan Jenisnya
Secara khusus, ada beberapa jenis autisme. Jenis-jenis tersebut memiliki ciri-ciri spesifik nan signifikan dan spesifik. Inilah beberapa jenis autisme dan ciri-cirinya.
1. Autisme di masa kanak-kanak atau childhood autism
Disebut autisme masa kanak-kanak sebab terjadi sebelum anak berumur 3 tahun. Gejala nan tampak ialah gangguan di bidang komunikasi (terlambat bicara, menggunakan bahasa nan tak lazim, tak mampu memulai berkomunikasi verbal dengan baik, dan sebagainya), hubungan sosial (tidak ekspresif, tak menatap mata saat berbicara, tak terlibat secara emosional dengan teman sebaya, tak spontan, tak empati, dan sebagainya), dan konduite (suka melakukan aktivitas aneh sendirian, memiliki rutinitas aneh nan terjadwal dan berlebihan, melakukan gerakan-gerakan aneh, terlalu suka pada bagian benda tertentu, dan sebagainya).
2. Gangguan Perkembangan Pervasif YTT (PDD-NOS)
PDD-NOS memiliki karakteristik seperti autisme di masa kanak-kanak, terutama gangguan di bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku. Akan tetapi gejala-gejala tersebut tak banyak muncul seperti pada autisme di masa kanak-kanak. Artinya, gejala autismenya lebih ringan sehingga terkadang si anak masih mampu menatap mata versus bicara, paras lebih ekspresif, dan dapat diajak bercanda.
3. Sindroma Rett
Sindroma Rett ialah gangguan autisme masa kanak-kanak nan terjadi pada anak perempuan. Saat lahir, ia normal. Bahkan pertumbuhannya hingga usia 6 bulan baik-baik saja dan normal. Akan tetapi setelah melewati 6 bulan si anak mulai memperlihatkan ciri-ciri anak autis dan kemunduran perkembangan. Ia tak mampu berbahasa dengan baik dan tak ekspresif. Biasanya anak seperti ini akan menarik diri dari pergaulan sosial.