Reproduksi Kelapa Sawit
Kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq ) ialah salah satu komoditi perkebunan nan paling diminati di Indonesia. Selain prospek pasarnya nan bagus, tanaman ini juga menjamin kontinuitas produksi setiap waktunya. Apa sebenarnya nan diminati dari kelapa sawit? Mengapa ia sekarang seolah menjadi "emas" hijau nan diburu oleh banyak pihak?
Tanaman kelapa sawit merupakan sumber minyak botani nan saat ini banyak digunakan di seluruh dunia. Diperkirakan, produksi minyak kelapa sawit terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan menurut data Oil World pada tahun 1998, produksi minyak sawit global menduduki posisi kedua terbanyak setelah minyak kedelai.
Produksi minyak sawit global mencapai 17,5 ton. Di Indonesia sendiri, sawit menempati posisi ekonomi nan strategis. Ia memberikan kontribusi ekonomi nan besar bagi sistem perekonomian Indonesia, terutama dari sektor perkebunan. Sayangnya, kontribusi ekonomi tersebut masih dalam bentuk distribusi minyak mentah.
Pada tahun 1997, diberitakan bahwa industri perkebunan kelapa sawit telah menyumbangkan kontribusi ekonomi hingga Rp. 3,33 triliun rupiah per tahun. Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat cepat dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Menurut data, perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia pertama kali meningkat pada awal tahun 80-an.
Tidak butuh waktu lama, pada awal tahun 2000, total luas perkebunan kelapa sawit meningkat pesat. Bahkan, luas perkebunan kelapa sawit diperkirakan mencapai 3,2 juta ha dengan potensi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 6,5 ton. Kesamaan ini diramalkan akan terus berlanjut, mengingat semakin beragamnya industri hilir kelapa sawit.
Hal ini tentu saja akan mendorong meningkatnya kebutuhan akan minyak sawit. Bersamaan dengan itu, harga minyak mentah global (CPO) pun cenderung semakin membaik. Kondisi ini tentu saja akan menarik minat para investor buat menanamkan modalnya di sektor perkebunan sawit ini.
Klasifikasi Nabati Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama oil palm . Sementara dalam sistem klasifikasi botani, kelapa sawit masuk dalam ordo palmales, familia palmaceae serta genus elaeis. Dalam strata spesies, dikenal ada dua macam spesies kelapa sawit, yaitu elaeis guineensis jaqc (Kelapa sawit Afrika) dan elaeis melanococca (Kelapa sawit Amerika Latin).
Jadi, tanaman sawit termasuk dalam keluarga palma, sering juga disebut dengan palma bulu. Mengapa disebut palma bulu? Karena tanaman sawit ini memiliki tangkai atau pelepah daun nan mempunyai baris anak daun nan antarsisinya tak saling terikat satu sama lain. Sebagaimana tanaman dari keluarga palma lainnya, kelapa sawit ialah tanaman berbatang tunggal. Batangnya tinggi menjulang lurus mencapai ketinggian hingga 15 meter.
Morfologi Kelapa Sawit
Seperti sudah diulas sekilas di atas, kelapa sawit merupakan tanaman dari keluarga palma atau palm. Sebagaimana keluarga palma pada umumnya, tanaman sawit berakar serabut dan memiliki pokok batang tegak lurus, tak bercabang. Kedalaman akar hanya berkisar antara 15-30 cm (sangat dangkal). Sehingga, tanaman kelapa sawit sangat peka terhadap kekeringan.
Kelapa sawit memiliki batang nan tegak, lurus, dan tak bercabang. Diameter batang berkisar antara 40-75 cm. Sedangkan tingginya berkisar antara 15 sampai 18 meter. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk. Pelepah tersusun melingkar membentuk spiral mengelilingi batang. Pelepah daun dapat mencapai panjang 9 meter. Jumlah helaian dalam satu pelepah berkisar antara 100-160 pasang, dengan panjang helaian dapat mencapai 1,2 meter.
Reproduksi Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit bisa dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif pada tanaman kelapa sawit ialah batang, akar, dan daun. Sementara bagian generatif tanaman kelapa sawit ialah kembang dan buah nan berfungsi sebagai alat reproduksi. Tanaman sawit merupakan tanaman berumah satu ( monocieus ), di mana kembang jantan dan kembang betina berada pada pohon nan sama.
Bunga dapat melakukan penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan silang. Pada umumnya, tanaman mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun setelah tanam. Lama proses dari penyerbukan hingga kematangan buah terjadi selama 5-6 bulan. Buah kelapa sawit terdiri atas kulit buah, daging buah, cangkang, dan inti.
Buah tersusun dalam satu tandan. Karakteristik kematangan pada buah sawit tampak pada tampilan kulit buahnya. Buah nan sudah matang rona kulit buahnya berubah dari hijau menjadi merah jingga. Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji. Jadi, buat mendapatkan bibit baru, kita harus mengecambahkan biji sawit nan sudah masak secara psikologis.
Biasanya, biji nan digunakan sebagai bibit diproduksi secara spesifik pada kebun penangkar atau kebun induk. Hal ini dimaksudkan agar bibit nan dihasilkan berkualitas dan seragam. Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit berbeda-beda. Ada beberapa faktor nan memengaruhi produktivitas kelapa sawit, di antaranya yaitu sebagai berikut.
- Jenis atau varietas tanaman
- Iklim
- Jenis tanah dan kesuburan
- Topografi.
- Teknik budidaya
- Perawatan
Namun secara umum, faktor nan paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit ialah tindakan kultur teknis. Contoh faktor kultur teknis nan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman antara lain sebagai berikut.
- Pembibitan
- Pembukaan lahan
- Peremajaan
- Pembangunan epilog tanah
- Pnanaman
- Penyisipan kelapa sawit
- Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan
- Pemeliharaan tanaman menghasilkan
- Pengendalian hama dan penyakit
- Pemupukan
- Pemanenan
- Pengangkutan dan
- Pengolahan
Jenis-jenis Tanaman Kelapa Sawit
Seperti sudah dicantumkan pada sistem klasifikasi tumbuhan buat tanaman kelapa sawit, bahwa kelapa sawit nan banyak dibudidayakan di Indonesia ada dua macam, yaitu E. guineensis dan E. oleifera. Pada umumnya, jenis pertama (E. guineensis) ialah jenis tanaman kelapa sawit nan banyak dibudidayakan oleh orang, khususnya di Indonesia.
Pada dasarnya, kedua jenis tanaman kelapa sawit ini memiliki keunggulan. E. guineensis memiliki keunggulan pada kemampuan berproduksi nan tinggi. Sementara jenis tanaman sawit E. oleifera, memiliki keunggulan pada ukuran atau tinggi pokok tanaman nan lebih rendah. Belakangan, seiring dengan kemajuan pengetahuan di bidang pemuliaan, mulai banyak para pakar genetika dan breeder nan termotivasi buat menyilangkan kedua jenis tanaman tersebut.
Dengan harapan, dari persilangan tersebut hadir sifat-sifat unggul nan diinginkan, yaitu tipe spesies kelapa sawit nan memiliki produksi tinggi dan pokok tanaman nan rendah. Sehingga, dari persilangan tersebut lahirlah berbagai varietas tanaman kelapa sawit baru nan memiliki keunggulan tersendiri.
Sementara itu, dilihat dari ketebalan cangkang buahnya tanaman sawit terdiri dari tiga tipe yaitu sebagai berikut.
1. Dura
Dura ialah jenis sawit nan memiliki cangkang buah nan tebal, terlihat dari ukuran buahnya nan besar-besar. Biasanya, kandungan minyak sawit tipe ini hanya 18% per tandan.
2. Pisifera
Sawit tipe ini tak memiliki cangkang, sehingga inti (kernel) nan menghasilkan minyak hemat pada sawit tipe ini juga tak ada. Tanaman sawit ini memiliki kembang betina nan sering steril (mandul), sehingga tanaman ini biasanya cenderung sporadis berbuah.
3. Tenera
Tanaman kelapa sawit jenis tenera ialah hasil persilangan antara induk betina dura dan induk jantan pisifera. Jenis tenera inilah kemudian nan banyak dibudidayakan pada perkebunan sawit buat produksi. Mengapa? Karena tanaman sawit jenis tenera memiliki keunggulan nan melengkapi kekurangan pada jenis dura dan pisifera.
Tenera memiliki cangkang buah tipis, namun kembang tetap fertil. Pada beberapa tenera unggul, persentase daging per buah mencapai 90% dan kandungan minyak per tandan nan dihasilkan mencapai 28%.