Contoh Penerapan Teori Kognitif Piaget
Sudah generik diketahui, muncul teori kognitifisme ialah dilatarbelakangi penolakan atas pemahaman nan menyatakan bahwa pembentukan tingkah laku nan diperoleh disebabkan pengulangan stimulus-respon (Behaviorisme). Di antara tokoh-tokoh kognitivisme adalah, Piaget, Bruner, Gagne dan sebagainya. Di dalam artikel ini hanya akan dikupas teori kognitif Piaget .
Piaget dan Ketertarikannya dengan Psikologi
Piaget ialah putra daerah Neuchatel, Swiss nan dilahirkan pada tanggal 9 Agustus 1896. Ia termasuk anak nan cepat matang. Hal ini terekam dari kepintaran dan kemampuannya di sekolah. Saat masih SMA, Piaget sudah menerbitkan beberapa makalah, khususnya tentang biologi. Ia mulai tertarik dengan psikologi saat mengajar di sekolah nan dikelola Alferd Binet. Saat ia membantu dalam evaluasi contoh dari tes-tes intelegensia, ia menemukan sesuatu nan baru.
Piaget menemukan kenapa anak kecil tetap memberikan jawaban nan salah buat beberapa pertanyaan tertentu. Ia tak menganalisis jawaban-jawaban salah tersebut. Tapi, nan menjadi perhatiannya kenapa mereka selalu salah pada pertanyaan tersebut sedangkan nan lebih dewasa tak melakukan kesalahan. Inilah nan menyebabkannya tertarik buat terjun di global psikologi. Piaget berasumsi bahwa proses kognitif anak-anak lebih kecil dan berbeda dengan orang dewasa.
Piaget dan Termin Perkembangan Kognitif
Dalam analisis Piaget, ia menemukan bahwa termin perkembangan kognitif manusia terbagi kepada empat tahapan:
- Tahap Sensorimotor. Termin berada pada usia 1,5 – 2 tahun
- Tahap Praoperasional. Termin ini berada pada usia 2-8 tahun
- Tahap Operasional konkret. Termin ini berada pada usia 8-14 tahun
- Tahap Operasional Formal. Termin ini berada pada usia 14 tahun lebih
Atas dasar tahapan usia di atas, sebagaimana nan dimuat dalam buku-buku psikologi kognitif, Piaget membagi proses belajar manusia dalam tiga tahapan, dan ini menjadi dasar teori kognitif piaget
- Asimilasi. Yaitu, proses penggabungan informasi baru ke dalam struktur kognitif nan sudah ada dan terekam dalam benak si pembelajar sebelumnya.
- Akomodasi. Yaitu, penyelarasan struktur kognitif dalam situasi nan baru diterimanya.
- Equilibrasi. Yaitu, penyelarasan dalam pengkombinasian antara asimilasi dengan akomodasi.
Contoh Penerapan Teori Kognitif Piaget
Untuk memudahkan Anda memahami teori kognitif Piaget berdasarkan ketiga tahapan di atas, maka ditampilkan contohnya. Jika seorang siswa SD kelas satu sudah belajar dan mengenal jenis-jenis huruf. Lalu gurunya memperkenalkan cara menggabungkan huruf hingga dapat dibaca dalam bunyi kata, maka proses penyatuan antara jenis huruf nan ada di benak si murid dengan proses penggabungan huruf hingga dapat dibaca dalam bentuk (informasi baru). Inilah nan dinamakan dengan asimilasi.
Sedangkan akomodasinya, jika siswa diberi soal latihan membaca kata demi kata lalu ia dapat menerapkan ilmu nan dimilikinya dan sukses menjawabnya. Adapun equilibrasinya terletak pada kemampuannya dengan proses penggabungan huruf hingga dapat dibaca menjadi bunyi kata dan ia bisa terus mengembangkan dan menambah ilmunya. Tak hanya itu, ia sekaligus bisa menjaga stabilitas mental di dalam dirinya.
Pendapat Piaget Tentang Pendidikan
Menurut Piaget, pengalaman pendidikan harus dibangun di seputar struktur kognitif pembelajar. Anak-anak berusia sama dan dari kultur nan sama cenderung memiliki struktur kognitif nan sama, tetapi ialah mungkin bagi mereka buat memiliki struktur kognitif nan berbeda dan karenanya membutuhkan jenis materi belajar nan berbeda pula.
Di satu sisi, materi pendidikan nan tak dapat diasimilasikan ke struktur kognitif anak tak akan bermakna bagi anak. Jika, di sisi lain, materi dapat diasimilasi secara komplek, tak akan ada proses belajar nan terjadi. Agar belajar terjadi, materi perlu sebagiannya sudah diketahui dan sebagian laginya belum diketahui. Bagian nan sudah diketahui akan diasimilasi, dan bagian nan belum diketahui akan menimbulkan modifikasi dalam struktur kognitif anak. Modifikasi ini disebut akomodasi, nan bisa disamakan dengan belajar.
Jadi, menurut Piaget, pendidikan nan optimal membutuhkan pengalaman nan menantang bagi si pembelajar sehingga proses asimilasi dan akomodasi bisa menghasilkan pertumbuhan intelektual. Untuk menciptkaa jenis pengalaman ini, guru harus tahu level fungsi struktur kognitif siswa.
Dapat ditarik pemahaman, baik Piaget maupun kaum behavoris telah mendapatlan konklusi nan sama dalam pendidikan, yaitu pendidikan harus diindividualisasikan. Piaget mendapatkan konklusi ini dengan menyadari bahwa kemampuan buat mengasimilasi akan bervariasi dari satu anak ke anak nan lain dan bahwa materi pendidikan harus disesuaikan dengan struktur kognitif anak.
Behavoris mencapai kesimpulannya dengan menyadari bahwa penguatan haruslah bergantung pada konduite nan tepat, dan penyaluran penguat yag tepat membutuhkan interaksi tatap muka antara guru dengan murid atau antar murid dengan materi pelajarannya.
Ringkasan Teori Piaget
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor nan memberi kerangkan bagi intraksi awal mereka dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian nan bisa diasimilasika ke skemata itulah nan bisa direspon oleh si anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak.
Akan tetapi, melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik nan harus diakomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui hubungan dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi ini ialah proses nan lambat, sebab skemata baru tersebut selalu berkembang dari skemata nan sudah ada sebelumnya.
Dengan cara ini, pertumbungan intelektual nan dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi nan membebaskan anak dari kebutuhan buat berhadapan langsung dnegan lingkungan sebab dalam hal ini anak sudah mampu melakukan manipulasi simbolis. Perkembangan tindakan nan diinteriorisasikan memberi anak cara nan kompleks buat menangani lingkungan, dan karenany mereka mampu melakukan tindakan intelektual nan lebih kompleks.
Karena struktur kognitif anak lebih terartikulasikan, demikian juga dengan lingkungan fisiknya, maka bisa dikatakan bahwa struktur kognitif mereke mengkonstruksi lingkungan fisik. Perlu diingat bahwa istilah intelligent (cerdas) dipakai oleh Piaget buat mendeskripsikan semua aktivitas adaptif.
Jadi, konduite anak nan memegang mainan ialah sama cerdasnya dengan konduite anak nan lebih tua dalam memecahkan problem. Perbedaannya adalah, dalam struktur kognitif nan tersedia bgai setiap anak. Menurut Piaget, tindakan nan cerdas selalu cenderung menciptakan ekuilibrium antara organisme dengan lingkunagnnya dalam situasi saat itu. Dorongan ke arah ekuilibrium ini dinamakan equilibrasi.
Meskipun perkembangan intelektual ialah berkelanjutan selama masa kanak-kanak, Piaget memilih buat menyusun termin perkembangan intelektual. Dia mendeskripsikan empat tahapan utama:
- Sensorimotor, di mana anak berhadapan langsung dengan lingkungan melalui penggunaan refleks bawan mereka;
- Pra-operasional, di mana anak mulai menyusun konsep sederhana;
- Operasi konkret, di mana anak menggunakan tindakan yan telah diinteriorisasikan atau pemikiran untu memecahkan masalah dalam pengalaman mereka;
- Operasi formal, di mana anak bisa memikirkan situasi hipotesis secara penuh.
Teori Piaget memberi imbas signifikan pada praktik pendidikan. Banyak pendidikan berusaha buat merumuskan kebijakan khusus berdasar teori Piaget. Misalnya Athey & Rubadeau, 1970; Ginsburg & Opper, 1979). Teori Piaget jelas membuka jalan riset baru nan belum pernah dilakukan sebelumnya, atau nan diabaikan oleh mereka nan menerima sudut pandang asosiasinistik.
Intinya, Piaget menemukan banyak kenyataan nan ada di depan mata, namun hanya sedikit orang nan mampu menangkapnya. Boleh dikata, inovasi Piaget persis seperti dalam hasil dari percobaan kimia. Hal ini dibuktikan hasil dari penelitiannya tentang bayi usia delapan bulan nan tiba-tiba dapat menemukan mainan tersembunyi dan inovasi nonkonservasi dan perlindungan anak usia 7 tahun menghadapi teka teki air di wadah.
Inilah kajian sederhana tentang teori kognitif piaget . Semoga bermanfaat.