Mengenal Kusta
Menjaga kesehatan tanpa terkecuali merupakan hal krusial nan harus dilakukan. Hal ini akan dirasa krusial ketika sebuah penyakit sudah menyerang tanpa kompromi. Jangan sepelekan suatu penyakit. Baik nan sifatnya ringan maupun berat. Karena sejatinya, penyakit nan terkesan ringan dapat berubah menjadi ancaman. Salah satu nan seperti itu ialah kusta.
Pandangan Salah Tentang Kusta
Anda niscaya tak lagi asing mendengar nama penyakit itu, bukan? Sebagian besar dari Anda mungkin akan langsung bergidik ngeri membayangkannya. Reaksi tersebut wajar terjadi di masyarakat. Dalam hal ini, cara pandang dan pola pikir nan masih “sederhana” tentang penyakit ini ialah sesuatu nan dapat disalahkan.
Pandangan sebagian besar masyarakat terhadap penyakit kulit ini lambat laun menjadi penyebab semakin parahnya penyakit ini diderita. Penderita nan merasa malu sebab dikucilkan menjadi putus asa. Mereka tak ingin berobat dan lebih memilih buat pasrah terhadap jalan takdir. Padahal, penyakit kulit ini masih dapat sembuh dan bukan ancaman nan patut buat dilebih-lebihkan. Meskipun memang penyembuhannya memerlukan proses.
Maka dari itu, pedulilah terhadap diri Anda sendiri. Jangan meremehkan suatu penyakit dan jangan pula tak peduli sebab putus asa. Jika mau berusaha, kesembuhan bukan hal nan mustahil buat Anda. Tetapi, jika Anda tak peduli dan terkesan meremehkan, penyakit nan sederhana pun dapat berubah menjadi serius. Pengobatan nan dilakukan pun menjadi lebih panjang dan rumit.
Ketika seseorang sudah terjangkit penyakit ini, masalah nan dihadapi bukan hanya bagaimana caranya menyembuhkan penyakit, tapi juga tentang bagaimana menguatkan mental dari anggapan-anggapan negatif nan terlanjur ada di benak masayarakat.
Mengucilkan para penderita penyakit ini ialah sikap nan dipilih sebagian besar masyarakat. Tanpa disadari betul bahwa hal tersebut dapat melahirkan masalah-masalah baru nan kaitannya akan menjadi sangat luas. Terutama masalah sosial dan psikologis. Para penderita nan diperlakukan dengan tak baik pada akhirnya akan melahirkan masalah baru.
Mereka akan menjadi seorang nan depresi, memilih buat mengucilkan diri, dengan cara menjadi tuna wisma. Konduite sosial mereka menjadi tak terkontrol sebab merasa diabaikan itu tadi. Hal-hal nan menyerempet ke permasalahan kejahatan pun bukan tak mungkin.Anggapan dan pola pikir masyarakat memang sulit diubah ketika membicarakan penyakit ini.
Sebuah mitos nan terlanjur dipercayai bahwa penyakit inimerupakan penyakit kutukan nan tak akan mungkin dapat sembuh ialah hambatan tersendiri. Padahal sekali lagi, penyakit ini sama dengan penyakit lainnya nan dapat disembuhkan dan memerlukan waktu dalam proses penyembuhannya.
Anda mungkin pernah mendengar, ketika seseorang terkena penyakit ini, bagian tubuh si penderita akan lepas dengan sendirinya. Hal tersebut sama sekali tak benar. Penyakit ini tak akan membuat bagian tubuh Anda terlepas begitu saja. Pandangan seperti itu semakin memperparah posisi penyakit ini di masyarakat.
Mengenal Kusta
Penyakit ini merupakan penyakit nan umumnya menjangkiti masyarakat nan tinggal di sebuah negara berstatus negara berkembang. Sebagian besar penderitanya ialah mereka nan berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Perhatian masyarakat ekonomi menengah ke bawah terhadap penyakit memang sedikit kurang. Akibatnya, mereka menjadi cenderung tak memedulikan kesehatan.
Hal ini semakin diperparah dengan keadaan pemerintah nan belum sanggup merangkul semua golongan masyarakat. Pemerintah belum mampu mengakomodir semua kebutuhan warganya. Terutama mereka nan tergolong sebagai masyarakat ekonomi lemah.
Kusta ialah penyakit nan disebabkan oleh hadirnya bakteri bernama Mycobacterium leprae . Bakteri ini ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada 1873. Penyakit ini menyerang jaringan kulit. Jika tak segera diobati, akan menyebabkan kerusakan nan cukup progresif.
Penyakit nan penyebabnya ditemukan pada abad 18 syahdan sudah lama menjangkiti manusia. Sudah sejak ribuan tahun nan lalu, tepatnya 300 tahun sebelum masehi, penyakit ini telah menyerang masyarakat di peradaban Tiongkok kuno, Mesir antik dan India.
Berdasarkan taraf keparahan,penyakit ini dibedakan menjadi tiga. Masing-masing ialah kusta multibasiler, kusta tuberkoloid, dan kusta lepromatosa. Jenis penyakit nan paling banyak ditemukan diderita oleh masyarakat ialah kusta multibasiler. Penyakit golongan ini tergolong sedang tetapi jika tak diobati dapat berubah menjadi kusta tuberkoloid bahkan lepramatosa.
Dugaan bahwa penyakit ini berasal dari Afrika dan Asia bagian tengah mungkin benar. Mengingat endemi penyakit ini sudah ada sejak 300 SM dan terjadi di peradaban Afrika serta Asia Tengah. Penyebarannya terjadi dampak hubungan saat perang terjadi, penjajahan atau perdagangan antara penderita dan non-penderita nan kebetulan dari negara lain.
Di Indonesia sendiri, penyebaran penyakit ini terjadi saat masyarakat India nan memang tergolong endemic penyakit ini melakukan perdagangan dan penyebaran agama. Penyebaran ini terjadi pada abad ke-4 hingga 5. Kedatangan masyarakat India ke Indonesia di masa lalu itulah nan menjadi cikal-bakal hadirnya penyakit ini di Indonesia.
Penularan Kusta
Penyakit ini memang tergolong sebagai penyakit menular. Penularan penyakit ini menjadi informasi krusial nan harus diketahui bersama. Satu hal nan harus diketahui, bahwa penyakit ini memang menular, tapi penularannya tak semudah flu atau batuk. Bahkan menurut peneliti, penularan penyakit ini secara niscaya masih belum diketahui.
Informasi nan dilahirkan hanya sebatas kecurigaan. Bahwa nan baru diketahui ialah “pintu keluar” dari bakteri penyebab penyakit ini, yaitu selaput lendir pada hidung. Meskipun demikian, ada beberapa asumsi nan mengatakan bahwa penyakit ini bisa menular ketika terjadi kontak kulit dengan penderita. Tetapi, itu pun tak signifikan, artinya, kusta nan ditularkan melalui persentuhan kulit bukan merupakan faktor utama.
Penularan penyakit ini sendiri pada akhirnya disimpulkan terjadi dampak beberapa faktor. Faktor-faktor tersebutlah nan kemudian ikut “berperan” dalam penularan penyakit ini, antara lain:
- Faktor usia. Anak-anak lebih mudah tertular.
- Faktor jenis kelamin. Lelaki lebih mudah tertular penyakit ini.
- Faktor ras. Ras Asia dan Afrika disinyalir merupakan ras nan paling mudah terjangkiti.
- Faktor pencerahan sosial. Negara dengan taraf pencerahan sosial dan ekonomi nan rendah lebih mudah terjangkiti.
- Faktor lingkungan. Kebersihan fisik maupun lingkungan juga berpengaruh besar terhadap hadirnya penyakit ini.
Gejala Penyakit Kusta
Sebagai sebuah penyakit, penyakit ini juga memiliki gejala atau tanda-tanda. Tanda-tanda ini dapat menjadi peringatan awal buat Anda. Lalu, apa sajakah tanda-tanda awal penyakit ini?
- Hati-hati jika Anda menemukan bercak putih pada kulit. Bercak putih ini mirip panu. Tapi lama-kelamaan akan melebar.
- Hati-hati jika ketika disentuh bercak putih tersebut wafat rasa.
- Hati-hati jika Anda menemukan permukaan kulit nan tiba-tiba terlihat menipis dan mengilat.
- Hati-hati jika Anda menemukan benjolan-benjolan kecil berwarna merah pada kulit.
- Hati-hati juga jika Anda menemukan rambut alis mulai rontok.
Gejala-gejala tersebut merupakan gejala awal nan harus Anda waspadai. Jika salah satunya mulai dirasakan, ada baiknya segera menghubungi dokter. Penanganan nan cepat dan tepat akan lebih baik.
Pengobatan Kusta
Pengobatan penyakit ini nan paling generik ialah dengan obat medis. Obat-obatan seperti rifampin, dapson, dan klofazimin ialah obat generik nan biasa digunakan. Tetapi, obat-obat tersebut dinilai tak cukup kuat buat membunuh bakteri penyebab kusta.
Hasil inovasi nan mengombinasikan antara rifampisin dan dapson menjadi inovasi paling baru nan dinilai cukup ampuh buat menghadapi bakteri. Pengobatan dengan cara seperti ini dikenal juga dengan pengobatan multiobat.
Terapi multiobat pun menjadi pengobatan nan disarankan oleh WHO sebagai forum kesehatan internasional. Pengobatan buat penyakit ini memang membutuhkan waktu lama. Hal nan dibutuhkan hanyalah kesabaran, ketekunan dan keyakinan bahwa penyakit kusta ini akan hilang dari tubuh.