Selamat Jalan Ibu Tien
Seorang wanita bernama lengkap Raden Ayu Siti Hartinah atau nan biasa kita sapa dengan Ibu Tien Soeharto adalah seorang istri dari presiden ke-2 kita, Soeharto. Beliau terlahir di sebuah desa bernama Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah tepat pada tanggal 28 April 1923.
Pada masa kecilnya, Ibu Tien tak pernah berdiam di satu loka dampak ayahnya nan sering dipindahtugaskan. Bahkan, tidak sporadis keluarganya menginap di rumah Kepala Desa. Saat remaja, Ibu Tien selalu menempuh jeda hingga 5 km hanya buat pergi ke sekolah dan mengemban ilmu. Bukan dengan jalan kaki, dia dan kakaknya pergi ke sekolah dengan menaikin andong.
Selepas lulus dari HIS, Wonogiri, Ibu Tien mengikuti JPO ( Javaanche Padviner Organisatie ). Bersama organisasi itulah, akhirnya Ibu Tien membentik idealismenya sendiri. Ibu Tien tak pernah menggunakan pakaian layaknya para gadis zaman dahulu, dia lebih suka menggunakan kebaya dari pada baju-baju biasa nan digunakan para gadis di masanya. Kebaya membuatnya terlihat lebih anggun dan sangat Indonesia.
Bahkan, beliau juga pernah menjadi ikon krusial dalam global fashion di Indonesia buat kategori kebaya. Global fashion Indonesia juga memberi pakem pada gaya kebaya Ibu Tien. Para pemerhati fashion Indonesia menilai Ibu Tien selalu pandai dalam memadupadankan kebaya dalam setiap acaranya, baik formal maupun non formal.
Busana kebaya Ibu Tien nan paling khas ialah kebaya dengan model 'kutu baru' nan dilengkapi dengan sanggul jawa dihiasi kembang melati atau tusuk konde jawa. Selop nan ia gunakan tak pernah lebih tinggi dari 3-5 cm. Pun dengan jarik nan ia gunakan, harus selalu menggunakan wiron (kain).
Indonesia dan Ibu Tien
Saat menjadi ibu negara, Ibu Tien selalu mengubah apa nan dirasanya "tidak Indonesia". Seperti saat seremoni ulang tahun kemerdekaan RI, Ibu Tien mengganti kue tart (sajian utama) dengan tumpeng agar lebih terlihat lebih "nusantara". Juga pada bangunan, Gedung Kepresidenan, ia mengganti pilar-pilar beton menjadi lebih tradisional dengan menggunakan kayu jati, dan lain sebagainya.
Begitu besar pengaruh Ibu Tien terhadap perubahan Indonesia pada saat itu, terutama dalam segi pembangunan bagu global pendidikan dan anak-anak. Dan itu dibuktikan dengan adanya Perpustakaan Nasional nan dibangun pada tanggal 8 Desember 1985. Namun, dalam proses pembangunannya Ibu Tien mendapat kecaman dari masyarakat Indonesia di berbagai daerah.
Pembangunan Perpustakaan Nasional ini dilakukan dengan dua tahap, termin nan pertama dilakukan pada tanggal 1 Desember 1986 dan termin nan kedua pada tanggal 2 Oktober 1988. Perpustakaan Nasional ini sengaja dibangun sebab rasa prihatin Ibu Tien terhadap pendidikan Indonesia nan tertinggal, pasca Perang Global II.
Pada tahun 1974, beliau membangun sebuah Rumah Sakit Anak dan Bersalin di Jalan S. Parman, Jakarta, nan diresmikan tepat pada Hari Ibu, 22 Desember 1979. Juga berdasarkan usulan Ibu Tien Soeharto, akhirnya kita mempunyai Taman Nasional, yaitu Taman Mini Indonesia Latif atau TMII. Beliau mengusulkan idenya ini setelah ia berkunjung ke Amerika Perkumpulan dan melihat Disneyland. Ia ingin menyajikan estetika alam serta budaya Indonesia kedalam sebuah bentuk nan menyerupai taman. Akhirnya, terciptalah Taman Mini Indonesia Latif nan hingga saat ini masih menjadi ikon buat loka wisata kala liburan panjang datang.
Bersama Soeharto
Seperti nan sudah kita semua ketahui, Soeharto dan Ibu Tien merupakan pasangan nan selalu bersama-sama disetiap kesempatannya. Dan Ibu Tien juga merupakan pasangan pertama dan terakhir bagi Soeharto. Saat Ibu Tien meninggalkan kita semua pada 1996, Soeharto tiba-tiba menjelma menjadi seseorang nan lebih pendiam dari biasanya. Betapa berharganya Ibu Tien bagi mantan presiden ke-2 kita itu.
Pertemuan Ibu Tien dengan Soeharto dimulai saat keluarga pihak Soeharto (keluarga Prawirowihardj, menyambangi kediaman kedua orang tua Ibu Tien. Saat itu, Soeharto tepat berumur 26 tahun dan keluarga pamannya tersebut meminta Soeharto agar segera menikah. Namun, Soeharto belum memikirkan pernikahan.
Akhirnya, Soeharto ditawari buat dijodohkan dengan seorang gadis bernama Siti Hartinah (Ibu Tien) nan juga merupakan teman sekelas dari adiknya. Tanpa pikir panjang Soeharto memberanikan diri buat melamar Ibu Tien dengan keadaan 'tidak percaya diri'.
Bak gayung bersambut, kedua orang tua Ibu Tien pun menyambut baik keinginan Ibu Prawiro, sementara itu sikap Ibu Tien kepada Soeharto pun sangat baik hingga membuat Soeharto sendiri konfiden pada pilihannya, bahwa 'dialah jodohku'.
Pada tanggal 26 Desember 1947, Soeharto meresmikan hubungannya dengan Ibu Tien sebagai pasangan suami-istri di kota Solo. Resmilah Ibu Tien menyandang nama Ibu Tien Soeharto. Karena suasana tak begitu baik saat itu, mereka berdua melaksanakan akad secara sederhana saja. Bahkan, keadaan nan tak begitu baik bagi sepasang pengantin baru sebab saat itu kota Solo gelap gulita. Ini dikarenakan buat mencegah terjadinya agresi udara oleh Belanda.
Tiga hari setelah menikah, Soeharto membawa Ibu Tien ke Yogyakarta - ibu kota pada saat itu - buat mengikuti Soeharto bertugas. Ibu Tien juga tak pernah menyangka bahwa suaminya akan menjadi seorang kepala negara, walaupun seorang peramal telah mengatakannya.
Dalam buku nan sempat dibuat oleh para mantan ajudan keluarga cendana , pernah menuturkan kenangan manis antara Ibu Tien dan Soeharto. Kejadiian itu terjadi saat pak Harto akan pergi memancing seperti biasanya. Seketika pak Soeharto akan pergi dengan mobilnya, Ibu Tien berpesan "jangan mincing ikan nan berambut panjang dengan kebaya ya!" candanya. Ikan tersebut apalagi kalai bukan seorang wanita.
Selamat Jalan Ibu Tien
Ibu Tien Soeharto meninggal pada tanggal 28 April 1996 di RSPAD Gatot Subroto. Tidak lama sejak Ibu Tien meninggalkan keluarganya juga masyarakat Indonesia , tiba-tiba menyeruak kabar mengenai penyebab kematian beliau nan sangat mengejutkan berbagai pihak.
Bahwa, kematian Ibu Tien diakibatkan terkena peluru nyasar dari pertengkaran ke-dua anaknya yaitu Bambang Trihatmodjo dan Hutomo Mandala Putra nan dikabarkan sempat berebut proyek mobil nasional. Tapi ajudan Soeharto segera membantah warta nan sudah terlanjur meluas itu. dia mengatakan bahwa Ibu Tien meninggal murni sebab agresi jantung "saya melihatnya sendiri", ungkapnya tegas.
Namun, hingga hari ini, tetap saja kematian seorang istri petinggi negara itu tetap menjadi rahasia nan semakin lama semakin tenggelam tidak terdengar. Bagaimanapun juga, kita patutnya berterima kasih atas perjuangan salah satu istri seorang presiden ini. Yang mampu mengimbangi sinergi kerja suaminya.
Mendirikan fasilitas-fasilitas nan cukup berguna hingga saat ini, walalupun yag pada saat itu mendapat kecapan dari hampir seluruh warga Indonesia. Keyakinannya nan kuat membuat semua halangan nan ada di depannya bisa terselesaikan dengan kepala dingin.
Dan juga kita patut memberikan penghargaan padanya sebab atas usul beliau, wanita dapat masuk dalam global politik dan ikut berpartisipasi dan mengatur negara kita, terutama atas dasar pemikirannya buat melindungi dan mengutamakan perempuan.
Nah, itulah klarifikasi mengenai Ibu Tien sebagai salah satu tokoh Indonesia . Semoga klarifikasi nan disampaikan bisa bermanfaat bagi Anda.