Masalah Kemiskinan - Indonesia dan Rentenir

Masalah Kemiskinan - Indonesia dan Rentenir

Sering beberapa acara di televisi, secara tak langsung tengah mengekspos masalah kemiskinan. Bukan hanya itu, bahkan di Jakarta, kemiskinan mendadak menjadi tren wisata bagi para pelancong luar. Sepertinya menarik melihat rumah-rumah di pinggir kali nan berdiri tak beraturan atau orang-orang berpakaian compang-camping tidur di bawah jembatan layang.

Bahkan ada pemandu wisata nan spesifik memandu para pelancong tersebut buat melihat rel kereta barah nan penuh pemukiman kumuh warga. Ada juga orang nan secara sengaja memotret kemiskinan sebagai bagian dari hobinya. Ya, belakangan meningkat, yaitu komoditi kemiskinan.

Banyak orang nan secara sengaja membuat kemiskinan nan merajai Indonesia sebagai komoditi buat mengeruk keuntungan. Kemiskinan juga kerap menjadi target program televisi. Memang, nan disorot masuk tivi ialah orang miskin, lengkap dengan kesedihannya atas kemiskinan nan menjeratnya.

Namun, apakah orang-orang nan disorot kamera itu tahu bahwa pihak stasiun televisi nan menayangkan mereka mengeruk laba miliaran rupiah dari tayangan tersebut. Pastinya mereka tak tahu dan sungguh ironis masalah tersebut.



Masalah Kemiskinan Jeratan nan Mematikan Iman

Pernah suatu kali Ali bin Abi Tahlib berkata, " Kalau saja kemiskinan itu berupa manusia, maka saya akan menebasnya. " Kemiskinan ialah lubang besar bagi keimanan. Dalam kemiskinan, seseorang dapat menggadaikan imannya. Memang, ada beberapa orang nan dapat mempertahankan imannya, namun tak sedikit nan jatuh ke lembah dosa.

Kemiskinanlah sebenarnya nan memicu tindak kriminalitas. Rasa lapar dan lilitan kesulitan kadangkala membuat orang gelap mata dan mengambil jalan pintas, misalnya mencuri, merampok, ataupun membunuh. Kemiskinan bukan hanya menyengsarakan badan, namun juga membunuh hati.

Sesungguhnya kemiskinan lebih mendekatkan kepada kekufuran. Orang lebih memilih melakukan apa pun agar perutnya kenyang. Kadang agama pun rela mereka jual bila itu dapat melepaskan mereka dari jeratan kemiskinan. Islam sangat memusuhi kemiskinan, namun tak memusuhi orang miskin. Islam mengasihi orang miskin dan menyerukan bagi nan kaya buat membantu si miskin keluar dari jeratan masalah kemiskinan.

Islam menyediakan ladang amal buat orang kaya dengan berderma dan ladang amal bagi si miskin buat bersabar. Keduanya bila dijalani dengan harmoni akan menciptakan kemakmuran, kepedulian, dan rasa kasih sayang.

Tidak ada nan sungguh ingin miskin. Oleh karena itu, di dalam rukun Islam ada anggaran zakat, nan berlaku bagi semua orang kaya. Kewajiban nan harus mereka tunaikan bagi si miskin, bukan buat pemerintah, hanya buat orang miskin.



Masalah Kemiskinan di Indonesia

Indonesia, nan katanya penganut Islamnya banyak pun terjerat oleh setan mengerikan nan satu ini. Seolah-olah tak mau berhenti, masalah kemiskinan di Indonesia pun mulai berkembang biak menjadi masalah sosial, sampai kriminal. Taraf kejahatan nan tinggi dimiliki Indonesia.

Belum lagi tipu menipu nan marak membudaya pada negeri ini. Seolah kemiskinan nan menjerat Indonesia bukan hanya sekadar urusan perut, namun juga urusan hati. Mental jadi miskin, kejujuran apalagi. Ngakunya sih negeri ini mayoritas Islam. Namun Islam nan mengupayakan menghilangkan kemiskinan justru tak terlihat di Indonesia.

Bayangkan saja, ketidakjujuran dan aparat nan korup semakin menambah orang-orang nan mendaftar jadi orang miskin di Indonesia. Semua kebijakan pemerintah tidaklah sungguh-sungguh berniat menanggulangi kemiskinan. Seperti kebijakan membangun gedung DPR dengan dana rakyat triliunan. Juga kebijakan membeli pesawat kepresidenan, sungguh menusuk perasaan orang-orang miskin se-Indonesia.

Kalaulah ada program nan katanya pro rakyat -nyatanya tidak- ialah program BLT. Namun dalam penerapannya program membagi-bagi uang bagi si miskin ini seolah menghina rakyat miskin. Mungkin rakyat lebih menyukai dana tersebut disalurkan bagi pelayanan kesehatan buat orang miskin.

Beragam masalah kemiskinan seolah menjerat bangsa ini sampai tingkat mencekik. Ada jargon nan berkata, nan kaya makin kaya dan nan miskin makin miskin. Seolah-olah menerangkan keadaan bahwa perputaran uang hanya pada orang kaya saja, sedang nan miskin justru ialah buruh semi perdeo nan dapat diperah si kaya.

Kemiskinan selain jadi masalah personal, juga jadi masalah pemerintah dan masalah sosial. Bagaimana pun dibahas sampai berbuih-buih di media televisi tentang mengentaskan kemiskinan, semua tak akan terwujud.

Kemiskinan hanya dapat dibenahi kalau ada kepedulian dari pemerintah nan pro rakyat dan para pengusaha nan bukan melulu memerah para buruhnya. Namun juga memikirkan buat menyejahterakan para pekerjanya dan membuka lowongan pekerjaan sebesar-besarnya bagi banyak orang.



Masalah Kemiskinan - Indonesia dan Rentenir

Tahukah Anda, salah satu nan menyebabkan kemiskinan di Indonesia kian marak ialah rentenir? Ya. Orang-orang nan memakan riba sungguh-sungguh seperti orang nan makan orang. Para rentenir itu seolah memakan para peminjamnya dari mulai kaki sampai kepala.

Seolah tak mau berhenti, mereka juga akan memangsa para peminjamnya sampai ke tulang-tulang. Itulah rentenir. Riba sangat marak di Indonesia. Kini nama mereka juga sudah berganti, lebih keren, lebih populer, dan terlihat lebih berkelas. Padahal, sama saja. Mereka memakan riba.

Lihat saja pertumbuhan pembiayaan. Semua hanyalah nama-nama keren dari para lintah darat. Meminjam pada mereka, maka dalam tempo tiga tahun pinjaman nan harus dikembalikan setara dengan jumlah pinjamannya. Rentenir biasanya mematok kembang 25% sampai 45% per tahun. Jumlah kembang nan cukup tinggi.

Indonesia memang diakui memiliki suku kembang peminjaman nan terlalu tinggi. Berbeda sekali dengan negara maju seperti Singapura, Malaysia, Brunai Darusalam nan menerapkan kembang hanya 6 % sampai 8 % per tahun. Bunga nan rendah justru memicu pertumbuhan ekonomi nan tinggi sebab para peminjam mampu mengembalikan dana nan dipinjam tanpa risi ditekan pengembalian suku kembang nan terlampau tinggi.

Islam melarang riba sebab terbukti riba membunuh perekonomian. Contoh nan sangat riil ialah Indonesia. Berapa banyak orang nan jatuh miskin dan terlilit hutang berlipat-lipat sebab riba. Padahal tak ada orang nan ingin berhutang. Mereka berhutang sebab terpaksa dampak tekanan ekonomi atau kebutuhan kapital mendesak. Justru orang nan menghutangi orang lain dan meringankan pembayarannya akan menerima amalan berlimpah.

Utang dan riba memang melengserkan seseorang ke dalam lembah kemiskinan. Untuk keluar dari lumpur masalah itu perlu kerja keras nan luar biasa.



Masalah Kemiskinan - Yuk, Budayakan Zakat dan Sedekah

Ketika rentenir membunuh perekonomian, zakat dan sedekah justru menaikkan perekonomian. Zakat dan sedekah ialah bentuk donasi bagi si miskin buat menuntaskan masalah mereka. Seperti masalah tak dapat makan, masalah pendidikan buat orang miskin, kesehatan bagi si miskin, perumahan, dan bahkan peluang usaha.

Zakat dan sedekah mengalirkan dana buat menyokong kehidupan si miskin sehingga mereka dapat merangkak naik dan tingkat hidupnya naik. Kalaupun donasi nan digulirkan berupa pinjaman, donasi ini nihil riba.

Segala hal nan bersifat mempermudah si miskin akan membuat mereka keluar dari kemiskinan nan menjerat leher mereka. Islam pun menganjurkan zakat hanya 2,5 % dari 100 gr emas nan kita miliki. Nilainya sangat kecil ketimbang kita harus membayar pajak penghasilan sebesar 15 %.

Kalau saja Indonesia membudayakan zakat dan sedekah. Lalu melibas habis riba, pasti masalah kemiskinan nan sedari dini menggelayuti bumi Indonesia niscaya dapat benar-benar diberantas. Ayo, budayakan zakat dan sedekah mulai dari sekarang dan dari diri sendiri dahulu.



Langkah Mengatasi Masalah Kemiskinan

Masalah Kemiskinan dianggap sebagai salah satu hal nan menghambat proses pembangunan sebuah negara. Salah satu negara nan masih dibelit oleh masalah sosial ini salah satunya ialah Indonesia.

Angka kemiskinan di berbagai taraf masyarakat di Indonesia masih terbilang cukup tinggi. Meskipun oleh forum statistik negara selalu dinyatakan bahwa setiap tahun angka kemiskinan cenderung menurun.

Hal tersebut tidaklah dapat menjamin bahwa pemerintah telah melakukan pengecekan data statistik nan faktual sehingga masalah kemiskinan benar-benar dientaskan secara fokus oleh Negara.

Untuk mengatasi masalah kemiskinan, pemerintah memiliki peranan nan besar. Namun dalam kenyataannya, program nan dijalankan oleh pemerintah belum mampu menyentuh pokok nan menimbulkan masalah kemiskinan ini.

Beberapa program nan digadang-gadang sebagai usaha dari pihak pemerintah buat mengentaskan kemiskinan justru malah memperparah situasi perekonomian di Indonesia.

Atau program nan dilakukan tersebut sama sekali tak memberikan akibat apapun terhadap keberadaan masyarakat Indonesia nan tergolong miskin dan kurang sejahtera.

Ada beberapa program pemerintah nan sudah dijalankan dan dimaksudkan sebagai solusi buat mengatasi masalah kemiskinan ini. Seperti di antaranya ialah program Donasi Langsung Tunai nan merupakan kompensasi nan diberikan usai penghapusan subsidi minyak tanah dan program konversi bahan bakar gas.

Selain itu, ada juga aplikasi donasi di bidang kesehatan yaitu Agunan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesnas.

Namun, kedua hal tersebut tak memiliki akibat signifikan terhadap pengurangan angka kemiskinan. Bahkan beberapa ahli kebijakan negara menganggap, bahwa hal tersebut sudah seharusnya dilakukan pemerintah.

Baik ada atau tak ada masalah kemiskinan di Indonesia, Negara wajib menyediakan agunan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945.



Faktor Internal Sebagai Penyebab Masalah Kemiskinan di Indonesia

Indonesia sebagai Negara berkembang seyogyanya memiliki sistem perekonomian nan lebih terarah dibandingkan Negara miskin. Namun, sistem perekonomian nan ada di Negara kita saat ini justru memperlihatkan sebaliknya.

Tata ekonomi nan jelek menjadi simbol dari sistem perekonomian di Indonesia sehingga sebutan Negara berkembang sepertinya kurang tepat jika kita melihat fenomena sebenarnya dari apa nan ada di Negara ini.

Beberapa penyebab masalah kemiskinan nan melanda Indonesia bukan hanya terjadi sebab kurangnya pendidikan masyarakat Indonesia mengenai perekonomian dan tata Negara, melainkan banyaknya penyelewengan nan dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pihak pemerintah.

Faktor-faktor internal dan eksternal tentu menjadi hal primer nan menjadikan masalah kemiskinan di Indonesia semakin merajalela dan sulit buat diatasi. Faktor-faktor internal nan dimaksud tersebut meliputi hal-hal berikut ini.



1. Kurangnya pencerahan masyarakat Indonesia akan pentingnya menjaga nilai-nilai moral dalam bernegara.

Nilai-nilai ini sangatlah krusial buat dimiliki sebab tindakan-tindakan di luar moral akan sangat merugikan dan menjadi penyebab munculnya masalah kemiskinan di Indonesia.

Salah satu tindakan amoral nan dilakukan oleh pemerintah dan petinggi Negara nan berpengaruh terhadap munculnya masalah kemiskinan ialah tindakan korupsi.

Meningkatnya jumlah koruptor dan kasus korupsi di Indonesia memperlihatkan bahwa Negara Indonesia bukan hanya mengalami masalah kemiskinan materi saja, tapi juga kemiskinan moril.

Para pejabat Negara nan seharusnya memberikan contoh nan baik dalam mengayomi masyarakat nan berada di bawahnya malah menjadikan aset Negara sebagai salah satu harta curian buat mereka.

Berbagai lapisan masyarakat menengah ke bawah mengalami banyak kesulitan dalam bidang ekonomi, sedangkan para koruptor menikmati apa nan seharusnya diberikan kepada pihak-pihak nan memerlukan tersebut.

Bahkan di beberapa loka terpencil, masih banyak masyarakat nan hanya mengandalkan pangan hasil tani mereka buat makan. Sementara itu, para pejabat dengan enaknya menikmati kemewahan di atas penderitaan masyarakat kecil.

2. Kurangnya pendidikan masyarakat menengah ke bawah mengenai hukum tata Negara dan sistem perekonomian.

Hal tersebut menjadikan masyarakat desa cenderung memilih buat tinggal di kota tanpa suatu kepastian dibandingkan dengan tinggal di tempatnya sendiri buat sekadar bertani.

Urbanisasi dianggap sebagai salah satu cara nan baik dan cepat buat dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga masyarakat menengah ke bawah. Walaupun pada kenyataannya, urbanisasi justru membuat kemiskinan di kota semakin merajalela.

Sebagai contoh,banyak orang nan pindah ke kota buat dengan asa mendapatkan pekerjaan dan penghidupan nan layak dibandingkan dengan di desa, namun malah mendapatkan hal nan lebih naas.

Mereka justru terdampar di ibu kota menjadi pengangguran, pengemis, atau bahkan lebih jelek dari itu. Pengetahuan dan wawasan mengenai urbanisasi ini perlu lebih lanjut diberikan oleh pemerintah agar masyarakat desa tak salah kaprah dalam berasumsi mengenai kehidupan di kota nan dianggap serba nyaman.

3. Hukuman nan tak tegas dari pemerintah dan Negara terhadap pihak-pihak nan tak melakukan kewajiban membayar pajak.

Sanksi nan dimaksud ialah hukuman terhadap para pelaku tindak pidana korupsi. Pemerintah seyogyanya memberikan sanksi nan setimpal bagi para pelaku tindakan tersebut.

Pasalnya, dengan tindakan korupsi, masyarakat miskin justru semakin bertambah. Sementara itu, sanksi nan selama ini diberikan kepada mereka hanyalah sebatas denda dan kurungan tahanan politik selama beberapa tahun saja.

Hal tersebut tentu tak akan membuat para pelaku tindak pidana korupsi menjadi jera sehingga kasus tersebut muncul lagi, lagi, dan lagi hingga kemiskinan semakin merebak di Negara Indonesia ini.



Faktor Eksternal Sebagai Penyebab Munculnya Masalah Kemiskinan di Indonesia

Seperti nan sudah dijelaskan di atas, faktor penyebab munculnya kemiskinan di Indonesia tak hanya sebatas faktor internal saja. Ada juga faktor eksternal nan memengaruhi munculnya kemiskinan tersebut.

Salah satu hal nan memicu masalah kemiskinan di Indonesia ialah modernisasi nan masuk ke dalam kebudayaan Indonesia sehingga mayoritas masyarakat Indonesia menganggap bahwa kehidupan dunia nan serba modern ialah parameter majunya perekonomian dan kehidupan seseorang atau suatu Negara.

Adanya kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan seperti gaya hayati membuat masyarakat Indonesia mengikuti gaya hayati nan ditawarkan masyarakat barat tersebut.

Kebanyakan dari mereka memilih buat membeli barang-barang nan tak memiliki taraf kebutuhan krusial. Misalnya saja, pembelian barang-barang elektronik seperti ponsel mewah, laptop, dan berbagai gadget seolah-olah menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat Indonesia. Padahal tak semua masyarakat Indonesia membutuhkan barang-barang tersebut.

Contoh lain misalnya ialah kebutuhan masyarakat di bidang fashion. Masyarakat kalangan menengah ke atas berbondong-bondong membeli pakaian dan kebutuhan fashion lainnya dengan harga nan nisbi mahal.

Hal ini tentu menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan masyarakat menengah ke bawah sehingga mereka menciptakan produk serupa dengan harga nan mudah dan terjangkau bagi kalangan mereka.

Pembelian kebutuhan seperti ini menjadikan masyarakat miskin menjadi lebih miskin lagi sebab keinginan mereka buat bergaya hayati sama atau serupa dengan gaya hayati masyarakat menengah ke atas.

Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia seyogyanya memiliki batasan buat dapat menerima dan menyaring kebudayaan nan masuk ke Negara kita sehingga tak menimbulkan mitos nan salah di kalangan masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah nan tak seluruhnya mengenyam pendidikan formal nan baik.



Langkah Mengatasi Masalah Kemiskinan

Untuk itu kiranya pemerintah perlu membuat ketegasan dan kebijakan nan lebih membumi dalam rangka menyelesaikan masalah kemiskinan ini. Beberapa langkah nan dapat dilakukan di antaranya ialah :

  1. Menciptakan lapangan kerja nan mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran. Karena pengangguran ialah salah satu sumber penyebab kemiskinan terbesar di Indonesia.
  2. Memberikan subsidi pada kebutuhan pokok manusia, sehingga setiap masyarakat dapat menikmati makanan nan berkualitas. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya angka kesehatan masyarakat.
  3. Menghapuskan korupsi karena korupsi ialah salah satu penyebab layanan masyarakat tak berjalan sebagaimana mestinya. Hal inilah nan kemudian menjadikan masayarakat tak dapat menikmati hak mereka sebagai warga negara sebagaimana mestinya.
  4. Menggalakkan program zakat. Di Indonesia, Islam ialah agama mayoritas. Dan dalam Islam ajaran zakat diperkenalkan sebagai media buat menumbuhkan pemerataan kesejahteraan di antara masyakrat dan mengurangi kesenjangan kaya-miskin. Potensi zakat di Indonesia, ditengarai mencapai angka 1 trilliun setiap tahunnya. Dan jika dapat dikelola dengan baik akan menjadi potensi besar bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat.

Dengan empat langkah tersebut diharapkan masyarakat Indonesia mampu menjadi masyarakat nan lebih baik lagi, serta memiliki kepekaan nan lebih kuat buat dapat mencegah dan mengatasi masalah kemiskinan nan berlangsung di Negara ini.