Sekilas (lagi) tentang Cendana
Dalam khasanah budaya bangsa, cendana memiliki posisi nan lumayan tinggi. Indonesia kaya akan tumbuh-tumbuhan alami nan dapat dimanfaatkan buat diambil sarinya dan digunakan sebagai pewangi. Kita dapat ambil contoh serai.
Serai dapat dimanfaatkan buat berbagai macam kegunaan, mulai dari memasak sampai kepada fungsi lainnya seperti mengusir serangga. Wangi serai juga dapat dimanfaatkan buat pengharum ruangan lemari atau sebagainya. Ada juga akar wangi nan dapat dimanfaatkan sebagai pengharum kamar.
Cendana, sebagaimana halnya tumbuhan jeruk-jerukan, menjadi favorit bagi semua orang nan menginginkan sensasi baru. Metode nan dikenal sebagai aromaterapi lazim menggunakan cendana dalam fungsinya. Kayu tersebut diketahui mampu dikombinasikan dengan aroma tumbuhan nan lainnya. Kayu ini juga dapat menimbulkan semangat baru di diri orang nan menciumnya.
Aromaterapi ialah sebuah metode terapi nan menggunakan aroma dalam prosesnya. Orang-orang di kota seringkali menjalani terapi ini mengingat banyak sekali kegunaan nan dapat didatangkan darinya, terutama dalam hal relaksasi. Ini menjadi krusial bagi orang-orang tersebut.
Alasannya sebab kehidupan kota nan semrawut sering datang mengiringi kesibukan mereka dalam menjalani hidup. Kehidupan kota juga dapat menimbulkan beberapa komplikasi penyakit fisikal lainnya. Oleh sebab itu, aromaterapi menjadi pilihan nan primer bagi mereka dalam rangka menemukan solusi atas tekanan kehidupan kota nan seperti tak ada habisnya mendera mereka.
Sekilas tentang Cendana
Kayu nan dikenal dalam nama latin sebagai Santalum album ini diketahui berasal dari daerah Asia Kecil dan Asia Tenggara. Varietas nan berasal dari daerah ini dikenal sebagai cendana sejati. Kayu tumbuhan cendana sejati lainnya juga dikenal berasal dari daerah Hawaii dan Australia. Tentunya dengan nama genus nan bhineka satu sama lainnya.
Genus Santalum album tercatat sebagai tumbuhan orisinil India. Di daerah tersebut, minyak kayu S. album dihargai sejumlah $1,000-$1,500 per kilogramnya. Kualitas terbaik minyak kayu didapatkan dari daerah Mysore, India. Di loka ini tumbuhan tersebut dikuasai dan dikendalikan oleh pemerintah.
Meski demikian, banyak sekali terjadi pembalakan liar buat mengambil minyak kayu tersebut. Hal ini memicu dugaan bahwa pemanenan massal kayu nan harum tersebut dapat menyebabkan bahaya ekologi tersendiri.
S. album dibudidayakan secara besar-besaran di Kununurra, Australia Barat. Genus Santalum ellipticum dan Santalum freycinetianum serta Santalum paniculatum merupakan tiga jenis tumbuhan cendana orisinil Hawaii.
Masyarakat di sana sering memanen kayu jenis ini pada kisaran tahun 1790 dan 1825. Hal ini menyebabkan jumlahnya menipis, hingga munculnya varietas baru yaitu Santalum haleakalae. Varietas terakhir ini bukanlah jenis nan biasa diekspor.
Ketiga varietas nan pertama tadi sudah kembali marak ditanam di Hawaii. Dua jenis nan pertama jumlahnya sudah perlahan membaik meskipun belum tersedia secara melimpah seperti dahulu kala. Sementara nan terakhir masih tetap menjadi sebuah barang langka nan sporadis ditemui bahkan di Hawaii sendiri.
Genus Santalum spicatum merupakan varietas orisinil Australia. Jenis inilah nan merupakan sumber primer dalam produksi minyak cendana nan digunakan dalam metode aromaterapi. Meskipun demikian, konsentrasi minyak nan didapat dari genus terakhir ini ialah nan paling sedikit jika dibandingkan dengan genus Santalum lainnya.
Sejak pertama kali disuling pada tahun 1875, terjadi peningkatan produksi minyak Santalum. Perlu diketahui juga bahwa Kununurra, Australia Barat telah menjadi salah satu eksportir minyak cendana terbesar. Dengan demikian, Kununurra turut menyumbangkan devisa kepada benua kangguru tersebut.
Cara memanen kayu Santalum tak dilakukan dengan menebangnya. Orang-orang biasanya memilih cara nan dapat digunakan buat menumbangkan pohonnya. Dengan begitu, akarnya pun tetap utuh dan masih dapat digunakan buat disuling nantinya.
Minyak Santalum jamak digunakan dalam berbagai kesempatan sebab bau harum nan dikandungnya. Penggunaan tersebut antara lain dapat dilihat dalam fungsinya sebagai rempah, bahan buat mencampur parfum, material pembuat dupa, tangkai keris, dan juga aromaterapi.
Kayu tersebut pun lazim digunakan buat diolah menjadi beberapa benda lainnya. Sebut saja, buat dijadikan bidak catur. Hal ini dapat mengandung unsur unik nan membuat para kolektor berminat mengoleksi satu set papan catur dan pion-pionnya nan berbahan dasar kayu Santalum.
Selain itu, minyak tumbuhan tersebut banyak pula dimanfaatkan dalam kaitannya dengan pemujaan. Masyarakat Tionghoa dan Hindu lazim menggunakan minyak tumbuhan itu buat menyertai pemujaan mereka terhadap dewa-dewa.
Sebagai bahan campuran parfum, bau harum tumbuhan ini bisa memberi kesan klasik dan elegan bagi si pemakai. Hal ini pun menambah tinggi harga jual minyak tersebut. Sudah banyak sekali podusen minyak wangi nan meluncurkan produknya secara dunia maupun lokal dengan menggunakan sandalwood sebagai bahan dasarnya. Selain itu, tumbuhan ini bisa pula mendatangkan penghasilan nan tak sedikit bagi mereka.
Ada pula kepercayaan nan mengatakan bahwa kayu cendana nan baik dan berkualitas tinggi memiliki kemampuan buat mempertahankan bau harum nan dipunyainya. Bahkan dalam jangka waktu sangat lama. Beberapa mengatakan hingga rentang waktu berabad-abad lamanya.
Ini juga nan mendorong adanya Norma unik di Sri Lanka. Para raja di abad kesembilan lazim mengurapi jenazah putri-putri dengan minyak kayu Santalum. Di negara Indonesia sendiri, kayu ini banyak tumbuh di provinsi Nusa Tenggara Timur, lebih tepatnya lagi, di bagian Pulau Timor.
Juga ada nan ditemukan di Pulau Jawa serta di beberapa loka di Kepulauan Nusa Tenggara nan lainnya juga. Dalam daur awal hidupnya, tumbuhan Santalum merupakan organisme nan parasit. Ia hayati dengan menumpang pada pohon tumbuhan lain. Hal ini sebab akarnya sangat lemah sehingga tak sanggup digunakan buat menopang pertumbuhannya sendiri.
Ini jugalah nan menjadi hambatan dalam pengembangbiakan tumbuhan ini, apalagi buat dibudidayakan. Perlu juga jadi catatan bahwa kerumitan dan kesulitan ini nan memicu harga perkilogram minyak kayu tersebut menjadi melangit dalam bentuk paling murninya.
Maka dari itu, banyak orang nan memilih menggunakan minyak kayu cendana nan berasal dari genus ketiga. Hal ini dilakukan meskipun kadar kandungan zat-zat kimianya sangat rendah bila dibandingkan dengan dua genus nan awal.
Dalam beberapa kepercayaan, minyak cendana nan sangat mahal dapat dimanfaatkan sebagai obat alami sebagai alternatif obat-obat lainnya. Juga ada nan mengatakan bahwa tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai alat buat mendekatkan diri kepada tuhan. Dalam agama Hindu, minyak kayu tumbuhan Santalum lazim dipergunakan sebagai obat penyembuhan nan dilakukan dengan cara Ayurvedik.
Sebagai tambahan, minyak tersebut pun dikenal sebagai agen nan mampu mengurangi rasa cemas pada orang nan membauinya. Faktor ini jugalah nan menjadikan minyak tersebut populer dalam penggunaannya sebagai aromaterapi.
Sekilas (lagi) tentang Cendana
Dalam bahasa Inggris, Santalum disebut sebagai sandalwood dan dalam bahasa Belanda ialah sandelhout . Kemiripan kedua kata ini dapat ditelusuri dari asal usulnya di Indonesia. Dahulu kala, Pulau Sumba nan terkenal dengan cendanyanya, disebut sebagai Sandalwood Island oleh para pendatang.
Julukan inilah nan dibawa secara bergenerasi mulai dari ketika Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan juga Jepang. Arti lain nan dapat datang ke dalam pemikiran orang Indonesia ketika mendengar kata cendana ialah rezim Soeharto.
Namun, cendana nan satu ini berbeda dengan tumbuhannya nan berbau wangi. Kalangan jurnalis di Indonesia menjuluki mantan presiden Soeharto dengan keluarga cendana dan apa pun nan berkenaan dengan keluarga tersebut.
Hal ini memiliki akar pada fenomena bahwa Soeharto dan anak-anaknya tinggal bersama di rumahnya di Jalan Cendana, Jakarta Pusat. Akan tetapi, apa pun kaitan dan asal-usulnya, kata cendana kerap mengundang imej harum dan menenangkan kepada siapapun nan mendengarnya.