Tinggal Impian
Di Indonesia, sporadis ada nan mengenal apa itu Mansyu Hikoki Seize Kabushiki Kaisha . Namun, para pilot nan bertempur pada perang kemerdekaan mengetahuinya. Karena itulah nama dari pabrikan 'si nasi goreng', atau Nishikoren Ki79B dua kursi, nan direbut dari tentara Jepang lantas dijadikan sebagai pesawat militer Indonesia pertama buat mengebom posisi tentara kerajaan Belanda di beberapa kota Jawa Tengah.
Penerbang militer Indonesia di antaranya Laksamana Adisucipto dan para kolega serta muridnya: Mulyono, Harbani, Soetarjo, Halim Perdanakusuma, Sardjono, Iswahyudi, Imam Suwongso, Tarsono, dan nan lainnya.
Merekalah nan menapaki dan memulai langkah kedirgantaraan Indonesia, di tengah banyak keterbatasan perlengkapan tempur. Karena keterbatasan pesawat dan keterbatasan pilot, maka agresi suportif dari angkatan udara Republik Indonesia tidaklah maksimal mendukung perjuangan para infantri.
Namun, perlengkapannya bukan perlengkapan usang, hanya terbatas. Tercatat selain memiliki si ‘nasi goreng’ pada waktu itu Indonesia juga memiliki pesawat tipe P-36 Mohawk, Curen Yokosuka K5Y1, Brewster F2A Buffalo, Hayabusha Nakajima Ki-43, Fokker D.XXI, Glenn Martin B-10, Mitsubishi Guntei K 51, Fokker C.X. Kesemuanya merupakan pesawat handal nan baik buat digunakan bertempur.
Datangnya Majemuk Pesawat Militer
Beranjak setelah masa perang revolusi selesai, dan ketika Klaim atas pesawat Belanda di Indonesia, seperti C-47 Dakota, B-25 Mitchell, P-51 Mustang, atau Lockheed L-12 dimenangkan pada Konferensi Meja Bundar 1950, AURI kemudian diperkuat oleh pesawat-pesawat protesis Soviet, seperti MiG-17, TUPOLEV TU-2, dan pesawat pemburu LAVOCKHIN LA-11. Utamanya digunakan buat operasi pembebasan Irian Barat.
Ketika kolaborasi dengan Soviet itu dicederai kasus PKI. Maka pada orde baru, AURI beralih kepada barat buat memperkuat perlengkapan tempurnya. lantas Muncullah OV-10 Bronco, F-5 Tiger, F-16 Fighting Falcon, dihanggar bandara Iswahyudi.
Akibat macetnya penjualan suku cadang pesawat dari Amerika Serikat, sebab alasan politis nan hiperbola dan tak jelas, maka Indonesia semenjak 1999, tak tertarik lagi melirik pesawat asal pabrikan Amerika Serikat. Dan sempat melirik Mirage 2000 dari Perancis, dan tertarik dengan Eurofighter asal Spanyol. Pada akhirnya TNI AU, memilih buat membeli pesawat dari Russia. Tidak tanggung-tanggung, sekelas Sukhoi Flanker diincarnya.
Kini, Indonesia telah mengudarakan 10 pesawat, dari Flanker tipe C Su 30, dan Flanker Su 27. Pesawat itu lebih canggih dan handal dibandingkan dengan F 16/A nan sudah dimiliki TNI AU. Dan hendak menyusul kembali 6 pesawat tambahan.
Total pesawat nan servis buat TNI AU ialah 49 pesawat tempur, menyusul 64 pesawat di masa mendatang, termasuk pesawat tempur siluman K-FX kolaborasi dengan Republik Korea. Adapun 76 di antaranya ialah pesawat latih, 69 pesawat support , dan 58 helikopter. Dari jumlah nan ada tentu saja belum cukup buat negara kepulauan seluas Indonesia.
Tinggal Impian
Namun sayang, berdasarkan kabar terbaru dari Jakarta Globe, 2 Maret 2013 Korea Selatan telah memutuskan buat menunda sebuah proyek 8000000000 $ dengan Indonesia buat mengembangkan tempur, titunda selama 18 bulan, dalam penundaan terbaru buat planning tersebut. "Ini akan ditunda buat satu-dan-a-setengah tahun sebab transisi terakhir kekuasaan di Korea Selatan," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Indonesia Pos Hutabarat.
Korea Selatan pada hari Senin menandai inagurasi President Park Geun-hye, presiden perempuan pertama di negara itu.
"Pemerintah baru perlu lebih banyak data buat meyakinkan DPR," kata Pos.
Dia mengatakan penundaan akan mendorong kembali kerja sama pada proyek buat bulan Juni 2014 Konsep buat proyek berasal dari lalu-Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung, nan menjabat 1998-2003, sebagai bagian dari upaya buat menggantikan pesawat tua.
Program ini ditunda sebab kesulitan keuangan dan teknologi sampai April 2011, ketika Korea Selatan Pertahanan Akuisisi Administrasi Program (DAPA) menegaskan penandatanganan perjanjian definitif antara Korea Selatan dan Indonesia.
Dalam perjanjian tersebut, Indonesia akan membiayai 20 persen dari proyek tersebut. Badan Korea Selatan Pengembangan Pertahanan memperkirakan proyek ini akan menelan biaya ₩ 6000000000000 ($ 5,5 milyar) dalam pembangunan, 8 triliun won produksi, dan ₩ 9000000000000 buat beroperasi lebih dari 30 tahun. Indonesia direncanakan buat menggantikan Lockheed Martin F-16 Fighting Falcon pejuangnya penuaan jet dengan Korea Fighter Experiment (KFX) jet.
Dibandingkan dengan F-16, pesawat KFX diproyeksikan memiliki radius agresi 50 persen lebih baik, sistem avionik nan lebih baik dan stealth nan lebih baik, atau, kemampuan anti-radar. Proyek KFX diharapkan akan menghasilkan sekitar 150 sampai 200 unit dimana Indonesia akan mendapatkan 50. Analis telah memperingatkan bahwa penundaan lebih lanjut dari proyek tersebut bisa berdampak negatif interaksi militer antara kedua negara.
Tubagus Hasanuddin, wakil ketua Komisi I DPR, mengatakan bahwa komisi - nan mengawasi pertahanan dan urusan luar negeri - akan memanggil Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro buat memperjelas situasi. Kemampuan The KFX tempur dirancang buat menjadi lebih maju dari Lockheed Martin F-16 Fighting Falcon pesawat jet US-built, nan sudah mulai ketinggalan zaman, bukan ketinggalan lagi, JADUL!
Jet tempur KFX akhirnya akan ditunjuk F-33, dan akan menjadi bagian dari "generasi 4,5" jet, nan bertentangan dengan generasi kelima Lockheed Martin F-35. Indonesia merupakan pembeli di Asia Tenggara terbesar peralatan militer Korea Selatan. Pada tahun 2011 itu diberikan dua kontrak ke Korea Selatan, satu buat membeli kapal selam dan lainnya buat KAI T-50 Golden Eagle supersonik nan merupakan jet pelatihan dan beken dalam film Soar Into the Sun baru baru ini. Padahal Indonesia telah menginvestasikan Rp 1,6 triliun ($ 165,000,000) dalam KFX tersebut, serta mengirim 30 insinyur ke Korea Selatan buat membantu pelaksanaannya.
Ketua Komisi I Mahfudz Siddik menyarankan pemerintah buat melanjutkan program buat memodernisasi sistem pertahanan nasional. "Waktu kita telah terbuang, tapi kita tak harus membiarkan proyek ini mendapatkan di jalan program modernisasi pertahanan kami," katanya. Korea Selatan menggarisbawahi sebagian besar proyek, tetapi mencari kerjasama lain di luar kerja sama awal dengan Indonesia. Perpanjangan kemitraan mungkin dapat termasuk beberapa perusahaan asing dari Eropa dan Amerika Serikat, di mana terdapat pengembangan jet tempur nan paling canggih.
Dan seorang Pengamat Intelejen nan juga sweetheart kita dalam global Blogging, Prayitno Ramelan, memperjelas alasan ini, melalui blognya RamalanIntelejen.net, “Dalam perjalanannya, diberitakan bahwa pemerintah Korea akan memotong aturan pengembangan KFX buat tahun 2013 atas pertimbangan perkembangan ancaman dan keamanan regional. Selain itu pembatalan keikutsertaan Turki dalam proyek ini, dimana Korea Selatan merasa keberatan apabila harus menanggung biaya nan delapan puluh persen.
Di lain pihak, Korsel juga menghitung China dan Jepang telah sama-sama membuat jet tempur generasi ke-5. Pemerintah Korsel kini menjadi lebih tertarik pada pesawat tempur setingkat nan telah lama ditawarkan perusahaan Boeing, yakni F-15 Silent Eagle . Pengalihan perhatian ini dikuatirkan akan menyedot aturan nan tidak kecil dan akan mengganggu proyek KFX/IFX nan sedang berjalan. Korsel kini membutuhkan segera sekitar 60 pesawat tempur modern dengan teknologi stealth. “ Sangat disesalkan tapi kita dapat maklum, jet tempur pesawat militer Indonesia masih jauh panggang dari api.