Sarana Transportasi Haji
Alat transportasi kereta barah merupakan jenis transportasi nan telah lama digunakan. Memang, pada awalnya, model kereta barah tidaklah seperti sekarang. Dahulu, kereta barah berupa kereta nan ditarik oleh kuda. Itu pun hanya satu gerbong.
Selanjutnya, kereta kuda ini tak sekadar menarik satu gerbong. Akan tetapi sudah dibuatkan rangkaiannya sekaligus jalur spesifik nan disebut rel (sepur). Saat itu, kereta kuda atau lori ini biasa digunakan di area pertambangan.
Setelah James Watt sukses menemukan mesin uap pada 1769, kemudian selang puluhan tahun berikutnya, Richard Trevithick sukses membuat mesin lokomotif pada 1804. Lokomotif temuan Richard Trevithick selanjutnya disempurnakan oleh George Stephenson, yakni berupa lokomotif uap.
Lokomotif uap ini mampu menarik gerbong kereta pada jalur rel selebar 1,42 m dan selanjutnya lebar rel tadi ditambahi lagi 1,3 cm. Lebar inilah nan kini dijadikan sebagai baku ukuran rel kereta barah di dunia.
Tak puas hanya dengan lokomotif uap, penelitian demi penelitian terus dilakukan. Setelah Michael Faraday sukses menggagas peralatan listrik, maka dibuatlah trem listrik. Trem listrik ini selanjutnya menjadi cikal bakal inovasi kereta barah listrik.
Sosok lain nan mencoba mengembangkan lokomotif kereta barah ialah Rudolf Diesel. Ia sukses membuat kereta barah bermesin diesel. Lokomotif ini jelas lebih efisien dan pastinya lebih bertenaga daripada lokomotif uap. Kereta barah bermesin diesel ini pertama kalinya digunakan pada tahun 1925.
Seiring dengan semakin pesatnya teknologi listrik dan magnet, akhirnya sukses pula diciptakan kereta barah magnet nan super cepat. Pada tahun 1960, Jepang sukses mengoperasikan kereta barah jenis ini atau nan sekarang lebih populer dengan nama Shinkanzen nan melayani rute Tokyo–Osaka.
Demikianlah, perkembangan kereta barah nan semakin dinamis. Mulai dari kereta kuda, lalu kereta barah berlokomotif uap, kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi lokomotif diesel. Selanjutnya, kereta barah listrik, dan terakhir kereta barah super cepat.
Perkembangan Alat Transportasi Kereta Barah di Indonesia
Awal mula pengoperasian kereta barah di tanah air terjadi pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Pada 17 Juni 1864, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Baron Sloet van den Beele mulai memerintahkan pembuatan jalur rel kereta barah nan menghubungkan antara Kemijen–Tanggung (Semarang) sejauh 25 km.
Pembangunan jalur rel kereta barah ini berlangsung selama tiga tahun. Pembangunan ini ada di bawah supervisi Nederlandsch Indische Spoorwerg Maatschappij (NISM) atau Maskapai Kereta Barah Hindia Belanda di bawah pimpinan J.P de Bordes. Jalur ini selanjutnya pada 10 Februari 1870 dapat digunakan buat menghubungkan Kota Semarang-Surakarta dengan jeda mencapai 110 km.
Keberhasilan Gubernur Hindia Belanda mengembangkan jalur kereta barah pertama di Indonesia ini mendorong dibukanya jalur serupa di berbagai wilayah di tanah air.
Bila diringkas, berikut ini petikan perkembangan pembangunan alat transportasi kereta barah di tanah air.
- 1860, T.J Stieljes menyelidiki kemungkinan dikembangkannya wahana transportasi kereta barah di Pulau Jawa.
- 1864 –1867, pembangunan rel kereta barah di bawah supervisi NISM nan menghubungkan Kemijen–Tanggung (Semarang).
- 22 Juni 1865, peresmian penggunaan rel kereta barah dengan rute Kemijen–Tanggung sejauh 25 km.
- 16 September 1871, peresmian penggunaan rel kereta barah dengan rute Batavia-Bogor.
- 21 Mei 1872, peresmian penggunaan rel kereta barah dengan rute Semarang–Solo–Yogyakarta.
- 1876, pembangunan rel kereta barah di Banda Aceh, selanjutnya diteruskan hingga ke Besitang, Sumatra Utara.
- 16 Mei 1878, peresmian jalur kereta barah Surabaya-Pasuruan oleh Staatspoorwegen (SS) atau (Perusahaan Kereta Barah Negara).
- 1886, awal beroperasinya Deli Spoorwerg Maatschappij (DSM) dengan rute Labuhan–Medan.
- 1891, pembangunan jalur kereta barah dengan rute Sawahlunto–Pelabuhan Teluk Banyu oleh SS buat digunakan sebagai jalur pengangkutan batu bara.
- 1894, peresmian jalur kereta barah Batavia–Surabaya melalui Bogor–Sukabumi–Bandung–Yogyakarta nan membutuhkan waktu tempuh selama tiga hari.
- 1898, pembangunan jalur kereta barah di Madura oleh Madoera Stoomtram Maatschappij.
- 2 Mei 1906, pembukaan jalur kereta barah Cikampek–Bandung. Dengan dibukanya jalur ini, waktu tempuh Batavia–Surabaya hanya sekitar 23 jam.
- 1914, pembangunan jalur kereta barah di Lampung dan Sumatra Selatan oleh SS. Jalur ini menghubungkan Panjang–Kertapati–Lubuk Linggau.
- 1 Januari 1917, peresmian jalur kereta barah nan menghubungkan Cirebon–Kroya oleh SS. Dengan dibukanya jalur ini, jeda tempuh Batavia–Surabaya menjadi lebih singkat lagi.
- 1918, mulai diizinkannya pengoperasian kereta barah pada malam hari. Dengan pemberlakuan kebijakan ini, waktu tempuh Batavia–Surabaya hanya berkisar 17 jam saja.
- Juli 1922, pembangunan jalur kereta barah di Sulawesi oleh SS. Jalur ini menghubungkan antara Makasar–Takalar. Sayangnya, jalur tersebut pada 1930 ditutup sebab dinilai tak menguntungkan.
- 1924, pemasangan frekuwensi elektrik buat pertama kalinya oleh DSM pada rute Medan–Belawan.
- 1925, peresmian elektrivikasi jalur kereta barah di daerah Batavia dan sekitarnya.
- Januari 1943, pembangunan jalur kereta barah di Banten Selatan oleh pemerintahan kolonial Jepang buat mengakses pertambangan batu bara di daerah Gunung Mandur. Pembangunan jalur kereta barah tersebut dilakukan dengan romusha (kerja paksa).
- Maret 1943, pembangunan jalur kereta barah nan menghubungkan Muaro–Pekanbaru oleh pemerintah kolonial Jepang dengan romusha.
- 1977, Perusahaan Jawatan Kereta Barah (PJKA) mendapatkan hibah dari Generial Electric Amerika berupa lokomotif baru (kelas CC201).
- 1981, pendirian Industri Kereta Barah (INKA) di Madiun. INKA merupakan pabrik kereta barah di Indonesia.
- 1984, penggunaan lokomotif diesel dengan teknologi AC/DC buat pertama kalinya.
- 1 Juni 1999, PJKA berubah menjadi PT. Kereta Barah Indonesia (KAI).
Sarana Transportasi Haji
Hal nan menarik dalam perkembangan alat transportasi kereta barah di global ialah pada masa Khalifah Islam berpusat di Istanbul Turki. Pemerintah Utsmaniyah membangun jalur kereta barah nan membentang dari Damaskus hingga Arab Saudi. Jalur kereta barah ini juga melalui Istanbul Turki.
Pembangunan jalur kereta barah nan sangat panjang tersebut, dilakukan atas instruksi Sultan Hamid II nan melibatkan 5000 tenaga kerja, terdiri atas penduduk sipil serta angkatan darat. Pembangunan jalur kereta barah ini selesai pada 1908 dan menghabiskan dana sekitar 16 juta dollar.
Pada awalnya, pembangunan jalur kereta barah dari Damaskus itu direncanakan sampai pelabuhan Jedah dan Mekah buat dijadikan sebagai alat transportasi jamaah haji. Namun sebab keterbatasan biaya, pembangunan jalur kereta barah ini hanya berakhir sampai Madinah saja. Dengan dibukanya wahana transportasi kereta barah tersebut, waktu dan jeda tempuh jamaah haji dari wilayah Turki menjadi lebih efisien.
Demikianlah, perkembangan transportasi kereta barah di global memberikan kontribusi krusial bagi peradaban manusia pada zamannya. Tidak hanya sekadar sebagai wahana transportasi sehari-hari, keberadaan kereta barah terbukti turut andil dalam mempermudah transportasi jamaah haji.
Kebutuhan wahana transportasi kereta barah rupanya masih akan terus berlanjut hingga masa nan akan datang. Di Indonesia, wahana transportasi ini memang lebih merakyat. Hanya saja, bukan berarti pemerintah memberikan pelayanan ala kadarnya.
Mengingat kereta barah masih diminati oleh sebagian besar masyarakat kita, khususnya di saat lebaran tiba, sudah seharusnya pemerintah berusaha seoptimal mungkin buat memberikan pelayanan terbaiknya kepada para penggunanya.