Belajar Menyikapi Musibah Ala Umar bin Khattab
Ketika bala datang, manusia hanya dapat berupaya buat menyelamatkan diri dari bala tersebut. Jika Tuhan menghendaki selamat, maka bagaimanapun keadaan kita saat bala itu datang, kita niscaya akan selamat. Bala ialah misteri Tuhan nan dapat datang kapanpun. Dia tak akan pernah meminta persetujuan kita. Jika Dia berkehendak, maka akan terjadi.
Bencana, apapun jenisnya, selalu menghadirkan cerita sedih bagi siapa pun. Tidak hanya mereka nan menjadi korban, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Bala besar nan terjadi di suatu negara tidak sporadis juga mendatangkan simpati dari negara lain. Ucapan turut berduka cita pun berdatangan dari negara lain.
Belakangan ini, Indonesia mendapat perhatian nan cukup serius dari masyarakat dunia. Bala besar nan terus-terusan terjadi di Indonesia ialah penyebabnya. Dimulai dengan bala Tsunami nan terjadi di Aceh pada 2004 lalu. Kemudian, disusul dengan tsunami-tsunami lain di daerah pesisir Indonesia. Ditambah lagi dengan bala letusan gunung Merapi nan terjadi pada 2010 lalu. Itu ialah rangkaian bala nan memprihatinkan dan menyuguhkan cerita-cerita sedih.
Bencana besar nan mengerikan itu bukan hanya terjadi di Indonesia. Negara lain seperti Jepang ialah negara nan baru-baru ini mengalami bala luar biasa. Kisah-kisah menyedihkan masyarakat Jepang dalam memperjuangkan nyawanya dan mempertaruhkan nyawa buat orang tersayang menghiasai pemberitaan bala nan terjadi di Jepang.
Berikut ini ialah beberapa penggalan cerita sedih nan berasal dari korban bala nan terjadi di Jepang dan Indonesia. Cerita sedih ini mudah-mudahan bisa memberikan Anda inspirasi dan motivasi buat terus berjuang dalam hayati sebab sesungguhnya hayati ialah perjuangan.
Cerita Sedih Seekor Anjing nan Setia
Cerita mengenai kesetiaan seekor anjing memang sudah dikenal secara luas olah masyarakat. Tidak mengherankan jika anjing merupakan hewan peliharaan nan paling disayangi oleh pemiliknya. Kesetiaan anjing sekali lagi terlukis dari tragedi gempa Jepang nan terjadi beberapa waktu lalu.
Seekor binatang seperti anjing saja memiliki kesetiaan nan luar biasa. Ia menghadirkan cerita sedih di tengah banyaknya cerita pilu para korban gempa Jepang. Anjing itu dari jenis Spaniel. Ia dengan setia menemani sahabatnya nan terluka parah. Saat wartawan meliput keadaan daerah Arahama, anjing itu menghampiri wartawan, terus menggonggong seperti tengah meminta pertolongan.
Anjing itu memberi petunjuk pada wartawan dan seolah ingin mengatakan, "Ada temanku nan tertimpa bangunan, dan ia membutuhkan bantuan." Wartawan itu pun menghampiri reruntuhan gedung nan menimpa anjing. Kedua anjing itupun selamat. Anjing nan terluka segera mendapatkan pertolongan dari tim dokter setempat.
Kisah Sedih Korban Letusan Gunung Merapi
Salah satu cerita sedih datang dari seorang mahasiswa Universitas Yogyakarta bernama Surya. Dalam bala itu ia kehilangan ibu serta adiknya. Saat itu, wedhus gembel menyerang kediamannya. Dengan keadaan panik, orang-orang berhamburan. Sibuk berlari menyelamatkan diri dan orang-orang nan mereka sayangi.
Di tengah keadaan nan kacau, Surya menyelamatkan diri masuk ke dalam kamarnya nan berada di lantai dua dan bersembunyi di bawah loka tidur. Beberapa saat kemudian, Surya keluar dari kamar dan memanggil-manggil keluarganya. Surya mendapatkan pemandangan nan sangat menyedihkan. Ia mendapati ibu dan adik perempuannya telah meninggal dunia. Tubuh ibu dan adik perempuannya tertimbun debu panas nan ganas.
Melihat keadaan ibu dan adik perempuannya nan telah menjadi mayat, Surya berusaha buat memisahkan mayat kedua orang terkasihnya tersebut dari tumpukan mayat-mayat nan bergelimpangan. Debu nan menyelimuti tubuh ibu dan adiknya sangat panas, Surya pun tak sukses mendekap mayat ibu dan adiknya. Selain kehilangan ibu dan adik perempuannya, Surya kehilangan ayah serta adiknya nan lain.
Belajar Menyikapi Musibah Ala Umar bin Khattab
Tak ada bala nan tak membuat kita sedih. Namun tidak serta merta bala nan menimpa dibiarkan membuat diri kita nelangsa. Mestinya, kita tetap tegar berusaha bangkit buat membuktikan bahwa bala nan menimpa bukan akhir segalanya. Namun, apa 'pil" nan bisa membuat kita bangkit dari bala atau cerita sedih nan menimpa diri?
Jawabannya adalah, belajar dari cara bangkitnya orang terdahulu dalam menghadapi musibah atau bencana. Orang tersebut niscaya memiliki cerita sedih dari musibah nan dialami, namun ia juga punya cerita senang kala mampu bangkit membuat dirinya tetap bahagia.
Adalah Umar bin Khattab nan layak ditiru dalam cara menghadapi musibah. Di dalam buku "Ketika Merasa Allah Tidak Adil" dicantumkan ihwal trik Umar bin Khattab bangkit dari musibah. Setiap kali ia mendapati musibah, sebanyak empat kali mengucapkan kata "hamdalah". Aneh, bukan? Sejatinya, inilah trik buat bangkit dari musibah nan menghimpit diri.
1. Hamdalah pertama dimaknai oleh Umar bin Khattab sebagai rasa syukur bahwa Allah tak menurunkan musibah nan lebih berat dan lebih dahsyat dari apa nan dialaminya. Hamdalah ini menunjukkan, ada sedikit cerita sedih nan awal terlintas di dalam diri Umar bin Khattab. Namun, rasa syukurnya jauh lebih lama bersamanya.
Ia yakin, bahwa musibah nan dilaluinya sudah terjadi dan tak mungkin diubah lagi. Jadi lebih baik bersyukur kepda Allah, sebab dalam menghadipi musibah ini masih dapat tegar, masih dapat menghirup udara dan masih dapat meraih hayati nan bahagia. Musibah niscaya akan berlalu seiring dengan waktu demi waktu nan dilalui.
2. Hamdalah kedua dimaknai oleh Umar bin Khattab sebagai bukti syukurnya bahwa Allah tak menimpakan musibah pada agamanya. Karena jika mengenai agamanya, hal itu jauh lebih berbahaya. Adakah cerita sedih di hamdalah keduanya? Tetap saja, ada. Namun ia segera mengiringinya dengan syukur. Karena tak mengenai agamanya.
Jika musibah nan mampu membuat cerita sedihnya tersebut mengenai agama sungguh sangat menyedihkan. Misalnya saja, ia tak lagi taat kepada Allah. Maka hal ini dapat sangat berbahaya. Ia bakal mengalami wafat dengan su-ul khatimah (mati dalam kondisi jelek dalam pandangan agama Islam). Setelah itu akan mengalami siksa kubur, sebab matinya saja sudah dalam kondisi buruk. Kemudian di persidangan Allah atau hari hisab, ternyata dosanya lebih banyak dari pahalanya. Sungguh, ini musibah nan jauh lebih besar dari musibah nan dihadapi di global ini.
3. Hamdalah ketiga dimaknai oleh Umar bin Khattab sebagai memelihara kesabaran, sebab Allah menjanjikan surga bagi orang-orang nan bersabar. Umar masih memiliki cerita sedih ketika ditimpa musibah, tapi ia bersyukur sebab Allah masih memberikannya kesabaran. Ia tak protes kepada Allah. Ia tak menilai Allah tak adil dengan musibah nan dihadapinya.
Kesyukuran Umar bin Khattab sebab masih dapat bersabar menjadikannya cepat bangkit dari musibah nan dihadapi. Ia konfiden bahwa Allah akan menggantikan nan lebih baik. Jika pun tidak, Allah akan menjanjikan surga nan tak ada bandingannya. Surga ialah incaran setiap insan beriman. Surga jauh lebih berharga dari global dan isinya.
4. Hamdalah keempat dimaknai oleh Umar bin Khattab sebagai rasa syukurnya sebab Allah bakal memberikan nikmat nan baru sebagai ganti dari nikmat nan lama. Artinya, kesyukuran nan keempat dipandang oleh Umar bin Khattab akan ada episode nikmat baru nan dihadirkan Allah. Musibah nan datang ialah limit akhir dari nikmat nan pernah didapatkannya.
Dengan hadirnya musibah tersebut, berarti Allah akan menghadirkan nikmat baru nan mungkin belum pernah didapatkannya. Sungguh ini selaras dengan firman Allah Swt., " Jika kamu bersyukur atas nikmat-Ku, maka akan Aku tambah. Namun jika kau kufur, pasti azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7)
Sungguh, musibah nan datang menghampiri niscaya membawa cerita sedih , namun jangan sampai kesedihan tersebut membuat kita tidak lagi memiliki semangat hidup. Ingat! Semua nan dimiliki di global ini memiliki limit dari Allah Swt. Jika tak ditinggalkan, maka kita nan bakal meninggalkannya.