Tidak Hanya Al Walid
Pangeran Al Walid Terkaya ke-13
Pangeran Al Walid bin Talal bin Abdulaziz Alsaud ialah orang nan paling kaya ke-13 di dunia, menurut majalah Forbes. Beliau ialah orang terkaya nomor satu di tanah Arab. Kekayaannya tersebut didapatkan dari berbagai bisnis, di antaranya ialah saham, properti, perusahaan IT, kesehatan, resort, dan entertainment. Menurut cerita nan beredar, di hotel-hotel mewah nan dimilikinya tak boleh ada minuman keras. Ia berusaha buat hayati sebagai seorang muslim nan baik.
Ketika menyerahkan zakat dan sedekahnya, ia nan mendatangi orang-orang nan berhak menerimanya dan bukannya mereka nan tak mampu itu nan mendatanginya. Inilah satu tindakan nan benar. Tidak seperti orang kaya di Indonesia nan bahagia kalau melihat orang miskin mengantri di depan rumahnya buat menerima zakat atau sedekahnya. Seharusnya memang orang kaya itulah nan memberikan langsung zakat mereka kepada nan berhak menerimanya. Apalagi buat janda-janda tua nan sudah tak dapat bergerak sebab sakit.
Al Walid nan mempunyai istri tiga ini benar-benar memanfaatkan kekayaannya tak hanya dengan membagikan uang zakat secara langsung kepada penduduk miskin Mekkah dan sekitarnya, tapi juga membantu negara lain termasuk menyumbang kepada Amerika ketika peristiwa 11 September terjadi. Global melihat sosok satu ini sebagai seseorang nan tak mau tanggung dengan segala hal. Ia membangun gedung tinggi di Arab Saudi.
Mungkin saja ia tahu kalau salah satu tanda-tanda kiamat itu ialah ketika orang sudah mulai berlomba membangun gedung-gedung pencakar langit. Namun, nan ada di otaknya ialah bagaimana bangsa Arab nan notabene ialah umat Islam, tak dipandang rendah oleh orang lain. Dengan adanya gedung pencakar langit paling tinggi di global di tanah Arab, itulah salah satu wujud kehebatan bangsa Arab. Ia ingin orang lain terutama bangsa barat melihat Islam bukan sebgaai boneka nan dapat dimainkan seenaknya.
Inilah nan membuat sang pangeran selalu membuat gebrakan nan mengagetkan banyak orang. Ia ingin menjadi nan nomor satu. Ia membeli salah satu pesawat terbesar di global A380n dan mengubahnya menjadi istana terbang nan super mewah. Tentu saja orang banyak nan kagum dan terbelalak dibuatnya. Ketika kewajiban telah ditunaikan, memang tak ada salahnya menikmati karunia nan telah diberikan Allah Swt kepada umat-Nya. Al Walid tampaknya sangat tahu hal itu. Itulah sebabnya ia tak merasa bersalah buat menikmati hartanya.
Memang berbeda cara orang bersyukur. Ada juga orang nan sangat kaya itu tak ingin menikamti hartanya dengan cara seperti nan dilakukan oleh Al Walid. Ia lebih berbahagia dengan memberikan sebagian besar hartanya kepada orang lain. Ia telah merasa cukup dengan dapat ke masjid sebelum waktu sholat 5 waktu. Ia tak sungkan buat mengumandangkan azan sebab ia tahu hukumnya dan ganjaran nan diberikan oleh Allah Swt kalau ia menjadi muadzin.
Ia lebih bahagia dapat sholat berjamaah setiap waktu dan berzikir daripada menikmati global dengan berfoya-foya. Ia konfiden bahwa kehidupan di surga itu lebih nikmat daripada kehidupan di dunia. Ia tak banyak memiliki pakaian. Yang ia inginkan bahwa pakaiannya itu higienis dan jauh dari najis. Hidupnya terlihat senang dan ia bahagia berada dekat dengan keluarganya. Inilah disparitas cara menikmati hidup. Semua ialah pilihan dan setiap pilihan ada dampak nan akan ditanggung.
Kemewahan Hayati Al Walid
Al Walid mempunyai kapal pesiar, pesawat jet pribadi termasuk modifikasi pesawat Airbus A380 nan sangat mewah. Al Walid tinggal di rumah nan sangat mewah dengan ratusan kamar di dalamnya. Ada ratusan pembantu nan siap sedia setiap saat buat melayani cucu perdana menteri Libanon nan pertama ini. Koleksi mobilnya pun tak tanggung-tanggung walaupun jumlahnya belum sebanyak koleksi mobil Sultan Bolkiah dari Brunei Darussalam. Ia sungguh merasa bahagia dengan apa nan ia miliki dan dengan apa nan ia lakukan.
Ketika ada isu bahwa ia melakukan sesuatu nan tak baik terhadap seorang wanita, orang menjadi tak percaya sebab sepertinya bukan seperti itu Al Walid memperlakukan wanita. Pangeran satu ini memang cukup terkenal. Tidak heran kalau banyak nan ingin menjatuhkannya. Ia juga bahagia terlibat dalam perpolitikan sehingga orang semakin mengenalnya. Ketika seseorang itu terkenal, satu hal nan niscaya ialah akan banyak nan bahagia dan akan tak sedikit nan tak senang.
Bisnis Al Walid
Al Walid tak pernah memanfaatkan pengaruhnya sebagai anggota kerajaan Arab Saudi dalam menjalankan bisnisnya. Al Walid bahkan selalu ingin menunjukkan kepada global bahwa bangsa Arab juga dapat bersaing dengan bangsa lain. Misalnya, dalam pembuatan gedung-gedung pencakar langit.
Al Walid sedang membangun gedung pencakar langit paling tinggi (1km) di tanah Arab. Selain itu, Al Walid juga monoton mempromosikan penggunaan teknologi internet bagi bisnis di Arab Saudi. Lewat perusahaan-perusahaan IT miliknya, seperti Apple, Motorola, dan News Cooperation, Al Walid terus menularkan virus IT ini ke seluruh bumi Arab.
Al Walid nan lulusan Menlo College di California pada 1979 ini dianggap sebagai ‘penghubung’ antara global Islam dan global Barat. Di hotel berbintangnya, semua orang dapat dengan mudah mendapatkan kitab kudus mereka masing-masing. Toleransinya nan tinggi membuat bisnisnya berjalan lancar.
Al Walid juga sangat menghargai kemampuan wanita. Dialah nan pertama kali mempekerjakan seorang pilot wanita. Pemberlakuan emansipasi wanita ini tak mudah sebab bangsa Arab masih menjalankan paham bahwa wanita lebih baik berada di rumah dan tak boleh ke luar rumah bila tak didampingi oleh muhrimnya.
Kritik Al Walid buat ‘Keluarga’nya
Pergaulannya nan luas membuatnnya ingin agar kerajaan Arab Saudi menjadi demokratis dengan cara adanya pemilihan umum. Laki-laki nan mempunyai sebuah perusahaan film nan diberi nama Rotana dan juga perusahaan rekaman ini sangat ingin bangsa Arab tampil sebagai bangsa nan bisa menghargai semua bangsa di dunia.
Untuk menunjukkan keseriusannya dalam hal menghargai bangsa lain ini, Al Walidpun pernah menyumbangkan $20 juta dolar Amerika ke museum Louvre di Paris. Dia juga menyumbangkan beberapa bantuan buat kajian Islam di Universitas Georgetown dan Universitas Harvard pada 2005. Dia pun menyumbangkan dana ke Universitas Amerika nan berada di Kairo, Mesir nan ditujukan bagi kajian Amerika di universitas tersebut.
Tindakan Al Walid nan kurang lebih tak seperti tindakan para anggota kerajaan lainnya, membuatnya lebih mendapatkan perhatian dari global luar. Orang memandangnya sebagai orang nan cukup terbuka walaupun dengan prinsip nan masih cukup kokoh sebagai seorang muslim. Banyak juga nan risi bahwa keterbukaan nan dibawa oleh Al Walid ini malah akan membuat global Arab semakin tak karuan. Sekarang saja ketika alam terbuka telah diterima oleh banyak negara muslim termasuk Indonesia, kerusakan akhlak malah semakin menjadi.
Tidak Hanya Al Walid
Masih banyak orang Islam nan kekayaannya diakui oleh dunia. Mereka juga merupakan pengusaha besar nan mampu bersaing dengan para pengusaha lainnya. Mereka tak berasal dari tanah Arab saja. Misalnya, seorang pengusaha dari India nan dikatakan sebagai salah satu orang terkaya di dunia, Azim Premji. Posisinya memang di bawah Al Walid. Azim Premji menduduki peringkat ke-36. Pengusaha bidang IT ini malah dikenal sebagai ‘Bill Gates dari India’. Hal ini sebab adanya kecenderungan bisnis dengan salah satu orang paling kaya di global tersebut.
Kalau dari Indonesia, muslim nan termasuk cukup kaya ialah Chairul Tanjung, Achmad Hamami, Garibaldi Thohir, dan Aksa Mahmud. Mereka cukup terkenal di global bisnis. Merera cukup tangguh. Semoga saja mereka dapat amanah dan tak bahagia menonjolkan diri bila tak ada tujuan nan jelas.