Zat Pewarna Penarik Perhatian
Siapa pun di global ini niscaya ingin hayati sehat dan terbebas dari berbagai macam penyakit. Namun demikian menjumpai bahan makanan tanpa adanya zat pewarna dan zat tambahan (aditif) tidaklah mudah. Apalagi di era nan serba modern, nan cepat dan instan seperti saat ini. Artikel ini akan membahas seputar zat pewarna makanan.
Zat Pewarna Penarik Perhatian
Makanan dan minuman nan beraneka ragam, dipromosikan melalui iklan di media, berkemas mewah dan bermerek internasional seakan menjadi agunan kesehatan bagi para penikmatnya. Padahal, kesehatan manusia tak ditunjang dengan nama besar produk atau kemasannya, namun tergantung pemilik tubuh nan menjaga dan memeliharanya.
Salah satu zat aditif nan saat ini menjadi perhatian ialah zat pewarna makanan. Zat ini memang sengaja ditambahkan ke dalam makanan atau minuman. Selain menambah selera, juga buat memberikan kesan bahwa makanan atau minuman tersebut sedap dipandang dan nikmat bila dikonsumsi, khususnya bagi anak-anak, nan memang bahagia dengan makanan atau minuman nan berwarna-warni.
Masalah kesehatan kemudian akan timbul, jika seseorang hanya terkonsentrasi pada tampilan makanan tanpa mempedulikan nilai nutrisi nan terkandung dalam makanan tersebut. Apalagi jika makanan tersebut memiliki zat pewarna makanan nan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Maka mulai saat ini, kita harus selektif terhadap zat pewarna makanan nan kita konsumsi.
Zat Pewarna - Selektif Itu Harus
Bahan pewarna makanan memang terbagi menjadi bahan alami dan protesis atau kimia. Untuk pewarna alami bisa diekstrak atau diperoleh dari tanaman nan memang mengandung zat pewarna tersebut. Misalnya rona kuning, dapat kita peroleh dari wortel nan mengandung karotenoid. Hijau dari daun pandan nan mengandung klorofil.
Adapun pewarna protesis atau sintetis, contohnya ialah Sunsetyellow FCF nan memberi rona oranye, Carmoisine buat pemberi rona merah, Brilliant Blue FCF pewarna biru, serta Tartrazine nan memberi rona kuning. Baik pewarna alami maupun pewarna buatan, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Untuk pewarna alami, zat ini kondusif dikonsumsi oleh tubuh manusia, sebab merupakan bahan organik. Namun kelemahannya, zat ini tak tahan lama. Pewarna alami mudah pudar dalam kondisi panas, asam maupun basa. Sehingga tampilan makanan nan menggunakan pewarna alami biasaya tak secerah rona makanan dengan pewarna sintetis.
Pewarna buatan, komposisinya lebih stabil. Pewarna protesis atau sintetis memiliki daya tahan terhadap panas lebih tinggi dibandingkan pewarna alami. Namun kekurangannya, zat pewarna protesis akan membahayakan kesehatan manusia apabila dikonsumsi melebih batas pemakaian nan diperbolehkan.
Jim Stevenson, profesor Universitas Southampton mempublikasikan hasil penelitian nan menyebutkan bahwa anak-anak nan diberi minuman dengan pewarna makanan (buatan) dan pengawet tertentu, lebih hiperaktif dibandingkan anak nan tak diberi makanan dengan zat pewarna buatan. Perlu diketahui bahwa di Amerika Serikat, masalah hiperaktifi tergolong masalah kejiwaan nan serius dan harus diatasi dengan segera, sebab berhubungan dengan otak dan aktivitas berpikir manusia.
Sudah begitu banyak anak-anak menjadi korban. Anak-anak nan akhirnya menderita kelainan otak ini membutuhkan penanganan khusus. Mereka membutuhkan pendidikan dengan metode dan teknik pedagogi nan berbeda. Mereka menuntut kesabaran dari semua pihak. Tak mungkin membiarkan anak-anak ini tumbuh tanpa didikan dan pendidikan nan memadai. Kendalanya ialah bahwa pendidikan buat anak-anak berkebutuhan spesifik ini tak murah. Jadi menghindari kejadian jauh lebih baik daripada mengobati.
Anak-anak tersebut akan seperti itu hingga akhir hayatnya bila tak diberikan bekal hayati nan memadai. Bagaimana dengan anak-anak dari keluarga kurang mampu. Tidak sporadis anak-anak berkebutuhan spesifik ini dianggap anak nan merugikan dan tak sinkron dengan harapan. Pencerahan orangtua bahwa anak ialah titipan Tuhan dan harus dijaga dengan sebaik-baiknya ialah sangat penting. Hal ini akan memberikan semangat kepada seluruh keluarga agar bahu-membahu mendidik anak nan lain daripada nan lain.
Zat Pewarna Berbahaya dan Dilarang
Selain zat pewarna protesis nan dapat mengganggu kesehatan manusia bila dikonsumsi melebihi batas, di negeri kita juga seringkali ditemui makanan atau minuman nan menggunakan bahan pewarna nan dilarang oleh Permenkes 722/MenKes/Per/VI/88.
Bahan-bahan pewarna tersebut diantaranya Rhodamine-B yang dicampurkan ke dalam daging, saus tomat, maupun terasi. Padahal sebenarnya, pewarna tersebut digunakan buat industri tekstil. Bila Rhodamine-B dikonsumsi, akibatnya akan fatal. Dalam jangka panjang akan terjadi kerusakan organ hati dan ginjal, hingga menyebabkan kanker.
Cara Selektif Memilih dan Mencermati Zat Pewarna
Untuk menghindari konsumsi zat pewarna makanan nan berlebih atau pewarna makanan nan dilarang, berikut beberapa langkah nan dapat ditempuh.
- Biasakan membuat makanan dengan berdikari di rumah dengan menggunakan bahan-bahan nan alami.
- Jika Anda membeli makanan dan minuman dalam kemasan, perhatikan bahan-bahan penyusun makanan atau minuman nan akan Anda beli, pastikan ada label izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
- Untuk bahan makanan nan dibeli di pasar tradisional atau tanpa kemasan khusus, biasakan memilih makanan nan warnanya tak terlalu mencolok dan bewarna-warni.
- Hindari memilih makanan nan apabila dipegang, warnanya menempel dengan kuat di tangan Anda meski sudah dibasuh dengan air, sebab kemungkinan makanan tersebut mengandung zat pewarna tekstil.
Mulai saat ini, berhati-hatilah, sebab kesehatan Anda ada di tangan Anda. Bila telah sakit, pengobatan akan sangat mahal. Belum lagi kehidupan nan terganggu dan diri Anda tak akan sama dengan ketika sebelum sakit. Berhati-hati dan terus meningkatkan kemampuan diri dalam menghadapi para pengusaha nakal merupakan langkah nan cukup efektif dan efisien.
Zat Pewarna Alami
Pewarna alami bisa diperoleh dari tumbuhan, hewan, dan sumber-sumber mineral. Pewarna ini sudah dipakai sejak zaman dulu dan dipercaya lebih kondusif daripada zat rona sintetis. Contoh zat pewarna alami ialah annato nan merupakan sumber rona alami buat jenis makanan tertentu, karoten, dan klorofil. Di dalam daftar FDA, pewarna alami dan pewarna identik alami termasuk dalam uncertified color additives sehingga tak perlu sertifikat kemurnian kimiawi.
Keterbatasan pewarna alami terkadang membuat rasa dan flavor khas makanan nan tak sinkron dengan keinginan, konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman rona kurang baik, dan spektrum rona tak sebanyak zat pewarna sintetik. Oleh sebab itulah, pewarna sintetik dianggap memiliki kelebihan dibanding dengan pewarna alami. Pewarna sintetik memiliki kekuatan mewarnai nan lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil, dan cenderung lebih murah.
Contoh zat-zat pewarna alami nan sering dipakai buat mewarnai makanan ialah sebagai berikut.
- Karoten, pewarna alami nan menghasilkan rona jingga hingga rona merah. Pewarna alami ini sering diapakai buat mewarnai produk-produk minyak dan lemak, misalnya minyak goreng dan margarin. Karoten terdapat dalam wortel, pepaya, dan lain-lain.
- Biksin, pewarna alami nan menciptakan rona kuning seperti rona mentega. Zat pewarna alami ini ada dalam biji pohon Bixa orellana di daerah tropis dan biasa dipakai buat mewarnai mentega, margarin, minyak jagung, dan salad dressing.
- Karamel, pewarna alami nan berwarna cokelat gelap nan dihasilkan dari pemecahan ( hidrolisis ) karbohidrat, gula pasir, laktosa, dan sirup malt. Karamel sendiri memiliki tiga jenis, yakni karamel tahan asam (dipakai buat minuman berkarbonat), karamel cair (roti dan biskuit), dan karamel kering.
- Klorofil, zat pewarna alami nan terdapat pada daun dan menghasilkan rona hijau. Zat pewarna alami ini banyak digunakan buat pewarna makanan, bahkan digunakan juga di berbagai produk kesehatan. Daun suji, pandan, dan katuk, ialah dedaunan nan banyak mengandung pigmen klorofil. Dedaunan ini ialah penghasil rona hijau nan menarik dan beraroma harum nan khas sehingga sering dipakai buat perwarna berbagai jenis kue jajanan pasar.
- Antosianin, pewarna alami nan menghasilkan rona meraha, oranye, ungu, dan biru. Zat pewarna alami ini banyak dijumpai pada kembang dan buah-buahan, misalnya pacar air, krisan, mawar, bunga sepatu, kembang tasbih, aster cina, pelagronium, anggur, apel, strawberi, chery, buah manggis, dan umbi ubi jalar. Bunga telang menciptakan rona biru keungu-unguan, sedangkan belimbing sayur menciptakan rona merah. Sementara itu, pemakaian pewarna alami seperti pigmen antosianin masih bersifat terbatas pada produk makanan tertentu, contohnya pada produk minuman (susu, jus, dan sari buah).
Pengetahuan tentang zat pewarna itu akan membukakan mata dan hati agar terus berhati-hati agar diri dan keluarga serta lingkungan terhindar dari hal-hal nan berbahaya.