Bersatunya Bursa Imbas Jakarta dengan Bursa Imbas Surabaya

Bersatunya Bursa Imbas Jakarta dengan Bursa Imbas Surabaya

Seiring dengan peleburan Bursa Imbas Jakarta dan Bursa Imbas Surabaya menjadi Bursa Imbas Indonesia, kini Bursa Imbas Jakarta sudah tak ada lagi. Akan tetapi, banyak orang belum terbiasa menyebut Bursa Imbas Indonesia. Sebenarnya, bagaimana sejarah Bursa Imbas Jakarta itu? Berikut ini mari kita telusuri asal muasalnya.

Sebenarnya, sebelum Indonesia merdeka, bursa imbas atau pasar kapital telah ada. Pada tahun 1912, pemerintah Hindia Belanda mendirikan pasar kapital di Batavia demi kepentingan VOC atau pemerintah kolonial. Namun, pertumbuhan dan perkembangan pasar kapital tersebut tak sinkron harapan.

Banyak terjadi kevakuman pada aktivitas pasar modal. Ada beberapa faktor nan menyebabkan hal tersebut, di antaranya ialah Perang Global I, Perang Global II, transisi kekuasaan antara pemerintah kolonial dan pemerintah Republik Indonesia, serta berbagai penyebab lainnya. Oleh sebab itu, bursa imbas di Batavia ini ditutup pada kurun Perang Global I.

Pada tahun 1925, Bursa Imbas Jakarta dibuka kembali. Pada saat nan bersamaan, Bursa Imbas Semarang dan Bursa Imbas Surabaya pun dibuka. Sayangnya, Bursa Imbas Semarang dan Bursa Imbas Surabaya ini tak berumur panjang. Hal ini berkenaan dengan Perang Global II nan mempengaruhi kondisi politik. Karenanya, kedua bursa tersebut ditutup pada tahun 1939.

Tiga tahun kemudian, Bursa Imbas Jakarta menyusul ditutup pada tahun 1942. Penutupan tersebut berlangsung selama satu dekade. Pada tahun 1956 terjadi program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Imbas Jakarta pun semakin tak aktif. Terjadi kevakuman kegiatan perdagangan selama tahun 1956 hingga tahun 1977.

Pemerintah Republik Indonesia kembali mengaktifkan pasar kapital pada tahun 1977. Pengaktifan tersebut diresmikan oleh Presiden Suharto pada 10 Agustus 1977. Bursa Imbas Jakarta ini dijalankan di bawah Badan Pelaksana Pasar Kapital (BAPEPAM). Oleh sebab itu, Hari Ulang Tahun Pasar Kapital pun diperingati setiap tanggal 10 Agustus. Emiten pertama pada pengaktifan kembali pasar kapital ini ialah PT. Semen Cibinong.

Sayangnya, perdagangan pada bursa ini cukup lesu. Hal itu berjalan selama satu dekade, yaitu sejak 1977 hingga 1987 hanya terdapat 24 emiten. Instrumen perbankan lebih menjadi pilihan masyarakat daripada instrumen pasar modal. Lalu, lahirlah program Paket Desember 1987 (PakDes 87) nan menawarkan kemudahan bagi investor asing buat menanamkan kapital di Indonesia dan memudahkan perusahaan nan ingin melakukan Penawaran Umum.

Sejak dibuka buat asing, aktivitas bursa pada tahun 1988 hingga 1990 terlihat meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peluncuran paket deregulasi pada bidang Perbankan dan Pasar Modal. Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi pada 2 Juni 1988. Bursa tersebut dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Imbas (PPUE). Organisasi dari BPI ini terdiri atas dealer dan broker .

Program Paket Desember 88 (PakDes 88) dikeluarkan pemerintah pada Desember 1988. Program ini bertujuan buat memberi kemudahan bagi perusahaan dalam melakukan go public . Pada PakDes 88 ini juga terdapat beberapa kebijakan lain demi pertumbuhan pasar modal.

Adapun Bursa Imbas Surabaya (BES) kembali beroperasi pada 16 Juni 1989. Pengelolaan BES ini dipegang oleh Perseroan Terbatas milik swasta. Begitu pula dengan Bursa Imbas Jakarta nan juga dikelola oleh partikelir sejak 13 Juli 1992 nan dijadikan sebagai hari ulang tahunnya. BAPEPAM pun beralih fungsi menjadi Badan Pengawas Pasar Kapital sehingga tak lagi menjadi Pelaksana.

Seiring dengan kemajuan teknologi, Bursa Imbas Jakarta memberlakukan Sistem Otomasi Perdagangan sejak 22 Mei 1995. Sistem Otomasi tersebut menggunakan Jakarta Automated Trading Systems (JATS). Pada 10 November 1995, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Kapital dikeluarkan oleh Pemerintah. Pemberlakuan Undang-undang tersebut dimulai sejak Januari 1996. Masih di tahun 1995, Bursa Imbas Surabaya melakukan merger dengan Bursa Paralel Indonesia.

Zaman pun semakin modern. Pada tahun 2000 transaksi perdagangan instrumen pasar kapital sudah dilakukan tanpa kertas atau scriptless trading . Pasar Kapital Indonesia memberlakukan sistem perdagangan tanpa warkat. Modernisasi terus dilakukan, Bursa Imbas Jakarta pun menerapkan remote trading atau sistem perdagangan jeda jauh pada tahun 2002.

Demi memasyarakatkan Pasar Modal, Bursa Imbas Jakarta bekerjasama dengan CFA Indonesia atau ISIP menyelenggarakan kompetisi laporan riset emiten. Kompetisi pertama diadakan pada tahun 2006. Berikut ini ialah suka duka kampiun I dari pemenang pertama kompetisi.



Kompetisi Analysis Report - Bursa Imbas Jakarta

Kompetisi Analysis Report ini diselenggarakan dalam rangka merayakan ulang tahun ke-14. Kompetisi ini ditujukan buat memperkenalkan global Analis Pasar Kapital kepada para mahasiswa dan mahasiswi Magister Manajemen. Peserta mencakup tim mahasiswa dan atau mahasiswi beranggotakan lima orang nan terdaftar dalam program studi Magister Manajemen di Jabotabek dan Bandung.

Dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-14 dan upaya buat memperkenalkan global Analis Pasar Kapital kepada para mahasiswa S2 Magister Manajemen, BEJ bekerjasama dengan CFA Indonesia mengadakan kompetisi pembuatan laporan riset emiten.

Selama dua setengah bulan, setiap tim mengajukan riset mereka buat dipresentasikan pada final kompetisi. Bentuk laporan analisis layaknya hasil riset para analis nan memberikan rekomendasi investasi, yaitu beli, tahan, atau jual.

Pilihan perusahaan buat dianalisa pada kompetisi tahun 2006 tersebut ialah Astra International, BCA, BRI, Perusahaan Gas Negara, dan Telekomunikasi Indonesia. Konfirmasi partisipasi setiap tim dilakukan pada 15 Mei 2006. Pada 23 Mei 2006, penentuan mentor buat setiap tim. Draf laporan riset pertama diserahkan pada pertengahan Juni 2006, dan kemudian dilakukan penyerahan laporan final.

Berdasarkan laporan final tersebut, diseleksilah 5 finalis buat presentasi di depan dewan juri pada 2 Agustus 2006. Ketua dewan juri pada kompetisi pertama ini ialah Lin Che Wei nan saat itu menjabat sebagai Direktur Primer PT. Danareksa (Persero).

Kelima tim nan masuk babak final ini ialah MM IPMI 1 tim, MM Prasetiya Mulya 1 tim, MM Universitas Indonesia 2 tim, dan MM Universitas Parahyangan 1 tim. Sebelum presentasi dimulai dilakukan pengundian urutan presentasi.

Tim MM Prasetiya Mulya mendapat kesempatan buat melakukan presentasi pertama. Adapun materi nan dibawakan ialah laporan risetPT. Telekomunikasi Indonesia. MM Universitas Parahyangan mendapat kesempatan kedua buat presentasi dengan membawakan materi analisa saham BBRI. Disusul oleh tim 2 dari MM Universitas Indonesia nan juga menganalisa saham BBRI.

MM IPMI mendapat kesempatan buat presentasi keempat dengan menganalisa saham PT. Telekomunikasi Indonesia, dan terakhir ialah tim 1 dari MM Universitas Indonesia nan membawakan materi analisa saham PT. Perusahaan Gas Negara.

Beberapa penerima beasiswa Sampoerna Foundation tahun 2005 nan menjadi anggota tim tersebut ialah Endah Tri Utami nan berada di tim MM Prasetiya Mulya, Evi Fidiasari dan Hestyana DK nan berada di tim 2 MM Universitas Indonesia. Pada setiap sesi presentasi masing-masing tim mendapat pertanyaan dari tim juri dari segala aspek pada laporan riset mereka.

Pengumuman pemenang dilakukan sekitar pukul 1 siang, oleh Lin Che Wei. Beliau membacakan urutan pemenang secara datar. Pemenang ketiga ialah tim 2 MM Universitas Indonesia, pemenang kedua ialah tim MM IPMI dan pemenang pertama ialah MM Prasetiya Mulya.

Betapa kagetnya tim Prasetiya Mulya nan semula dianggap sebagai tim underdog berhasil menempati posisi pertama. Anggota tim terebut terdiri atas Endah Tri Utami, Indra Suruadji, Rio Maradona, Sandi Wijayadan Yulius Elvino.

Adapun hadiah kompetisi ini , yaitu pemenang pertama mendapatkan uang sebesar Rp 5 juta dan sertifikat, pemenang kedua mendapatkan uang sebesar Rp 3 juta dan sertifikat, dan pemenang ketiga mendapatkan uang sebesar Rp 2 juta dan sertifikat.

Sebagai kampiun pertama dari kompetisi pertama, kelima anggota tim tersebut menjalani hari-hari berikutnya bak selebriti. Interview dari satu media ke media lain, mulai dari surat kabar Neraca, Kompas, Kontan, Republika hingga majalah Swa.



Bersatunya Bursa Imbas Jakarta dengan Bursa Imbas Surabaya

Pada tahun 2007, terjadi penggabungan antara Bursa Imbas Jakarta dengan Bursa Imbas Surabaya. Penggabungan ini bernama Bursa Imbas Indonesia (BEI). Teknologi nan diadopsi oleh bursa pun terus diperbaharui, pada 2 Maret 2009 diluncurkanlah Sistem Perdagangan Baru, yaitu JATS-NextG.