Jenis-Jenis Pengertian Teori Komunikasi

Jenis-Jenis Pengertian Teori Komunikasi

Apa itu komunikasi? Sebagai pelaku komunikasi ada baiknya kita mengetahui tentang pengertian teori komunikasi . Hal itu diperlukan buat mengkaji lebih jauh akan isi dari teori-teori komunikasi tersebut. Teori komunikasi ini nantinya bisa diaplikasikan pada fenomena nan terjadi di lapangan. Fakta dari praktek-praktek komunikasi nan dilakukan oleh para komunikan dan komunikator.



Pengertian dari Ahli komunikasi

Ada beberapa pengertian teori komunikasi nan perlu diketahui di antara lain yaitu:

  1. Menurut Borman (1989)

Teori komunikasi ialah satu perkataan atau istilah nan merupakan payung buat semua perbincangan dan analisis nan dibuat secara berhati-hati, sistematik dan sadar, tentang komunikasi.

  1. Menurut Littlejohn (1996)

Pengertian teori komunikasi ialah satu teori atau sekumpulan ‘pemikiran kolektif’ nan didapati dalam holistik teori, terutama nan berkaitan dengan proses komunikasi itu sendiri.

  1. Menurut Cragan dan Shields (1998)

Teori komunikasi ialah interaksi di antara konsep teoretikal nan membantu memberi, secara holistik ataupun sebagian saja keterangan, penjelasan, penerangan, evaluasi ataupun ramalam tindakan manusia berdasarkan komunikator (dalam hal ini orangnya) berkomunikasi (yang meliputi bercakap-cakap, menulis, membaca, mendengar, menonton, dan lain sebagainya).



Ciri Umum

Dari pengertian-pengertian tersebut kita bisa menarik konklusi bahwa pengertian teori komunikasi ini memiliki dua karakteristik generik yaitu:

  1. Semua teori ialah abstraksi mengenai komunikasi, nan bearti suatu teori nan sifatnya terbatas.
  2. Semua teori ialah konstruksi kreasi manusia secara individual. Hal ini bersifat nisbi bergantung aspek pengamatan.

Dari dua karakteristik teori tersebut, maka kita bisa menarik konklusi atau menarik sebuah pengertian dari teori komunikasi yaitu sebuah konseptualisasi atau berbagai pengertian nan logis tentang fenomena-fenomena atau berbagai kejadian atau disebut peristiwa komunikasi nan terjadi dalam hayati manusia.

Selain itu, kita juga bisa mendefinisikan teori komunikasi yakni sebagai teori nan dipergunakan buat menerangkan, menjelaskan, menilai, membuat ramalan atau prediksi buat memahami kenyataan atau fakta nan terjadi dalam komunikasi.

Dari fungsinya sendiri menurut Littlejohn, maka kita dapat mendefinisikan teori komunikasi sebagai kumpulan pengetahuan nan berfokus pada komunikasi. Isinya berupa klarifikasi dari hasil pengamatan sehingga kita bisa memprediksi apa nan akan terjadi pada peristiwa komunikasi nan akan datang.

Prediksi ini menuntut kita buat menggali lebih dalam tentang komunikasi itu sendiri dengan cara mengkomunikasikannya. Dengan begitu maka akan menjadi sebuah fungsi kontrol nan digunakan sebagai wahana buat terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat.



Jenis-Jenis Pengertian Teori Komunikasi

Littlejohn mengatakan, berdasarkan metode klarifikasi serta cakupan objek pengamatan, secara generik teori-teori komunikasi bisa dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama disebut kelompok “teori-teori umum”, kelompok kedua ialah kelompok teori-teori kontekstual.



Pengertian Teori Komunikasi dari Teori Umum

1. Teori Fungsional dan Struktural

Ciri dan jenis pengertian teori komunikasi ini dibangun berdasarkan anggapan dasar teori, yaitu:

  1. Masyarakat ialah organisme kehidupan.
  2. Masyarakat memiliki sub-subsistem kehidupan.
  3. Masing-masing subsistem memiliki fungsi nan berbeda.
  4. Fungsi-fungsi subsistem saling memberi kontribusi kepada subsistem lainnya.
  5. Setiap fungsi akan terstruktur dalam masyarakat berdasarkan fungsi masing-masing.

Meskipun pendekatan fungsional dan struktural ini sering kali dikombinasikan, namun, masing-masing mempunyai titik penekanan nan berbeda. Pendekatan strukturalisme nan berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal nan menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial.

Pendekatan fungsionalisme nan berasal dari biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara pengorganisasian dan mempertahankan sistem. Apabila ditelaah, kedua pendekatan ini sama-sama mempunyai penekanan nan sama yakni tentang sistem sebagai struktur nan berfungsi

Menurut Littlejohn (1996: 14), kedua pendekatan ini juga memiliki beberapa persamaan ciri sebagai berikut:

  1. Baik pendekatan strukturalisme maupun pendekatan fungsionalisme, keduanya sama-sama lebih mementingkan stabilitas dalam kurun waktu eksklusif daripada perubahan dalam kurun waktu tertentu.
  1. Kedua pendekatan sama-sama mempunyai kesamaan memusatkan perhatiannya pada akibat-akibat nan tak diinginkan daripada hasil-hasil nan sinkron tujuan. Kalangan strukturalis tak memercayai konsep ‘subjektivitas’ dan ‘kesadaran’. Bagi mereka nan diamati terutama sekali ialah faktor-faktor nan berada di luar kontrol dan pencerahan manusia.
  1. Kedua pendekatan sama-sama mempunyai kepercayaan bahwa empiris itu pada dasarnya objektif dan independen. Oleh sebab itu, pengetahuan, menurut pandangan ini, bisa ditemukan melalui metode pengamatan realitas nan cermat.
  1. Pendekatan strukturalisme dan fungsionalisme juga sama-sama bersifat dualistik, sebab keduanya memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran-pemikiran dan objek-objek nan disimbolkan dalam komunikasi. Menurut pandangan ini, global hadir sebab dirinya sendiri, sementara bahasa hanyalah alat buat merepresentasikan apa nan telah ada.
  1. Kedua pendekatan juga sama-sama memegang prinsip teori kebenaran nan sesuai. Menurut teori ini bahasa harus sinkron dengan realitas. Simbol-simbol harus mempresentasikan sesuatu secara akurat.

2. Teori Behavioral dan Kognitif

Menurut Sendjaja (2002: 1-23), sebagaimana halnya dengan teori-teori strukturalis dan fungsional, teori-teori behavioral dan kognitif juga merupakan gabungan dari dua tradisi nan berbeda. Asumsinya tentang hakikat dan cara menemukan pengetahuan juga sama dengan genre strukturalis dan fungsional.

Pendekatan primer antara genre behavioral dan kognitif dengan genre strukturalis dan fungsional hanya terletak pada fokus pengamatan serta sejarahnya. Teori-teori behavioral dan fungsional nan berkembang dari sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya cenderung memusatkan pengkajiannya pada hal-hal nan menyangkut struktur sosial dan budaya.

Sementara teori-teori behavioral dan kognitif nan berkembang dari psikologis dan ilmu-ilmu pengetahuan behavioralis lainnya, cenderung memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikirannya nan terkenal ialah tentang model “S-R” ( Stimulus-Response ) nan menggambarkan proses informasi antara ‘stimulus’ atau rangsangan dengan ‘response’ atau tanggapan.

3. Teori-Teori Konvensional dan Interaksional

Pengertian teori komunikasi ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses hubungan nan membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol. Komunikasi, menurut teori ini, dianggap sebagai alat perekat masyarakat. Kelompok teori ini berkembang dari genre pendekatan ‘interaksionisme simbolik’, sosiologi, dan filsafat ordiner.

Bagi kalangan pendukung teori-teori ini, pengetahuan bisa ditemukan melalui metode interpretasi. Berbeda dengan teori-teori strukturalis nan memandang struktur sosial sebagai penentu, teori-teori interaksional dan konvensional melihat struktur sosial sebagai produk dari interaksi. Fokus pengamatan teori-teori ini tak terhadap struktur, tetapi tentang bagaimana bahasa dipergunakan buat membentuk struktur sosial serta bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya direproduksi, dipelihaa, serta diubah dalam penggunaannya.

Makna menurut pandanga kelompok teori ini, tak merupakan suatu kesatuan objektif nan ditransfer melalui komunikasi, tetapi muncul dari dan diciptakan melalui interaksi. Dengan kata lain, makna merupakan produk dan interaksi. Menurut teori-teori interaksional dan konvensional, makna pada dasarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan nan diperoleh dari interaksi. Oleh sebab itu, makna bisa berubah dari waktu ke waktu, dari konteks ke konteks serta dari kelompok sosial ke kelompok lainnya.

4. Teori-Teori Kritis dan Interpretatif

Jenis pengertian teori komunikasi nan keempat ialah kelompok-kelompok teori kritis dan interpretatif. Mengacu pandangan Sendjaja (2002), bahwa kelompok teori ini gagasan-gagasannya banyak berasal dari berbagai tradisi, seperti sosiologi interpretatif, pemikiran Max Weber, fenomenologi dan hermenetik, marxisme dan genre Frankfurt School, serta sebagai pendekatan tekstual, seperti teori-teori retorika, biblica, dan kesusasteraan.

Pendekatan kelompok teori ini terutama sekali populer di negara-negara Eropa. Teori-teori kritis dan interpretatif ini kemudian melahirkan teori dan pendekatan baru dalam komunikasi, seperti sosiologi komunikasi, hukum komunikasi, komunikasi organisasi, komunikasi publik, semiotika komunikasi, public relation, dan sebagainya.

Meskipun ada beberapa disparitas di antara teori-teori nan termasuk dalam kelompok ini, namun terdapat dua karekteristik umum.pertama, penekanan terhadap pesan subjektivitas nan didasarkan pada pengalaman individual. Kedua, makna atau meaning merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini.

Pengalaman dipandang sebagai meaning centered atau dasar pemahaman makna. Dengan memahami makna dari suatu pengalaman, seseorang menjadi sadar akan kehidupan dirinya. Dalam hal ini bahasa menjadi konsep sentral sebab bahasa dipandang sebagai kekuatan nan mengemudikan pengalaman manusia.



Pengertian Teori Komunikasi dari Teori Kontekstual

Berdasarkan konteks atau strata analisisnya, pengertian teori komunikasi secara generik bisa dibagi dalam beberapa konteks atau tingkatan, sebagai berikut.

1. Komunikasi Intrapribadi

Komunikasi intrapribadi ialah proses komunikasi nan terjadi dalam diri seseorang. Pusat perhatian dari komunikasi intrapribadi ialah bagaimana jalannya proses pengolahan informasi nan dialami seseorang melalui sistem syaraf dan indranya. Teori komunikasi intrapribadi umumnya, membahas mengenai proses pemahaman, ingatan, dan interpretasi terhadap simbol-simbol nan ditangkap melalui panca indra.

2. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi ialah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik nan terjadi secara langsung ataupun tak langsung. Kegiatan-kegiatan seperti percakapan melalui telepon, surat-menyurat pribadi merupakan contoh-contoh komunikasi antarpribadi. Teori-teori antarpribadi umumnya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan, percakapan, interaksi, dan ciri komunikator.

3. Komunikasi Kelompok

Pengertian teori komunikasi kelompok memfokuskan pembahasannya pada hubungan di antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Teori-teori komunikasi kelompok antara lain membahas tentang dinamika kelompok, efisiensi dan efektivitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk informasi, serta pembuatan keputusan.

4. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi menunjuk kepada pola dan bentuk komunikasi nan terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal, serta bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasan teori-teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, interaksi antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian.

5. Komunikasi Massa

Komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa nan ditujukan kepada sejumlah khalayak nan besar. Proses komunikasi massa melibatkan aspek-aspek komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi. Teori komunikasi massa umumnya memfokuskan perhatiannya pada hal-hal nan menyangkut struktur media, interaksi media dengan masyarakat, interaksi antara media dan khalayak.