Anak Palestina, Anak-Anak Ajaib

Anak Palestina, Anak-Anak Ajaib

Israel memang ditakdirkan menjadi orang-orang cerdas yang licik. Perjuangan Israel buat menaklukkan Palestina sungguh luar biasa. Segala strategi dan taktik dilancarkan. Sudah bertahun-tahun sejak tahun 1948, agresi pertama kali oleh Israel di Palestina nan ingin menduduki negara tersebut. Berbagai macam cara dan tipu daya seakan telah menjadi makanan sehari-hari Israel buat menguasai daerah-daerah di Palestina terutama nan menjadi incaran mereka ialah Masjidil Aqsa.

Walaupun agresi demi agresi selalu saja dilancarkan. Banyak pula daerah-daerah di Palestina nan telah diduduki oleh Israel. Namun, para tentara Islam buat Palestina tak pernah gentar melawan dan membela kebenaran. Bukan hanya harta nan dipunya namun harga dan nyawa sudah bukan soal bila sudah menyangkut perjuangan buat tanah Palestina. Kegigihan nan selalu tercermin dalam tindakan buat berjuang membela dan mempertahankan Palestina dari agresi Israel.



Mengapa Palestina Harus Dibela?

Siapa pun nan tertindas dalam memperjuangkan kebenaran harus dibela. Apalagi, Palestina dengan Masjidil Aqsa-nya. Penyerangan Israel terhadap salah satu masjid paling disucikan di muka bumi itu harus dilawan sekuat tenaga. Nabi Muhammad SAW melakukan lepas landas menuju ke langit dalam peristiwa Isra' Mi'raj dari masjid tersebut. Masjid tersebut merupakan masjid nan sangat krusial bagi umat Islam seluruhnya, bukan hanya bagi warga Palestina. Sudah berpuluh tahun Israel berusaha menghancurkan masjid tersebut.

Selain Masjidil Aqsa nan menjadi incaran Israel buat dihancurkan. Kemudian di tanah tersebut akan dibangun loka peribatan mereka buat menyambut sang juru selamat bagi kaum Yahudi, seperti keyakinan mereka. Israel berusaha sekuat tenaga buat merebut tanah warga Palestina. Sedikit demi sedikit tanah nan didiami warga Palestina mulai tergusur dan diganti dengan pemukiman Yahudi.

Tidak mungkin umat Islam dari seluruh dunia, terutama dari Indonesia, akan berdiam diri saja menyaksikan kebiadaban Israel. Jangankan umat Islam, orang-orang di luar umat Islam saja terketuk hatinya buat membantu penderitaan rakyat Palestina. Darah sudah banyak tertumpah. Harta sudah banyak terbuang dan terpakai. Rumah-rumah di bom dan dihancurkan. Kini sebagian besar warga Palestina sudah tak mempunyai loka tinggal nan layak bahkan banyak nan tak punya loka tinggal.

Begitu besar penderitaan saudara-saudara kita nan ada di Palestina. Tidak lain ialah sebab perbuatan dursila dari Israel. Namun, Palestina saat ini masih saja dalam cengkraman Israel, masih saja banyak nan setiap hari harus kehilangan salah satu anggota keluarganya. Penderitaan nan terus saja mengalir tiada henti Itulah alasan mengapa Palestina harus dibela mati-matian.



MER-C

MER-C ( Medical Emergency Rescue Committee ) bergerak buat kaum nan paling lemah dan paling tertindas di mana pun berada. MER-C ialah sebuah organisasi nan bergerak di bidang kemedisan. Ruang geraknya meliputi membantu para korban bala alam, perang, kekerasan dampak konflik, seperti di ambon dan Poso. MER-C tak hanya melakukan kegiatannya di Indonesia, tetapi di luar negeri.

Aksi MER-C di luar negeri nan masih segar dalam ingatan ialah ketika sukarewan MER-C dan beberapa forum dari Indonesia termasuk ke dalam para tawanan nan berada di kapal Mavi Marmara nan diserang oleh Israel. Tujuan mereka ikut ke dalam kapal tersebut ialah buat menjadi tentara Islam di Palestina. Mereka akan membangun sebuah rumah sakit buat rakyat Palestina.

Mereka membawa berbagai peralatan dan perlengkapan buat pembangunan masjid tersebut. Biaya pembangunan masjid didapat dari sumbangan para sukarewan Indonesia. Amanah nan sudah dipikul itulah nan membuat para tentara Islam tersebut tak gentar menembus blokade tentara Israel nan menyerang mereka dengan membabi buta.

Kematian di depan mata dan kucuran darah para korban tak menyurutkan tekad buat kembali ke Palestina. Rumah sakit tetap harus dibangun walaupun dalam waktu nan bersamaan ribuan rumah sakit hancur oleh agresi pihak musuh. Berbagau taktik baru cara pengiriman sukarelawan dan bahan bangunan tak boleh dilupakan. Bahkan merupakan urgenitas nan harus selalu diperhatikan. Demi membantu saudara-saudara kita nan sedang berjuang di Palestina.



Anak Palestina, Anak-Anak Ajaib

Berbeda dengan anak nan dilahirkan di loka selain Palestina, Anak-anak nan lahir di bumi Palestina ialah anak-anak ajaib. Sejak menghirup udara dunia, mereka sudah menjadi tentara Islam. Mereka terdidik menjadi kuat dan tegar menghadapi keberingasan tentara Israel. Mereka sudah belajar menggunakan senjata. Batu pun dapat menjadi senjata nan mematikan. Kematian bukanlah hal nan harus ditakuti. Tidak ada kata berhenti berjuang sebelum Palestina merdeka sepenuhnya.

Selain mempunyai keberanian dan jiwa perjuangan nan luar biasa. Mereka juga mempunyai sisi spiritual nan tinggi. Sejak kecil bahkan sejak dalam kandungan para anak-anak Palestina ini sudah diajari tentang ilmu agama, tentang ketauhidan. Jangan heran jika ketika Anda di loka itu dan mendapati anak-anak kecil nan hafiz. Bukan hal nan baru jika anak-anak kecil di Palestina banyak sebagian besar hafal Al-Quran. Bahkan seorang Ibu akan malu mempunyai anak nan tak hafal Al-Quran.

Mereka mempunyai heroisme sejak belia. Hal ini sebab sejak kecil telah dididik dengan luarbiasa dan siap buat menjadi tentara islam . Jika Anda bertanya tentang cita-cita anak-anak kecil di loka itu maka jawaban nan didapat ialah mereka bercita-cita buat berjihad melawan Israel dan menembakkan rudal-rudal hingga ia wafat syahid dan berjumpa dengan keluarga nan telah lebih dulu syahid.

Israel pun seakan memahami hal ini. Anak-anak kecil ini akan menjadi berbahaya bagi Israel di masa depan, kelak ketika mereka dewasa. Maka agresi nan dilancarkan oleh Israel pun tak hanya pada orang-orang dewasa nan tengah berperang. Namun juga pada anak-anak kecil nan masih polos. Bahkan buat mengantisipasi hal tersebut maka Israel juga menargetkan buat membunuh para wanita dan juga menyuntik mandul mereka agar tak dapat hamil dan melahirkan.

Sungguh besar kuasa Allah. Karena walaupun agresi besar-besaran dilakukan oleh Israel. Membunuhi wanita dan anak-anak, namun setiap hari ribuan bayi lahir buat menggantikan mereka nan telah meninggal. Seperti peribahasa wafat satu tumbuh seribu. Walaupun banyak nan telah gugur namun bayi yag baru lahir tak kalah banyaknya. Mereka akan di cetak menjadi pahlawan nan akan berjuang mempertahankan tanah air Palestina dari agresi musuh, Zionis laknatullah.

Tidak seperti di negeri ini, sebagian besar waktu anak-anak digunakan bermain. Namun anak-anak Palestina sejak kecil dididik buat menjadi tentara. Banyak cara dilakukan, salah satunya ialah dengan melakukan berbagai simulasi perang. Walaupun masih kecil, namun mereka sudah memahami apa nan harus dilakukan. Nampak serius dan menikmati latihan-latihan tersebut. Terlihat bahwa mereka paham bahwa kelak ketika dewasa nan harus dilakukan ialah berperang melawan musuh-musuh nan berusaha merebut dan mendiami tanah mereka.

Relawan dari Seluruh Dunia

Tidak hanya orang Palestina saja nan berjuang mempertahankan tanah airnya dari berbagai serangan. Namun banyak orang dari seluruh penjuru dunia, apapun latar belakang mereka, ialah orang-orang baik nan cinta damai dan benci penindasan. Walaupun mereka belum tentu mau disebut tentara Islam, mereka sesungguhnya telah membantu global Islam di Palestina. Kegigihan mereka melawan Israel membangkitkan semangat juang tentara Islam di seluruh dunia. Walaupun kematian sudah banyak menjemput para relawan itu, ternyata global tak pernah kehabisan stok relawan.

Banyak sekali resiko nan harus dihadapi buat menjadi seorang relawan. Tidak tanggung-tanggung. Nyawa menjadi jaminannya. Siapa saja nan siap menjadi relawan ialah orang nan juga siap menerima apapun resikonya. Bahkan kematian sekalipun. Mereka nan mau menjadi relawan ialah orang nan ikhlas menyerahkan dirinya buat membantu saudara-saudara nan ada di Palestina. Sudah banyak warta nan kita dengar tentang adanya agresi nan menimpa para relawan nan sedang bertugas.

Disana, kematian seakan menjadi suatu hal nan biasa. Tidak hanya para lelaki dewasa, bahkan para wanita, anak-anak, orangtua dan juga relawan banyak nan telah menjadi korban. Bahkan wartawan nan sedang bertugas buat meliput berbagai peristiwa dan kejadian tidak luput dari incaran kebengisan Israel. Tak sedikit nan menjadi korbannya. Namun tentara Islam nan mewujud sebagai para relawan selalu saja berduyun-duyun buat membantu, dapat digambarkan seperti sebuah pepatah. Mati satu tumbuh seribu.