Pengertian Apresiasi Sastra
Bagi mereka nan tidak paham apa itu sastra, belajar mengapresiasikan sastra ialah hal nan kurang krusial dan tidak perlu dilakukan. Apalagi mendapat perhatian lebih. Sastra pun mungkin bukan hal menarik perhatian mereka, karena tidak mengerti apa itu sastra.
Memang tidak kenal maka tidak sayang. Sebab itu, tidak kenal apa itu sastra juga membuat banyak orang tidak akan sayang pada sastra. Karena itu maka sebaiknya dilakukan banyak sekali pengenalan tentang sastra, karya sastra, dan berbagai hal menyangkut sastra.
Tujuannya ialah agar masyarakat luas dapat lebih tahu, paham, dan pada akhirnya dapat mencintai sastra. Apa pula nan dimaksud dengan apresiasi ? Bagaimana cara mengapresiasi sastra atau karya sastra?
Apa manfaatnya? Mengapa kita harus mengapresiasi karya sastra? Berikut ini akan kita bahas bersama mengenai hal tersebut.
Pengertian Sastra
Asal kata sastra ialah dari bahasa sansekerta, yaitu shastra. Seperti banyak bahasa Indonesia lainnya nan diserap dari bahasa sansekerta, sastra juga memiliki arti nan mirip dengan arti bahasa Indonesianya.
Makna shastra bahasa sansekerta ialah teks atau tulisan nan berisi instruksi atau ajaran. Maka dalam bahasa Indonesia, sastra atau kesusastraan memiliki makna tulisan nan punya makna atau arti atau estetika tertentu.
Sastra tak melulu berwujud hasil tulisan atau berupa karya tulis. Namun juga ada nan berupa karya lisan atau oral. Beberapa contoh karya sastra nan dapat dijumpai di masyarakat dengan mudah ialah novel , cerpen, syair, buku cerita, pantun, drama atau sandiwara.
Ini termasuk karya sastra nan akrab bagi masyarakat. Namun, sering tak disadari bahwa itu merupakan karya sastra. KBBI menuliskan arti sastra sebagai bahasa nan kerap digunakan pada kitab-kitab.
Sastra juga diartikannya sebagai karya tulis nan lebih unggul dalam hal keaslian, keartistikan, serta bagus dalam kandungan makna dan isi. Pada karya sastra biasanya terdapat ide, pikiran, perasaan serta hal nan pernah dialami manusia, dan bersifat manusiawi dengan pemilihan bahasa nan indah.
Jacob Sumardjo, seorang pakar bahasa mengungkapkan bahwa sastra seperti mempunyai badan dan jiwa. Jiwanya ialah pikiran dan segala curahan perasaan manusia nan membuatnya.
Sedangkan badan dari sebuah sastra ialah bahasa nan digunakan. Pemilihan kata-kata latif serta puitis dan bermakna.
Ciri-Ciri Sastra
Adapun sebuah karya sastra biasanya mempunyai ciri, seperti mampu memberi hiburan buat penikmatnya, mampu memberi petunjuk pada kebenaran buat pembacanya.
Dan, nilai-nilai nan terkandung pada karya sastra tersebut seperti ide, kebenaran, dan maknanya mampu bertahan melampaui segala bangsa. Sastra juga dapat melampaui batas waktu, artinya dalam waktu jauh setelah penciptaannya, ia masih dapat dinikmati oleh pembaca dan pengapresiasi sastra.
Pengertian Apresiasi Sastra
Sering sekali kita mendengar kata apresiasi diucapkan. Namun, tak semua orang paham apa arti dari kata tersebut. Kata apresiasi berasal dari sebuah kata bahasa Inggris, yaitu appreciate, nan bermakna menghargai.
Jadi secara umum, apresiasi memiliki makna menghargai. Apresiasi sastra dapat diartikan sebagai menghargai karya sastra. Walau demikian makna umumnya, beberapa tokoh bahasa memiliki pengertian sendiri mengenai apresiasi sastra.
Ada S. Effendi, juga Yus Rusyana nan mencoba membatasi tentang makna apresiasi sastra sinkron pemikiran mereka. Dengan adanya bermacam disparitas pengertian dan batasan tersebut, sebenarnya malah memperkaya dan saling melengkapi definisi dari apresiasi sastra.
Tujuan dari apresiasi sastra ialah menumbuhkan kepekaan pembaca atau penikmat sastra terhadap persoalan hidup, masalah moral, nilai-nilai estetika, dan kehalusan perasaan.
Jadi, satu-satunya cara buat bisa belajar mengapresiasikan sastra ialah dengan membacanya, menggaulinya, serta berakrab-akrab dengan segala jenis karya sastra nan ada di sekitar.
Tingkatan Apresiasi Sastra
Untuk menghargai sebuah karya seni, seorang apresiator harus memiliki kepekaan batin. Sebab nan menjadi penilai memang batin.
Sehingga ‘rasa’ atau kemampuan ‘merasa’ nan dimiliki oleh sang apresiator selayaknya amat kuat. Itu juga nan membuat terjadinya tingkatan-tingkatan dalam apresiasi sastra.
Tingkat pertama ialah ‘Simpati’. Ini ialah taraf nan paling rendah, karena di sini batin dari sang apresiator baru merasa tergetar dan simpati sehingga menimbulkan hasrat buat memberi perhatian pada sebuah hasil karya sastra nan ia baca, atau dengar.
Tingkat ke 2 ialah ‘empati’, yaitu kemampuan batin nan mulai dapat merasakan serta terlibat pada hasil karya sastra nan diakrabinya. Misalnya, saat membaca sebuah novel, pembaca bisa merasakan dan ikut merasakan dengan tokoh dalam novel.
Kemudian, apresiator akan sampai pada taraf ke 3, yaitu nan paling tinggi bila telah bisa ‘merefleksikan diri’ pada pesan moral nan terdapat dalam karya sastra nan ia baca.
Artinya, bila ia sudah mampu memetik dan menyimpulkan nilai-nilai nan terkandung dalam sebuah karya sastra. Lalu, bercermin dengan nilai tersebut. Maka ia telah sukses mengapresiasi sebuah sastra dengan baik.
Tahap pada Kegiatan Apresiasi Sastra
Belajar mengapresiasikan sastra sangat mudah. Hanya butuh kemauan buat mempelajarinya. Berikut ialah tahapan-tahapan nan dapat dilakukan dalam proses apresiasi tersebut.
Tahap ke 1 ialah dengan membuka pikirannya dan membiarkan perasaan serta imajinasi atau imajinasinya terbang sebebas mungkin, sinkron dengan apa nan diinginkan oleh pencipta karya sastra tersebut. Dengan begitu, tak ada perasaan antipati atau menolak diawal menikmati sebuah karya sastra.
Baru pada termin ke 2, seusai sang apresiator menikmati karya sastra tersebut dengan perasaan, ia menilainya secara intelektual. Misalnya, pada unsur-unsur pembentuk karya tersebut. Hingga membuatnya lebih dapat memahami lagi secara keseluruhan.
Tahap ke 3, apresiator akan menilai karya sastra dari sudut pandang historis, latar belakang penulisan, latar belakang pengarang, kapan waktu pembuatan sastra tersebut, dan situasi sosial budaya di loka karya sastra itu dibuat. Dengan begitu, penilaiannya akan lebih mendalam dan menyeluruh.
Bila seorang apresiator sukses melakukan tahapan-tahapan proses apresiasi sastra tersebut dengan padu, secara menyeluruh, dan mengikutsertakan segala perasaannya terjun dalam proses evaluasi tersebut. Maka dapat dikatakan proses belajar mengapresiasikan sastra telah berjalan dengan baik dan sempurna.
Tujuan dan Manfaat dari Belajar Mengapresiasikan Sastra
Segala sesuatu dilakukan pastilah dengan sebuah tujuan tertentu. Demikian juga dengan melakukan apresiasi sastra. Tujuan melakukan kegiatan tersebut ialah buat mempertajam ketrampilan berbahasa seperti mendengar, membaca, bicara, serta menulis.
Juga menambah ilmu pengetahuan. Yaitu, mengenai pengalaman hayati nan dialami oleh manusia lain nan berbeda adat, agama, dan lain-lain.
Melakukan apresiasi sastra pun bertujuan buat membentuk tabiat pembaca, mengembangkan kepribadiannya, serta membantu memberi rasa nyaman, serta memberi wawasan dan pengalaman baru bagi pembaca dan penikmat sastra (Wardani).
Manfaat dari apresiasi sastra ialah memberi rasa senang, menambah daya imajinasi, pengalaman jiwa, memperluas wawasan akan berbagai masalah dan persoalan manusia, juga menambah kepekaan emosi.
Untuk segi pendidikan , apresiator juga akan makin bertambah kemampuan berbahasanya, ketrampilan menulis, membaca, dan kepekaan terhadap masalah dan perkembangan sastra.
Demikian pemaparan tentang belajar mengapresiasi sastra. Semoga bermanfaat.