Hubungan Baik Indonesia Malaysia

Hubungan Baik Indonesia Malaysia

Apa nan terpikirkan kali pertama ketika mendengar kata interaksi Indonesia Malaysia ? Tenaga kerja Indonesia (TKI), Upin Ipin, atau konflik? Memang sejak zaman dahulu interaksi Indonesia Malaysia selalu mengalami pasang surut, baik dan tak baik, meskipun tak pernah menjurus ke perang dingin nan hampir meletus.

Hubungan Indonesia Malaysia tak hanya dipererat oleh kecenderungan letak geografis, yaitu di wilayah Asia Tenggara, persamaan nenek moyang nan berasal dari ras Melanesia, tetapi juga oleh persamaan nasib, yaitu sama-sama pernah menjadi jajahan negara asing.

Malaysia ialah negara bekas jajahan Negara Persemakmuran Inggris, sedangkan Indonesia pernah dijajah oleh majemuk bangsa asing, seperti Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, bahkan juga Jepang.

Hal lain nan bisa mempererat interaksi Indonesia Malaysia ialah interaksi budaya dan kekerabatan nan sangat erat dan mungkin nan paling erat dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara nan sudah terjalin selama ratusan tahun.

Fakta krusial lain nan bisa dijadikan perekat erat interaksi Indonesia Malaysia ialah bahwa kedua negara merupakan negara-negara pelopor berdirinya organisasi regional Asia Tenggara nan dideklarasikan di Bangkok tanggal 8 Agustus 1967.

Association of Southeast Asian Nations ( ASEAN ) merupakan organisasi negara-negara di Asia Tenggara nan bertujuan buat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di taraf regionalnya.

Beragam persamaan ini, menjadikan Indonesia Malaysia sebagai negara nan bersaudara. Namun, sebagaimana halnya dua orang bersaudara, hubungannya selalu dihiasi dengan friksi-friksi nan mengarah ke pertengkaran. Begitu juga dengan Indonesia Malaysia. Sejarah telah mencatat banyak sekali konflik antara Indonesia Malaysia nan bahkan nyaris berujung pada peperangan.



Beberapa Konflik Interaksi Indonesia Malaysia

Sejarah pasang surutnya interaksi Indonesia Malaysia nan paling terkenal ialah gerarakan "Ganyang Malaysia". Peristiwa ini terjadi sebab dilatarbelakangi oleh dekolonialisasi Malaysia terhadap wilayah Indonesia di Kalimantan. Pada 17 September 1963 terjadi demonstrasi besar-besaran anti-Indonesia di gedung KBRI Malaysia.

Para demonstran merobek-robek foto Presiden Soekarno, membawa lambang negara Indonesia Burung Garuda ke hadapan Tunku Abdul Rahman Putra nan menjabat Perdana Menteri Malaysia pada saat itu. Para demonstran memaksanya buat menginjak lambang Negara Indonesia.

Tindakan para demonstran tersebut serta-merta telah membangkitkan amarah Presiden Soekarno. Presiden Soekarno mengeluarkan perintah nan disebut dengan gerakan Ganyang Malaysia. Konflik ini telah menyebabkan timbulnya peperangan hampir selama dua tahun lamanya, yaitu dari tahun 1963 sampai dengan tahun 1965.

Hubungan Indonesia Malaysia mulai membaik setelah jatuhnya kekuasaan Presiden Soekarno dampak terjadinya pemberontakan G30S/PKI. Pada awal masa pemerintah Presiden Soekarno, yaitu pada 28 Mei 1966 di Bangkok, diselenggarakan konferensi perjanjian damai, yaing isinya kedua negara sepakat menyelesaikan konflik. Perjanjian damai tersebut ditandatangani pada 11 Agustus 1966 dan diresmikan pada 13 Agustus 1966.

Konflik lain nan cukup mengganggu interaksi Indonesia Malaysia ialah kasus perebutan Kepulauan Sipadan dan Ligitan. Kedua negara saling mengklaim bahwa kepulauan tersebut masuk ke dalam wilayah negaranya masing-masing. Kepulauan Sipadan dan Ligitan merupakan kepulauan nan terletak di peraiaran dekat kawasan negara bagian Sabah dan Provinsi Kalimantan Timur.

Pada tahun 1997, kedua negara sepakat menyelesaikan konkurensi ini dengan menyerahkannya kepada Mahkamah Internasional. Pada tahun 2002, Mahkamah Internasional akhirnya memutuskan bahwa kedua pulau tersebut masuk ke dalam wilayah Malaysia. Bangsa Indonesia nan kecewa terhadap keputusan Mahkamah Internasional itu sempat memboikot negara Malaysia.

Pengklaiman budaya juga tidak luput menjadi permasalah nan mengabu-abukan interaksi kedua negara. Malaysia sering sekali mengklaim majemuk budaya nan notabene milik absah bangsa Indonesia. Sebut saja penggunaan lagu Rasa Sayange nan digunakan buat promosi oleh Departemen Pariwisata Malaysia, seni batik, musik gamelan, tari Reog Ponorogo, dan tari Pendet dari Bali.

Masalah nan paling sering terjadi dan memberikan kesan sangat lemah kepada bangsa Indonesia ialah kasus nan menimpa para donor dolar alias tenaga kerja Indonesia (TKI). Para TKI sering kali mendapat perlakuan nan tak manusiawi. Sebut saja kasus Nirmala Bonet, seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Nusa Tenggara nan mendapat siksaan dari majikannya. Kasus tiga orang TKI nan ditembak polisi Diraja Malaysia nan hingga kini belum mendapat titik terang penyelesaian kasusnya.



Hubungan Baik Indonesia Malaysia

Ada sebuah pertanyaan, apakah interaksi Indonesia Malaysia itu selalu berujung buruk? Jawabannya tentu saja tidak. Banyak sekali interaksi baik nan terjalin antara Indonesia Malaysia. Beberapa di antaranya ialah sebagai berikut.



1. Bidang Pendidikan

Kedua Negara telah menjalin kolaborasi di bidang pendidikan dengan cara mengadakan program pertukaran pelajar. Tidak sedikit mahasiswa Malaysia nan kuliah di negara Indoneisa begitu juga sebaliknya. Interaksi nan terjalin secara interpersonal ternyata terjalin sangat baik. Mereka tak terpengaruh oleh adanya isu atau konflik nan terjadi pada kedua negaranya masing-masing.



2. Bidang Kebudayaan

Beberapa stasiun televisi di Indonesia banyak menayangkan film-film kartun dari Malaysia. Sebut saja Upin Ipin. Acara tersebut ternyata sangat disukai oleh anak-anak Indonesia. Sekitar tahun 1990-an, acara Titian Muhibah nan ditayangkan oleh TVRI dan Televisi Nasional Malaysia sempat menjadi acara nan diminati masyarakat Indonesia. Acara tersebut menayangkan acara musik secara live dari kedua negara.



3. Bidang Ekonomi

Banyaknya investor Malaysia nan menanamkan modalnya di Indonesia, secara tak langsung telah membuka lapangan kerja dan meningkatkan tingkat hayati kemakmuran masyarakat Indonesia. Begitu juga bagi Indonesia, Malaysia merupakan negara tetangga nan menjadi tujuan ekspor beberapa produk andalan Indonesia.



4. Bidang Ketenagakerjaan

Malaysia merupakan salah satu negara tujuan ekspor jasa terbesar Indonesia. Lebih dari dua juta tenaga kerja Indonesia (TKI) bekerja di Malaysia. Mereka bekerja di berbagai perusahaan, pertanian, perkebunan, dan lain-lain. Perlu juga diketahui bahwa banyak tenaga pakar Indonesia bekerja di Malaysia. Keberadaan para TKI ini, tentu saja memberikan laba bagi kedua negara, baik Indonesia maupun Malaysia.



5. Bidang Pariwisata

Indonesia ialah negara nan sangat memesona. Estetika alamnya sudah menjadi buah bibir bagi para wisatawan mancanegara, begitu juga dengan keragaman budayanya nan menarik dan unik. Begitu juga bagi penduduk Malaysia, Indonesia merupakan salah satu tujuan objek wisata bagi mereka, selain alasan-alasan tadi, juga dikarenakan letak kedua negara tak begitu jauh. Sebagai contoh, jeda Jakarta - Kuala Lumpur dapat ditempuh hanya dalam waktu1,5 jam saja.

Jumlah Wisatawan Malaysia nan berkunjung ke Indonesia merupakan jumlah nan terbesar ketiga dari total wisatawan mancanegara. Banyaknya wisatawan Malaysia nan berkunjung ke Indonesia menunjukkan interaksi nan positif antara kedua warga negara.

Berdasarkan uraian-uraian singkat tersebut, interaksi Indonesia Malaysia memang selalu diwarnai oleh rona nan abu-abu, namun selain itu interaksi kedua negara ini pula tak dapat diputuskan begitu saja. Perlu kita ingat bahwa tak ada satu negara pun di global ini nan dapat berdiri sendiri. Seperti halnya seorang manusia, dia niscaya memerlukan orang lain buat melengkapi kehidupannya.

Perlu diingat pula bahwa interaksi apa pun nan menyangkut interaksi Indonesia Malaysia selalu disimak dan diikuti oleh negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, bahkan oleh negara-negara di dunia.

Dengan tak melupakan harga diri dan jati diri bangsa Indonesia, alangkah baiknya apabila setiap konflik nan terjadi selalu diselesaikan dengan cara-cara diplomasi nan elegan, terhormat, dan bermatabat, nan selama ini menjadi karakteristik khas penyelesaian masalah di Indonesia.

Apabila selama ini nan terlihat hanyalah rona abu-abunya, mari kita lihat lebih saksama, niscaya ada warna-warna lain nan lebih indah. Ingatlah pepatah "mempunyai teman seribu masihlah kurang, tetapi mempunyai musuh satu itu sudah kebanyakan".

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, marilah kita mulai menghargai hak nan menjadi kekayaan bangsa dengan segera mematenkannya. Jangan lupakan hal kecil seperti pulau Sipadan dan Ligitan agar kita tak kehilangan buat kali keduanya. Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati? Dengan begitu, interaksi Indonesia Malaysia bisa terjalin dengan harmonis.