Teori Pythagoras: Inovasi Terbesar Sang Tokoh Matematika
Anda suka matematika? Jika iya, tentunya Anda sudah tak asing lagi dengan tokoh matematika nan satu ini. Siapa lagi kalau bukan Pythagoras. Nama Pythagoras memang menjadi menu wajib di belantika ilmu matematika berkat teorinya nan terkenal, yakni Teori Pythagoras.
Pythagoras ialah bagian dari generasi emas pada zaman Yunani Kuno. Sebenarnya, nama Pythagoras tak hanya lekat sebagai ahli matematika legendaris saja. Seperti lazimnya para pemikir Yunani Antik lainnya, Pythagoras juga mempelajari banyak sekali cabang ilmu pengetahuan. Hanya saja, Pythagoras menjadi sangat lekat sebagai salah satu tokoh matematika nan dikenal berkat teorinya nan terkenal itu.
Spesialisasi Pythagoras di ranah ilmu matematika ialah tentang ilmu bilangan. Ia memang dikenal sebagai tokoh matematika nan mempelopori penggunaan ilmu angka-angka alias bilangan. Bagi Pythagoras, sapta ialah segalanya. Ia meyakini bahwa keteraturan di global dapat diwujudkan apabila ditakar dengan sapta atau angka-angka. Oleh sebab itu, tak mengherankan apabila Pythagoras sering digelari sebagai bapak ilmu bilangan.
Jalan Kelana Sang Tokoh Matematika Pythagoras
Pythagoras dilahirkan di Pulau Samos nan terletak di sebelah timur Bahari Aegea atau Ionia, Yunani, tahun 570 Sebelum Masehi (SM). Pythagoras terlahir dari pasangan Mnesarchus dan Pythais. Ayah Pythagoras, Mnesarchus, berprofesi sebagai perajin batu permata dan juga seorang pedagang.
Pythagoras lahir, besar, dan menetap di Samos dalam waktu nan cukup lama. Baru ketika usianya menginjak 40 tahun, sang tokoh matematika ini meninggalkan kampung halamannya buat menimba ilmu di tempat-tempat lain di berbagai belahan global dan mendapat banyak pengalaman dari hasil petualangannya itu.
Dari Samos, Pythagoras mengembara ke banyak tempat. Konon, ia pernah sampai ke Mesir, Arab, Persia (Iran), India, dan bahkan Cina. Tidak hanya ilmu matematika saja nan dipelajarinya, melainkan cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya, termasuk filsafat, logika, etika, sosiologi, teologi, astronomi, geologi, metafisika, dan supranatural.
Pertama-tama, Pythagoras menjelajahi hampir seluruh wilayah Yunani. Di Thebe, ia belajar tentang majemuk rahasia alam dan konduite supranatural nan beraroma gaib atau metafisika. Setelah itu, Pythagoras menuju ke Caldei di mana ia mendapat tambahan pengetahuan tentang ilmu astronomi. Dari Caldei, Pythagoras beranjak ke Phoenesia dan memperoleh pelajaran tentang geometri di sana.
Kedatangan Pythagoras sempat ditolak oleh para imam dan pemuka agama nan ada di Mesir. Konon, kecerdasan Pythagoras nan luar biasa membuat para imam dan pemuka agama Mesir Antik tak berani mengangkatnya menjadi murid. Namun, pada akhirnya Pythagoras sukses menimba ilmu dari mereka, terutama ilmu tentang teologi dan filsafat.
Dari Mesir, Pythagoras kemudian menyeberang ke Asia dan sempat menyambangi Arab, India, Cina, hingga Persia atau nan sekarang menjadi wilayah negara Iran. Di India, Pythagoras tertarik buat memperdalam ilmu metafisikanya. Sedangkan di Persia, Pythagoras syahdan pernah diangkat menjadi murid oleh Zarathustra alias Zoroaster, pencetus genre Zoroastrianisme (agama Persia Kuno), buat belajar tentang etika dan sosiologi, termasuk teori konflik.
Tokoh Matematika Pythagoras: Sapta Adalah Segalanya
Pythagoras ialah tokoh matematika nan meyakini bahwa segala sesuatu nan ada di alam semesta ini mempunyai keterkaitan dengan bidang ilmu nan dikajinya, yaitu matematika. Artinya, semua hal di global ini diyakini sudah ada rumusnya atau nan oleh Pythagoras disebut sebagai siklus.
Dengan demikian, segala hal nan ada di jagat raya ini niscaya dapat diukur dan diprediksi berdasarkan siklus tersebut. Semua siklus nan ada di dalam kehidupan manusia dan perjalanan alam semesta, bagi Pythagoras, memiliki ritme nan dapat diejawantahkan buat dimaknai apabila dicermati dengan lebih jeli.
Selain itu, ajaran Pythagoras juga meyakini bahwa matematika memiliki banyak estetika nan menakjubkan. Estetika matematika itu dapat ditemukan dari berbagai fenonema alam nan terjadi di global ini. Lebih spesifik lagi, tokoh matematika nan satu ini menyatakan bahwa estetika matematika bisa dinyatakan lewat sapta atau kuasa angka-angka.
Pythagoras percaya, apabila kehidupan di alam semesta ditelisik melalui angka-angka atau bilangan, maka kekacauan nan mungkin tercipta tak akan pernah terjadi. Yang ada hanyalah keselarasan, sebab, sapta atau angka-angka ialah sesuatu nan dapat dihitung, dinilai, dan diukur dengan dosis nan proporsional. Dengan begitu, kondisi nan ideal, teratur, dan harmonis, akan dapat diwujudkan berkat kuasa angka-angka.
Teori Pythagoras: Inovasi Terbesar Sang Tokoh Matematika
Meskipun namanya juga dikenal sebagai pakar ilmu pengetahuan di banyak bidang, namun Pythagoras lebih terkenal sebagai tokoh matematika nan mencetuskan teori fenomenal, yaitu teori nan kemudian disebut sebagai Teori Pythagoras.
Teori ini berhubungan dengan rumus segitiga siku-siku. Melalui teori nan dicetuskannya, Pythagoras menyatakan bahwa "jumlah luas bujur sangkar pada kaki sebuah segitiga siku-siku sama dengan luas bujur sangkar di hipotenus". Segitiga siku-siku ialah segitiga nan memiliki satu sudut siku-siku nan terbentuk dari dua kaki berupa dua sisi. Sedangkan nan dimaksud dengan hipotenus ialah sisi ketiga nan berhadapan dengan sudut siku-siku.
Teori Pythagoras dapat dirumuskan dengan klarifikasi sebagai berikut: Jika sebuah segitiga siku-siku mempunyai kaki dengan panjang a dan b, sedangkan hipotenus dengan panjang c, maka
a2 + b2 = c2 . Rumusan ini dapat diartikan dengan makna nan lebih sederhana, yaitu "luas sebuah bujur sangkar ialah pangkat dua dari panjang sisinya".
Sebenarnya, penjabaran tentang segitiga siku-siku nan kemudian diaplikasikan lewat Teori Pythagoras syahdan sudah ditemukan jauh sebelum Pythagoras dilahirkan. Namun, Pythagoras-lah nan diabadikan sebagai tokoh nan mencetuskan teori ini. Hal itu sebab Pythagoras ialah orang pertama nan sukses membuktikan kebenaran generik dari teori ini melalui rangkaian verifikasi nan dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan matematis.
Pengaruh Sang Tokoh Matematika Pythagoras
Pada sekitar tahun 530 SM, Pythagoras bermukim di Croton, sebuah loka nan terletak di Italia bagian selatan nan pada waktu itu masih menjadi salah satu daerah koloni Yunani. Pythagoras menyebarkan ilmunya di Croton dan mengembangkan sebuah genre bernama The Brotherhood of Pythagoreans atau Persaudaraan Ilmu Pythagoras. Genre nan dikembangkan oleh sekte ini kemudian dinamakan sebagai genre Pythagoreanism.
Pythagoras dan murid-muridnya nan tergabung di The Brotherhood of Pythagoreans tetap memfokusikan diri buat memperdalam matematika. Uniknya, Pythagoras memakai berbagai simbol, praktek ritual, dan rapalan mantra atau doa dalam mengkaji matematika nan sebenarnya termasuk dalam kategori ilmu niscaya itu.
The Brotherhood of Pythagoreans mengembangkan ilmu matematika nan dihubungkan dengan unsur-unsur magis beserta nilai-nilai spritualnya. Dari rangkaian kegiatan nan dilakukannya itulah, Pythagoras akhirnya lebih mirip sebagai seorang spiritual atau filsuf nan memandang kehidupan di global ini dengan angka-angka atau sapta nan selalu identik dengan ranah keilmuan matematika.
Murid-murid Pythagoras nan bernaung di The Brotherhood of Pythagoreans bahkan menganggap Pythagoras selayaknya nabi atau utusan dewa nan mengemban tugas buat menunjukkan jalan nan terang bagi manusia di seluruh jagat raya. Banyak legenda mistis tentang mukjizat nan dimiliki oleh tokoh matematika nan mati pada tahun 495 SM ini.
Kendati begitu, nama Pythagoras tetap tak dapat hilang dari riwayat panjang matematika. Teori Pythagoras menjadi masterpiece bagi sosok nan satu ini. Tak pelak, namanya pun kekal di dalam catatan sejarah ilmu hitung-menghitung. Citranya sebagai salah satu tokoh matematika nan paling berpengaruh pun tetap inheren hingga saat ini dan mungkin buat seterusnya.